Gaya busana selalu mewarnai perjalanan hidup manusia. Mau tidak mau, suka tidak suka gaya hidup kaum metropolis negeri ini kian gaya bahkan terus mewabah dan diminati. Bahkan tren yang terjadi di dunia Barat sana yang menjadi kiblat mode, bisa dinikmati pula di sini. Beragam koleksi ’dunia’ pun banyak terpajang di depan mata. Seakan tak mau kalah, desainer lokal pun terus berkreasi membius para fashionista.
Lantas apa saja sepak terjang para desainer dan brand-brand dunia yang menjadi tren sepanjang tahun 2008 –yang segera akan kita tinggalkan. Paling tidak, inilah catatan kami seputar tren fashion yang terjadi di Tanah Air, dari panggung ke panggung.
Di awal tahun, industri mode diramaikan oleh desainer Tina Andrean, lewat tema Tale of Love, yang menawarkan romantisme jaket pengantin nan anggun bagi pasangan yang hendak melangsungkan pernikahan di tahun 2008. Ya, tentunya jaket yang dimaksud bukan sembarang jaket. Jaket cantik yang begitu romantis bak puteri raja di abad ke-18. “Saya ingin mengusung sesuatu yang baru untuk busana pengantin internasional. Selama ini kita tahu bahwa jaket lebih sering dipakai untuk acara santai. Namun saat dipadukan dengan gaun pengantin, ternyata jaket pun mampu menghadirkan kesan sakral,” tutur Tina.
Sebanyak 24 rancangan yang terbagi 4 sekuen yakni Glamourous Evening, Elegant Simplicity, Romance of Princess dan Tale of Love. Terdapat permainan penataan bordir, lace dan kristal yang ditata secara apik dan smart mampu menghilangkan kesan heavy dan full. Dan Tina pun tetap menghadirkan gaya super feminin, romatic dan light sebagai ciri khas rancangannya. Hasilnya, rupanya sepanjang tahun 2008 tak sedikit yang kepincut dengan inovasinya itu. Dan di penghujung tahun ini pun, lagi-lagi Tina menawarkan koleksinya terbarunya bertajuk The Royal Heritage untuk tahun 2009.
Lalu ada Ari Seputra, desainer muda lulusan Ecole de Superieure des Arts et Techniques de la Mode (ESMOD), Paris yang menerapkan seni mosaik –yang terangkum dalam Enchanting Mosaic— hadir sebagai koleksi 2008. koleksi ini mampu memadukan berbagai unsur busana dan kerajinan Asia yang menghasilkan koleksi busana yang cantik, ringan, kaya akan motif, nyaman dan berdaya pakai.
Motif tambal-tambalan (patchwork) batik Indonesia, corak awan-awanan Korea sampai bunga chrysant pada kimono Jepang diterjemahkan kembali lewat teknik sulaman, jumputan serta batik cap dan batik air brush ke dalam karya. Pun pada gaya hanbok, busana tradisonal Korea, kimono Jepang dan kebaya Indonesia diolah dalam gaya busana trendi masa kini. Ari pun menyebut koleksi ini sebagai koleksi prêt a porter deluxe, karya busana siap pakai eksklusif, dengan tetap mengutamakan kenyamanan, ringkas, berdaya pakai dan berkualitas.
Tahun 2008 pun berhasil menampilkan batik sebagai produk fashion yang paling diminati. Terlebih setelah adanya klaim dari negeri tetangga atas kain tradisional warisan leluhur ini. Seiring dengan itu, anggapan bahwa batik itu eksklusif dengan harga fantastis dan hanya pantas dikenakan orang tua, mulai sirna. Ragam motif dan inovasi dalam dunia seni lukis kain terus bermunculan.
Brand lokal sekelas Allure –yang terus berkreasi di dunia batik— memperkenalkan busana batik khusus anak-anak lewat label Allure Kids dengan desain yang simpel namun penuh gaya dan warna. Lewat rancangan yang segar, khas anak-anak dan jauh dari kesan miniatur gaun sang ibu. Kehadiran koleksi sebanyak 20 rancangan ini tentu sebagai bentuk jawaban akan keinginan para pecinta batik untuk mendapatkan baju batik bagi si buah hatinya.
Perjalanan karir seorang desainer memang memberi makna tersendiri. Salah satunya, Biyan yang telah malang-melintang selama 25 tahun di dunia mode merangkumnya dengan merilis koleksi refleksi bertema Paradise yang diklaim begitu Indonesia. Menggunakan pola adaptasi dari teknik baju kurung, baju Bodo dan dipadu baju Kimono. Pun dengan permainan volume, draping (teknik melilitkan kain pada tubuh), atau teknik pelintir menjadi istimewa karena prosesnya dipetakan langsung pada tubuh wanita asli.
Dan di tahun ke-25 itu, sepertinya Biyan melakukan perubahan ‘haluan’ yang tak lagi focus pada sesuatu yang gemerlap, tetap berpegang pada prinsip yang subtle dan naif. “Pengaruh unsur tribe, alam tropis dan kultur justru banyak menghasilkan aplikasi detail warna terang, seperti orange, langoustine atau merah. Hasilnya, selain chunky, playful dan naif, juga terkesan rich dan glamor,” aku desainer kondang ini.
Tampil beda pun ditunjukkan oleh Arantxa Adi yang dikenal sebagai desainernya para selebritas. Dalam rangka merayakan satu dekade, Arantxa menampilkan koleksi Contrast-nya yang tidak lagi ringkas dan sederhana. Desainer yang dikenal dengan garis rancangan yang simple dan sophisticated itu, rupanya mulai bergeser dengan cutting yang lebih bermain. “Sesuai temanya Contrast, koleksi kali ini benar-benar berbeda dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Garis rancangan saya yang dulu feminin, simpel, dan elegan. Sekarang saya bermain-main dengan cutting dan pola,” kata Acong sapaan desainer muda yang meluncurkan 80 busana wanita dan 12 busana pria pada tahun ini.
Hari bahagia pun menjadi inspirasi para desainer untuk meluncurkan rancangannya. Adalah desainer Didi Budiardjo merasa terusik ketika momen bahagia itu menjadi biasa-biasa saja. Ya, di mata desainer ini sepertinya para orang tua kurang memperhatikan buah hatinya untuk bisa tampil menarik. Lewat tema Paramour, Didi pun menawarkan koleksi dengan kesan elegan, feminin dan klasik untuk seluruh anggota keluarga.
Koleksi yang terinspirasi dari elegansi busana ala couture Paris ini, tak sekadar memperlihatkan 46 gaun wanita dewasa, tetapi juga ada 20 gaun anak-anak dan remaja. Dan inilah yang disebutnya sebagai koleksi lengkap untuk keluarga di hari bahagia. “Bagaimanapun anak-anak juga mempunyai kesempatan yang sama untuk tampil menarik di hari bahagia,” katanya.
Beberapa desainer pun mencoba tampil beda meski sejatinya kesan yang sebelumnya menempel itu tak bisa hilang begitu saja. Sebut saja, Sebastian Gunawan yang mencoba menampilkan kesan Innocence dalam salah satu peragaannya Essence of Innocence bersama Cristina Panarese. Kesan mewah dan glamour tetap menguat pada rancangannya, karena desainer ini menggunakan bahan seperti lace, organdi, sifon, taffeta satin, organsa, sutera Thailand, Shantung sutera, Sutera duchess dan damas.
Sementara di tengah gencarnya tawaran aneka busana dari barat, pamor kain songket tetap memikat. Dan Zaenal Songket, rumah mode khusus songket berhasil memberi sentuhan yang lebih modern, chic dan tetap trendi. Songket pun tampil begitu dinamis dipadukan dengan kebaya-kebaya modifikasi yang cantik. Bahkan songket pun direka dalam siluet ramping dan sentuhan etnik menjadi gaun-gaun malam yang dipadukan dengan kain tile, chifon dan lacee serta brokat yang dipercantik dengan taburan dan susunan payet dan mote.
Brand Dunia di Pasar Dalam Negeri
Anggapan kuat jeans forever in style di dunia fashion pun tak sekedar trik dagang saja. Buktinya, pakaian yang sempat menjadi simbol pemberontakan itu tetap digemari. Tak heran bila, para desainer dari rumah mode kelas dunia tetap mengambil manfaat dari pamor jeans. Memasuki tahun 2008, brand fashion khusus jeans, Guess kembali mengangkat jeans lewat kampanye Denim is Back. Dengan menggandeng Claudia Schiffer dan Laetitia Casta sebagai icon-nya, Guess mempopulerkan high waist denim, tube dress, jump-suit hingga aksesoris, mulai dari footwear, handbags hingga fedora hat.
Pemain lokal pun seakan tak mau kalah pamor. Brand Lea menghadirkan label Lea, Amco dan BabyLea pada akhir Mei lalu. Ragam koleksi seperti Comfort, Straight Leg, Regular, Bell Bottom, Boot Cut, Skinny, Short, Low Rise, Bumster, Basic Five Pockets, Weist Less, Overall, Cargo Pocket dan Casual hadir dengan kesan ringan, modern, eksklusif serta nyaman dikenakan.
Kala memasuki musim semi, koleksi busana yang dengan warna-warna segar dan natural keluaran brand dunia Bebe, pun sepertinya diserbu fashionista. Koleksi yang hadir dengan aksen gelembung, lipatan serta kerutan konon dianggap mampu mengekpresikan jati diri penuh dengan gairah sepanjang musim. Selain itu, Bebe pun mengedepankan motif floral baik dalam gaun formal hingga pakaian santai. Meski sebagian besar dari koleksi ini bergaya retro –yang mengingatkan gaya dandanan klasik era 1970-an— dengan hadirnya ikat pinggang namun tetap tampak chic dengan sentuhan warna-warna cerah.
Nuansa baru ditampilkan brand asal London, Dorothy Perkins dengan koleksinya yang mencerminkan kepribadian wanita di segala usia. Variasi busana rancangannya cocok untuk setiap gaya hidup dan karakter individu yang berbeda-beda, namun tetap menjadi diri sendiri. Semua rancangan itu terangkum dalam koleksi dalam ragam tema seperti Gothic Glamour, Gothic Rock, Isn’t She Lovely, Edge of Love, Boho Rock, Romantic Rock, Military Rock dan Addicted to Love.
Koleksi yang ditawarkan label-label dunia memang begitu menggiurkan. Sebut saja tas tangan keluaran Loewe yang terinspirasi dari dunia pesta ala Spanyol yang penuh gaya. Koleksi berbahan dasar kulit yang lembut, halus dengan pilihan warna-warna cerah dan menyala seperti putih, taupe, stroberi dan kuning memang cocok di tenteng saat jamuan cocktail. Selain meluncurkan koleksi tas tangan, Loewe pun menawarkan koleksi aksesoris lainnya melengkapi keceriaan pesta. Salah satunya dompet yang terbuat dari kulit dengan warna-warna tegas seperti beige, kuning, oranye atau pink. Aksesoris tambahan ini dapat ditemui pada model Sangria, Tequila dan Mojito.
Dan sepertinya, anggapan Jakarta sebagai surga belanja, ada benarnya. Beragam brand internasional terus membanjir di kota ini. Jean Paul Gaultier, merek fashion asal Perancis itu hadir menawarkan busana-busana cantik dan berkelas tentunya. Dengan menempati area seluas 131,57 meter persegi di Plaza Indonesia kehadirannya, kian mengokohkan Plaza Indonesia sebagai mal yang ekslusif.
Pun dengan pusat fashion yang hadir di awal tahun 2008, Parisian Department Store yang terletak di Mall Taman Anggrek, Jakarta memberikan nuansa baru dalam dunia fashion. Publik Jakarta pun kian dimanjakan dengan hadirnya ragam koleksi pilihan dari brand-brand kelas dunia. Sebut saja, merek Van Laack, Joseph Abboud, Philosophy Men, Tony Jeans dan Levi’s hadir dengan gaya dan kesan yang begitu kuat. Selain itu beberapa koleksi rumah mode asal Korea, seperti It Michaa, Kenneth Lady dan Line, secara eksklusif hadir di Parisian. Masing-masing brand hadir menjawab kebutuhan fashion kaum wanita yang ingin tampil modern, anggun dan elegan.
Seiring dengan hadirnya pusat perbelanjaan kelas dunia, sejumlah pusat perbelanjaan yang ada, mulai bersolek. Adalah Pasaraya Grande yang sedikit tergeser pamornya mencoba bangkit kembali. Tak tanggung-tanggung, Pasaraya Grande menghadirkan butik d’Designers yang menyandingkan desainer dalam negeri dengan desainer mancanegara. Di butik itu sederet nama desainer kondang nusantara bersanding bersama dengan desainer mancanegara seperti Rococo, Populo, Sue Wong, Ave Verum, Giorgio Carelli dan masih banyak lagi.
Menjelang akhir tahun, merek fashion ternama asal Inggris, Next kembali membuka outlet baru di Skybridge level 1 Grand Indonesia Shopping Town, Jakarta. Gerai Next –yang kesebelas di Indonesia ini— hadir dengan wajah baru lebih terang dan kontemporer. Pembuakaa gerai baru itu pun ditandai dengan menyuguhkan koleksi terbaru yang simpel namun elegan dengan dominasi warna-warna yang lebih gelap yang dipadu dengan warna-warna cerah, sehingga tetap lembut dan cantik.
Artikel ini ditulis dan dimuat di majalah VIEW edisi Desember 2008