Era Digitalisasi Siaran TV

Hkg2510125Digitalisasi TV merupakan sebuah keniscayaan. Buktinya, seluruh dunia kini tengah memulai percobaan mematikan siaran TV Analog, tak terkecuali Indonesia. Jadi, bersiaplah untuk membuang TV Analog dan menggantinya dengan TV Digital. Alternatif lain adalah dengan menyediakan Set Top Box (STB) alias decoder.

Percobaan migrasi dari siaran analog ke digital, berlangsung sejak lima tahun lalu. Industri pertelevisian Jerman misalnya, memulai sejak 2003 untuk kota Berlin dan 2005 di kota Munich. Inggris pun melakukan hal yang sama, pada 2005, dan  rencananya pada 2012 akan mematikan siaran TV analognya. Kawasan Eropa lainnya, seperti Perancis, baru akan menghentikan pada 2010 mendatang. Dan Jepang, sebagai salah satu negara produsen TV, baru memberhentikan total siaran TV analog pada 2011.

Di Amerika Serikat (AS), mulai pertengahan Juni lalu telah memastikan untuk mematikan siaran TV analog. Ini ditegaskan Presiden Barack Obama, yang mengingatkan warga Amerika bahwa migrasi dari analog ke digital akan dilakukan pada 12 Juni 2009. “ Saya ingin memperjelas, tidak akan ada lagi penundaan. Saya mendesak tiap orang yang belum siap untuk bertindak hari ini, sehingga kalian tidak akan ketinggalan berita-berita penting dan informasi darurat pada 12 Juni,” kata Obama seperti dilansir Information Week, 8 Juni 2009.

Lalu di Indonesia? Peluncuran TV digital pertama kali dimulai pada awal Agustus 2008 lalu dengan standar siaran digital yang disebut DVB-T (Digital Video Broadcasting Satellite). Sementara peresmian uji coba TV digital baru dilakukan Mei hingga September nanti. Dimana pada akhirnya, Indonesia akan benar-benar siap memasuki mengganti siaran TV analognya pada 2018 mendatang. Dan kabarnya untuk mengembangkan jaringan TV digital ini, pemerintah harus berhutang sebesar 17,6 juta Euro atau setara dengan Rp 253 Miliar.

“ Uji coba siaran TV digital yang dilakukan empat konsorsium TV digital akan terus disosialisasikan ke masyarakat, karena Indonesia akan menuju digitalisasi TV pada tahun 2018,” kata Freddy Tulung, Direktur Jenderal Sarana Komunikasi dan Diseminasi Informasi (SKDI) Departemen Komunikasi dan Informasi, di Jakarta saat meluncurkan Built-In Digital TV pertama di Indonesia buatan LG Electronics Indonesia, akhir Juni lalu.

Upaya sosialisasi uji coba digitalisasi TV terus dilakukan oleh pemerintah. Diantaranya bekerjasama dengan dua konsorsium untuk siaran bebas biaya (free to air) yang terdiri dari PT Konsorsium TV Digital Indonesia (KTDI) –perusahaan patungan dari ANTV, METROTV, SCTV, TRANSTV, TRANS7 dan TVONE— dan TVRI-Telkom. Dan dua konsorsium untuk siaran TV berbayar adalah Konsorsium Tren Mobile dan Konsorsium Telkom-Telkomsel-Telkomvision. Tentu saja, untuk keperluan membangun infrastruktur seperti transmisi, multiplexing dan encoding, keempat konsorsium telah menyiapkan dana yang lumayan besar.

Hadirnya era digitalisasi TV tentunya selain menambah pekerjaan rumah pemerintah, juga mendatangkan peluang bisnis bagi industri elektronik dalam negeri. Pasalnya, untuk bisa menangkap sinyal digital, maka diperlukan pesawat TV digital yang baru atau menggunakan alat tambahan baru yang berfungsi untuk merubah sinyal digital menjadi analog. Salah satunya pabrikan TV asal Korea Selatan, LG Electronics yang baru-baru ini meluncurkan produk LCD TV yang dilengkapi chip penangkap siaran TV Digital. Dalam hal ini, LG mempekenalkan seri 47LH50YD dan 55LH50YD. Inilah dua seri LCD TV Built-In Digital TV pertama di Indonesia. Produk yang dibandrol seharga Rp 25-45 juta  ini bersifat hybrid, artinya tetap bisa menangkap baik siaran digital maupun analog.

“ Kami melihat keseriusan pemerintah dalam mempersiapkan siaran TV digital di Indonesia. Untuk itu, kami menyiapkan produk pilihan yang siap mendukung percepatan migrasi menuju era TV digital, tanpa harus menyediakan decoder,” papar Win Godfried, General Manager Dipslay Factory PT LG Electronics Indonesia.

Sementara, untuk upaya lainnya adalah dengan menyediakan decoder atau set top box (STB) yang saat telah diproduksi oleh PT INTI, PT Hartono Istana Teknologi (Polytron), PT Panggung Elektronik (Akari). Konon alat ini dijual seharga Rp 300 – 400 ribu per unitnya. Paling tidak, menurut Freddy Tulung, dalam waktu tiga hingga empat tahun ke depan, kebutuhan pasar akan STB akan mencapai 30-40 juta unit. “ Saat ini penduduk Indonesia ada sekitar 230 juta-an, sementara 50 juta keluarga di antaranya sudah menjangkau televisi atau sekitar 75 persennya. Artinya, proyeksi pasar mencapai 30-40 juta cukup realistis,” ujar Freddy.

Dan dalam rangka masa percobaan sejak Mei hingga September 2009 mendatang, pemerintah telah membagikan sebanyak tujuh ribu unit STB secara gratis kepada masyarakat sekitar Jabodetabek. Diharapkan dari program ini, masyarakat secara langsung dapat menikmati siaran TV digital dan memberi penilaian terhadap penyelenggaraan siaran TV digital, baik dari aspek teknis maupun non teknis.

Memang, lewat TV digital, satu kanal akan dapat menyiarkan 2-3 program sekaligus. Dengan kata lain, ketika Anda sedang menikmati sepak bola, penonton juga bisa menyaksikan film atau hiburan musik. “ Peralihan ini akan dilakukan secara bertahap dimulai dari Jabodetabek, hingga tuntas secara nasional. Waktu 10 tahun cukup untuk masa peralihan,” pungkasnya. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009

Jelajahi Sisi Lain Panorama Bali

baliSiang itu, sepertinya mentari begitu genit menyinari bumi. Keindahan panorama gugusan pulau berbentuk mirip burung itu tampak jelas, dari jendela pesawat ketika terbang di langit selat Bali sebelum akhirnya mendarat dengan nyaman. Selama dalam perjalanan menuju ke hotel, suguhan sejuta pemandangan di setiap sudut kota membuat lupa akan sengatan teriknya mentari.

Memang, daya tarik Pulau Bali dengan eksotisme alam tropisnya tak ada duanya. Nyatanya, pesona Bali tak hanya ditawarkan oleh pemandangan hamparan pasir putih pantai Kuta saja. Tapi hampir di setiap sudutnya tersimpan begitu banyak ‘magnit’ yang mampu menarik minat para pelancong untuk menyambanginya. Tak heran bila, banyak orang di jagat raya ini pun ingin sekali menginjakkan kakinya di pulau dewata ini.

Dan, untuk lebih tahu ‘sisi lain’ dari pulau dewata, redaksi VIEW berkesempatan mengikuti kegiatan Media Appreciation Trip bertajuk Explore The Havenly Panorama of Bali yang digelar perusahaan travel ternama, Panorama Tours beberapa waktu lalu. Panorama ingin menyuguhkan aktifitas wisata tak kalah menariknya, lewat beberapa properti serta sarana pendukung yang dikembangkannya di Bali. Mulai dari wisata kuliner, wisata budaya, hingga wisata belanja yang begitu menyenangkan. “ Karena selama ini, Bali hanya dikenal dengan pantai Kuta, padahal Bali is not just Kuta,” tegas Rama Tirtawisata, Managing Director PT Tirta Putra Wisata, saat menyambut kedatangan para awak media.

Selama tiga hari menjelajahi pulau berjuluk sejuta pura itu, kami menginap di The Haven di Seminyak. Properti yang dikembangkan Panorama ini menawarkan tempat peristirahatan natural dan elegan. Dan memang, The Haven Seminyak yang dilengkapi dengan penginapan, hotel dan villa ini, begitu homey seakan berada di rumah sendiri.

Hari pertama penjelalahan wisata dimulai dengan kunjungan ke sentra keramik Jenggala di kawasan Jimbaran. Boleh jadi, di pusat kerajinan keramik yang sudah ada sejak 30 tahun silam ini, kami seakan kembali ke masa anak-anak. Betapa tidak, selama dua jam lebih kami bermain-main dengan keramik. Mulai dari cara membuat keramik hingga menuangkan ide kreatifitas kita di atas keramik. Dan sesuai yang dijanjikan, dalam waktu dua pekan kemudian keramik hasil kreasi kita tiba ke alamat masing-masing.

Usai asyik bermain adonan tanah liat membuat keramik, kami pun segera menuju restoran Melasti di kawasan pantai Kadonganan. Di tempat ini kami menikmati hidangan makan malam di tepi pantai dengan suasana indahnya sunset dan suguhan tarian tradisional Bali. Meski memang, pada saat itu, sunset tak begitu sempurna. Malam harinya, mengunjungi Hu’u Bar, tempat clubing berkonsep outdoor di kawasan Kuta.  Lokasi Hu’u Bar sendiri tak begitu jauh dari The Haven. Nah, saking dekatnya konon kabarnya, bagi tamu The Haven Seminyak yang ingin hang out di tempat ini akan mendapatkan potongan harga spesial untuk setiap itemnya. Menjelang tengah malam, akhirnya kami pun harus menyudahi aktifitas untuk kembali ke hotel.

Keesokan harinya, ditemani sinar mentari yang cerah, kami kembali menjelajahi Bali. Di hari kedua ini, kami menuju ke arah timur, yakni Alila Manggis di kawasan Karangasem. Di kawasan hotel dan resort yang ditempuh selama dua setengah jam perjalanan ini, kami mengikuti kegiatan Cooking School dengan menu-menu tradisional khas Bali yang dipandu oleh Chef Penny. Dan hasil olahan para awak media itulah yang dihidangkan untuk santap siang hari itu. Ya, lumayan juga masakan tradisional Bali seperti Magibung semacam urab sayur, pepes tahu hingga sate ikan hasil keroyokan itu habis dilahap.

Usai menyantap masakan hasil olehan sendiri, tujuan selanjutnya adalah ke Halo Bali Spa yang ada di kawasan Sanur. Sesuai namanya, di tempat ini, selama dua jam kami pun menjajal layanan treatmen ala Chocolate Spa. Tentunya, setelah menjalani rawatan spa, badan pun terasa segar kembali. Halo Bali Spa sendiri memiliki beragam treatmen dan sebagai andalannya adalah Romentic Red Wine Spa dan Original Chocolate Spa. Lantas sebagai pelengkapnya, usai bebersih badan, kami pun diminta untuk mengenakan pakaian tradisional Bali, layaknya penduduk asli Bali yang akan mengikuti ritual.

Memang, perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi Puri Taman Sari, sebuah kawasan desa wisata yang menyuguhkan aktifitas nyata kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu Bali yang berada di Desa Umabian, Tabanan. Dimana di kawasan itu terdapat rumah tinggal keluarga keturunan kerajaan Mengwi. Di tempat yang dijuluki sebagai The Royal Private inilah kami menikmati makan malam dengan suguhan aneka tarian tradisional Bali seperti tari Kecak di bawah sinaran rembulan. Di kawasan Puri yang dibuka untuk umum serta dilengkapi dengan fasilitas penginapan berupa villa ini, wisatawan akan disuguhkan pemandangan tradisi Bali yang benar-benar eksotis dan menakjubkan. Mulai dari aneka tarian, makanan hingga gaya hidup tradisional yang masih tetap terjaga.

Di hari ketiga, setelah beramah tamah dengan jajaran eksekutif dari Panorama dan mitranya, kami kembali menjelajahi kawasan semenanjung Benoa atau yang lebih dikenal dengan Tanjung Benoa. Selain menikmati kawasan olahraga air, dari pantai Tanjung Benoa ini, ditengah terik matahari, kami menyeberang menggunakan Glass Bottom Boat menuju Turtle Island, sebuah gugusan pulau kecil tempat penangkaran kura-kura.

Usai bermain-main dengan kura-kura dan aneka satwa yang ada, kami kembali ke daratan dan dilanjutkan menuju hotel The Oasis Benoa untuk santap siang. Kelebihan dari salah satu properti dari Panorama yang ada di Bali ini adalah kedua sisi bangunannya menghadap ke lautan lepas. Dan trip berikunya yang dinanti-nanti, yakni berbelanja pun tiba. Mengingat waktu yang begitu sempit, akhirnya kami pun sepakat untuk memilih kawasan wisata belanja Erlangga 2, bukan pasar Sukowati yang terkenal sejak dulu. Namun begitu, di pusat wisata belanja Erlangga 2 yang ada di Denpasar ini pengunjung tak usah repot-repot untuk tawar menawar sebagaimana yang terjadi bila belanja di kawasan pasar Sukowati. Pasalnya, Erlangga tak ubahnya seperti supermarket pada umumnya yang tentunya mengenakan sistem fix prize. Jadi tinggal datang, pilih-pilih sesuai selera lalu bayar ke kasir.

Menginap di The Haven Seminyak, sebuah kawasan yang begitu padat selama tiga hari dua malam. Menjelajahi sudut-sudut Bali bagian selatan hingga timur serta mengubek-ubek hiruk pikuknya kawasan Kuta pun tuntas kami lakukan. Ole-ole khas Bali sudah siap di tangan. Nah, tentunya mau tidak mau, saatnya harus kembali ke Jakarta. Karena mendapat jadwal penerbangan malam hari, akhirnya sebelum terbang ke Jakarta kami pun masih bisa menikmati indahnya makan malam di kawasan pantai Kuta, tepatnya di hotel Discovery Kartika Plaza.

Dan akhirnya menjelang tengah malam, seluruh awak media yang mengikuti trip ini sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta. Rupanya, Panorama tak sampai disini menjamu kami, sedan mewah dengan sentuhan warna hitam berlogo Premium Cab –sebuah taksi kelas premium persembahan White Horse milik Panorama— siap mengantar hingga depan pintu rumah masing-masing peserta. Ah, ini menjadi salah satu perjalanan yang menyenangkan, meski deadline kerja menyambut di ambang batas. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009

Berani dan Elegan Dengan Color Block

bentenPesona dunia bawah laut begitu menakjubkan. Semburat kombinasi warna-warna kontras kerap memikat mata. Tenang, hangat, bersahabat namun tetap berani dan penuh gairah. Keindahan warna kontras inilah yang menginspirasi duo desainer dalam berkreasi menghadirkan koleksi busana yang elegan.

Memasuki tahun ketiga, lewat label yang diusungnya Benten, Cecilia Yuda dan Lisa Daryono kembali menampilkan koleksi terbarunya dengan tema Color Block. Dengan tetap menggunakan material ringan dan lembut seperti silk satin dan chiffon silk, namun kali ini duo desainer hendak menghadirkan sentuhan kuat dua warna. Tampilan gaun dengan kombinasi antara merah dan oranye, merah dan biru hingga coklat dan biru begitu memikat. menegaskan ciri khas Benten yang berani namun tetap feminine dan elegan.

Aplikasi tehnik kerut halus dan rumit masih terlihat pada koleksi 2009 teranyar yang bakal diikutkan pada Jakarta Fashion Week, November mendatang ini. Selain itu, koleksi sebanyak 20 potong ini tetap mempertakan detail minimalis pada setiap gaunnya. Sehingga lewat pencampuran dua warna unik dan cenderung berani pada satu desain terkesan kontras. Sepertinya, Benten hendak menegaskan bahwa kombinasi warna-warna cantik dan cocok untuk wanita modern yang berani tampil berbeda namun tetap terlihat elegan. Dan tentunya, blocking warna dari atas hingga bawah ini makin menegaskan karakter dari Benten.

Ide akan keindahan dunia bawah laut tersebut dituangkannya dalam sejumlah koleksi yang bukan saja tampak berani, penuh gairah dan menggoda, tapi juga mewah dan elegan. Tak heran bila gaun-gaun berlabel Benten kini tengah digandrungi kalangan selebriti maupun sosialita Jakarta. Tak hanya itu, permintaan global pun terus berdatangan mulai dari Singapura, Malaysia, Australia hingga Amerika Serikat. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009

Eksistensi Dunia Otomotif Tanah Air

otoiPerhelatan akbar dunia otomotif kembali digelar. Sepertinya krisis ekonomi global yang mendera tak menyurutkan pabrikan otomotif untuk tetap eksis di ajang bergengsi ini.  Meski di gelaran The 17th Indonesia International Motor Show (IIMS) 2009 ini, para peserta pameran lebih konsen meningkatkan angka penjualan dibanding menghadirkan kendaraan konsep.

Paling tidak, perhelatan yang diselenggarakan 24 Juli – 2 Agustus 2009, di Jakarta International Expo Kemayoran ini, sebagai bukti bahwa dunia otomotif Tanah Air masih tetap eksis. Terlebih jika dibandingkan dengan kondisi beberapa negara di kawasan Asia. “ Keberhasilan Indonesia untuk tetap mengadakan motor show patut diacungi jempol. Sebab ini membuktikan bahwa negara kita tidak terlalu parah terkena dampak krisis ekonomi global,” tegas Ketua Penyelenggara IIMS 2009, Johnny Darmawan.

Gelaran motor show yang ke tujuhbelas ini memang menggunakan tempat baru. Kepindahan lokasi pameran ini bukan tanpa alas an, setidaknya, didukung lebih banyak merek mobil. IIMS 2009 pun tampil lebih meriah dengan beragam acara pendukung yang memberikan pengalaman baru pada pengunjungnya. Salah satu yang menjadi daya tarik perhelatan tahun ini, adalah bergabungnya beberapa merek sepeda motor seperti Honda, Kawasaki, Yamaha, Piaggio dan Harley Davidson.

Di pameran ini, pengunjung bisa menikmati konsep motor show gallery. Dimana mobil dari berbagai merek ditampilkan dalam sebuah area pameran sehingga lebih memudahkan pengunjung untuk melihat-lihat city car hingga jejeran mobil-mobil mewah. Ya, di IIMS 2009 ini hadir pula merek mobil kelas premium semisal Ferrari, Maserati, Lamborghini, Aston Martin, Hummer, dan Bentley. Dan yang tak kalah menariknya adalah area Unique and Exotic Cars yang memajang mobil-mobil unik, antik serta klasik dengan menggandeng Indonesia Classic Car Owners Club (ICCOC). Salah satunya adalah mobil presiden RI pertama Ir Soekarno.

Beragam event pun digelar di ajang IIMS yang memanfaatkan luasnya lokasi pameran di Kemayoran ini. Diantaranya adalah Motor Show Concert 2009, sebuah ajang konser musik band-band papan atas saban malam harinya. Lalu Achilles Drift Show and Battle, sebuah ajang kompetisi dan atraksi ekstrim para drifter nasional yang tergabung dalam Indonesian Drift Community (IDC). Aksi ekstrim pun ditunjukkan komunitas sepeda BMX Professional Riders lewat beragam atraksi yang mendebarkan. Dan sebagai pelengkapnya, seperti biasa, di IIMS 2009 ini pun menghadirkan Car Audio Show yang dimeriahkan dengan Demo Car, Contest Car, Sound Quality Contest, Sound Pressure Contest, One Make Race Class, Hall of Fame Day, Get Wet Dancer hingga DJ performance.

Dan sepertinya, penyelenggara tak kehabisan akal untuk mendatangkan banyak pengunjung di acara ini. Diantaranya dengan menggandeng lebih dari 48 komunitas otomotif yang tergabung dalam Forum Komunikasi Klub dan Komunitas Otomotif (FK3O). Adapula kompetisi uji kekuatan otot dan kekompakan tim dalam Show Your Power yakni lomba menarik truckhead sejauh 100 meter. Pun dengan kalangan pelajar dan anak-anak, lewat program Student’s Day memberikan kesempatan para pelajar untuk menyaksikan pameran dunia otomotif terakbar ini. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009

Batik ala Spongebob SquarePants

bobatikBatik memang unik. Aneka ragam sentuhan pada batik kian menarik. Tak hanya orang dewasa, kalangan anak-anak pun kini mulai tertarik batik. Terlebih dengan apa yang dilakukan oleh Allure –label batik kontemporer dan ternama dalam fashion batik— yang memperkenalkan koleksi batik spesial bernama Bobatik.

Koleksi batik anak-anak berlabel Allure Kids ini, merupakan hasil kolaborasi desain unik SpongeBob SquarePants dengan warna, tekstur dan gaya klasik modern dari Allure batik. Lahirnya, Bobatik sendiri tak lain terinspirasi dari properti Nickelodeon yang kian tengah popular di negeri ini. Betapa tidak, SpongeBob SquarePants muncul sebagai ikon pop yang dapat dinikmati oleh semua umur dan telah melampaui trend. Desainer dunia ternama, seperti Marc Jacob dan Kimora Lee Simons pun adalah beberapa dari sekian banyak selebriti yang memanfaatkan daya tarik SpongeBob SquarePants.

“Tak heran bila, bertepatan dengan ulang tahun SpongeBob SquarePants ke sepeluh, Allure Batik berkolaborasi menghadirkan Bobatik, yakni batik bermotif SpongeBob SquarePants,” ujar Suherman Mihardja, Komisaris Allure Batik saat memperkenalkan lini koleksi barunya ini di Senayan City, beberapa waktu lalu.

Koleksi Bobatik yang diluncurkan awal musim panas ini terdiri dari koleksi pakaian sehari-hari dan aksesori untuk anak dan remaja. Dan tentunya, koleksi Bobatik ini masih kental dengan warna dan motif yang dimiliki Allure Kids. Hanya saja, patchwork motif dan corak abstrak khas SpongeBob SquarePants menjadi aksen tersendiri. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009

Tren Belanja Tengah Malam

Fenomena belanja tengah malam kian marak. Seakan tak peduli dengan kondisi ekonomi, penggila belanja sepertinya selalu menantikan saatnya berbelanja. Tak hanya kaum wanita, kalangan pria, tua muda, hingga anak-anak pun ikut menikmatinya. Dan pemandangan ini, sepertinya akan menjelma menjadi sebuah tradisi baru bagi warga ibu kota Jakarta.

Bagi kalangan shopaholic, belanja tengah malam dengan iming-iming diskon gede-gedean merupakan kesempatan untuk mendapatkan barang bermerek dan bergengsi dengan harga miring. Tampak jelas, raut wajah para penggila belanja yang puas dan bangga, ketika menenteng barang belanjaan. Meski mungkin saja, barang yang dibelinya tak dibutuhkan.

Sejak digulirkan beberapa tahun silam oleh Senayan City –salah satu pusat perbelanjaan kelas wahid di Jakarta, program Midnight Shopping atau belanja tengah malam selalu dinanti penggila belanja. Potongan harga yang ditawarkan hingga 80 persen menjadi daya tarik tersendiri. Disamping tentunya, menikmati pengalaman baru, bagaimana serunya belanja tengah malam. Bagi Senayan City sendiri, ajang ini digelar tiga kali setahun, Juni, September, dan Desember.

Kini, tak hanya Senayan City yang menggelar belanaja tengah malam. Beberapa mal seperti Mal Taman Anggrek, Mal Kelapa Gading, Grand Indonesia, Plaza Indonesia, Mal of Indonesia, Pacific Place Plaza, Supermal Karawaci, Cilandak Town Square, hingga Paris Van Java Bandung pun menggelar acara yang sama. Bahkan tujuh pusat perbelanjaan di bawah bendera Lippo Group Plaza Semanggi, Cibubur Junction, Gajah Mada Plaza, Pluit Village, Mal Eka Lokasari Bogor, Bandung Indah Plaza, dan Sun Plaza Medan, ikut menggelar event yang sama dengan beragam iming-iming diskon dan hadiah menarik.

Dan sepertinya, Midnight Shopping, di beberapa pusat perbelanjaan pada tahun ini lebih semarak. Seperti yang digelar Senayan City Juni lalu, bersamaan dengan program Jakarta Great Sale (JGS) disambut antuasias. Saking ramainya, jejeran antrean di depan mesin kasir tampak jelas, meski hari hampir beranjak pagi lagi. Demikian pula yang terjadi di luar kawasan sekitar pusat perbelanjaan, kemacetan total tak terelakkan sejak menjelang dimulai hingga berakhirnya Midnight Shopping.

Menurut Very Y Setiady, Marketing Director Senayan City, Midnight Shopping tahun ini tak hanya ajang diskon produk bermutu, tapi juga terbesar karena diikuti lebih 200 tenant. “ Tahun ini kami memiliki lebih banyak tenant yang berpartisipasi, lebih banyak special offer dan lebih banyak hadiah untuk para pengunjung,” paparnya. Jika tahun lalu, produk best seller adalah bantal dan guling, kali ini adalah koper dan tas-tas perjalanan dari merek internasional, seperti Elle dan American Tourister.

Kegembiraan akan keuntungan yang diraih pun melingkupi para pemegang brand global. Ratih D Gianda, Group Head of Investor Relation PT Mitra Adiperkasa Tbk, pemegang lisensi merek Debenhams mengatakan, angka penjualan dari promo Midnight Sale cukup besar. Para tenant berharap, gelaran Midnight Shopping –yang biasanya masih dalam satu rangkaian kegiatan Jakarta Great Sale (JGS)— bisa mengalihkan perhatian shopaholic negeri ini terhadap Great Singapore Sale.

Ingin menikmati serunya belanja tengah malam atau sekadar melihat-lihat bagaimana ‘kalapnya’ penggila belanja beraksi? Sejumlah pusat perbelanjaan, seperti Senayan City akan menggelar kembali program Midnight Shopping pada September dan Desember tahun ini. [view]

Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009