Hijau yang Jadi Komoditas

mro14_9880_8118.jpg
foto by Fernandez

Isu pemanasan global terus berkembang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Kampanye untuk mengurangi bahaya perubahan iklim pun terus didengungkan. Dan kini, istilah ‘green’ atau yang biasa disebut ramah lingkungan menjadi tren gaya hidup yang sedang diterapkan oleh segenap lapisan masyarakat di seluruh dunia, terutama mereka yang hidup di perkotaan.

Seiring dengan itu, sejumlah brand global pun melabelkan kata ‘green’ pada ragam produknya. Fenomena ini dijadikan ‘alat’ untuk mendongkrak nilai penjualan di tengah krisis global. Sejumlah pabrikan, menjadikannya sebagai bentuk promosi sekaligus kepedulian terhadap lingkungan. Program dengan embel-embel ‘eco’ ini, mereka tak sekadar meraup untung besar, namun brand image sebagai pengusung ramah lingkungan pun digenggamnya. Meski semua itu harus dibayar mahal, semahal produk dagangan mereka.

Sebut saja elektronik asal Jepang, Sharp yang mengusung label ecogreener dalam setiap promosi produknya. Lalu produsen perlengkapan rumah tangga kenamaan asal Swedia, Electrolux,  mengklaim semua produk buatannya lulus uji ramah lingkungan, dan banyak lagi merek lainnya.

Hiroshi Morimoto, Group General Manager Environmental Protection Sharp, mengklaim hingga 2010 nanti, produk-produk penghasil energi dan hemat energi buatan Sharp lebih banyak daripada emisi gas rumah kaca yang dihasilkan Sharp sendiri. Untuk mencapai tujuan ini, Sharp memiliki Super Green Strategy yang diterapkan sebagai kampanye global pada semua pabriknya.

Sharp juga menerapkan konsep ecogreener yang diterjemahkan dalam lima program turunan yakni clean air product, low-energy product, long-lasting product, eco activities dan natural energy. Aktivitas peduli lingkungan yang melibatkan segenap lapisan masyarakat, digerakkan Sharp lewat Eco-Activites.

Pada clean air product, Sharp mengusungnya dalam hal teknologi yang diterapkan. Salah satunya Ion Plasmacluster yang dipasang pada perlengkapan rumah tangga, seperti Air Conditioner dan Air Purifier. Penerapan Low-energy Product sebagai bentuk penghematan energi listrik, diterapkan pula di semua produknya, seperti pada TV LCD Aquos.

Produk unggulan Sharp yang diproduksi di pabrik Kameyama, mampu menghemat enerji dan sumber daya. Bahkan, mengkonsumsi listrik kurang dari 30 persen daripada TV CRT. Tak hanya itu, produk pun lebih awet dan lebih tipis serta lebih ringan. Pada akhirnya, inilah yang disebut dengan Long-Lasting Product.

Begitu pula Electrolux, yang mengklaim semua produknya mengkonsumsi listrik rendah dan air seminimal mungkin. Perlengkapan rumah tangga semisal dishwasher (mesin pencuci piring) dan mesin cuci, dibekali fitur Direct Spray, dapat mengurangi 35-50 persen pemakaian air dan energi untuk sekali muatan. Pada lemari es-nya yang dilengkapi dengan mesin pembeku plus fasilitas pencair es otomatis, dapat menghemat energi, uang dan waktu.

Lanny Kurniawan, Marketing Manager PT Electrolux Indonesia menegaskan, peralatan rumah tangga yang dipasarkan adalah perangkat hemat energi dan air, dan juga dapat didaur ulang. “Salah satunya, mesin cuci yang dapat diatur waktu pemakaiannya sesuai dengan keinginan dari pengguna,” tambahnya.

Kampanye ‘hijau’ ini tak melulu dimonopoli para pabrikan elektronik –yang memang menjadi penyumbang terbesar dari efek rumah kaca— lewat penggunaan energi bahan bakar fosil yang berlebihan. Sejumlah kawasan perumahan hingga pusat perbelanjaan kelas elite, ikut memanfaatkan popularitas dari istilah green.

Maklum saja, setiap ada proyek pembangunan pemukiman, atau pusat niaga akan diikuti dengan pembukaan lahan secara besar-besaran. Maka mau tak mau, para pengembang wajib memulihkan fungsi ekologis dari lahan yang  mereka kembangkan. Sekadar mengingatkan, kawasan resapan air seperti Kuningan, Senayan, Cilandak, Pondok Indah hingga Lebak Bulus –dulu rimbun dengan pepohonan— kini menjadi ‘rimba beton’ yang menjulang ke langit.

Sebagai kiblat pasar mode, Senayan City pun mencanangkan Go Green, sebagai sebuah kampanye gaya hidup ramah lingkungan. Dengan menonjolkan unsur reduce, reuse, recycle, dan respect terhadap alam diterjemahkan lewat pagelaran Eco-Fashion bertajuk Senayan City Greener Nation di penghujung tahun lalu.

Selain itu, Senayan City memperkenalkan Eco-friendly Collection, dari lima desainer muda seperti Ade Sagi, Barli Asmara, Ichwan Thoha, Priyo Oktaviano dan Rusly Tjohnardi serta pendatang baru di butik kami Vera & Ina dari Vera Abby dan Inna Thomas.

Memasuki 2009, Senayan City merilis New Season 09 Collections in Feature Film dan Limited Edition Canvas Bag ala Greener Nation sebanyak 10 desain. Ada pula New Faces of Fashion First Greener Nation, terdiri dari enam orang trendsetter sekaligus public figure dipilih untuk merepresentasikan enam label utama, dalam Fashion First di Senayan City. Juga program Eco-friendly New Boutique yang digelontorkan Universitas Pelita Harapan memberi nuansa baru untuk interior dan window display butik.

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Januari 2009

4 thoughts on “Hijau yang Jadi Komoditas

  1. Ngelihat blognya saja hati sudah adem. Ditambahlagi baca artikelnya, makin adem..

    Ngomong2, mau dong masuk ke blogrollnya,

    sebagai hadiah kunjungan, saya dah masukin izoruhai ke blogroll saya,

    thanks

    ^_^

  2. Mas izoruhai tuh ternyata ngga cuman template dan artikelnya yang seger, respon backlinknya juga suuueeegeer tenan,

    he..he…he,,

    monggo lah blogger yang laen klo pada tukeran link,

    silaturahmi blogger

    begitu kira2 ya mas?

  3. sejatinya memang begitu mas pur… ga ketemu di darat yaaaa… kita silaturahim di blog saja… mungkin lebih sering di ranah maya ini kaliii ketemu dengan teman-teman hehehehehe….
    secara… jarak dan waktu kan memang bukanlah penghalang…
    monggo… tetep semanget jadi pecandu blog

Leave a reply to w.purnomosidi Cancel reply