Siang itu, sepertinya mentari begitu genit menyinari bumi. Keindahan panorama gugusan pulau berbentuk mirip burung itu tampak jelas, dari jendela pesawat ketika terbang di langit selat Bali sebelum akhirnya mendarat dengan nyaman. Selama dalam perjalanan menuju ke hotel, suguhan sejuta pemandangan di setiap sudut kota membuat lupa akan sengatan teriknya mentari.
Memang, daya tarik Pulau Bali dengan eksotisme alam tropisnya tak ada duanya. Nyatanya, pesona Bali tak hanya ditawarkan oleh pemandangan hamparan pasir putih pantai Kuta saja. Tapi hampir di setiap sudutnya tersimpan begitu banyak ‘magnit’ yang mampu menarik minat para pelancong untuk menyambanginya. Tak heran bila, banyak orang di jagat raya ini pun ingin sekali menginjakkan kakinya di pulau dewata ini.
Dan, untuk lebih tahu ‘sisi lain’ dari pulau dewata, redaksi VIEW berkesempatan mengikuti kegiatan Media Appreciation Trip bertajuk Explore The Havenly Panorama of Bali yang digelar perusahaan travel ternama, Panorama Tours beberapa waktu lalu. Panorama ingin menyuguhkan aktifitas wisata tak kalah menariknya, lewat beberapa properti serta sarana pendukung yang dikembangkannya di Bali. Mulai dari wisata kuliner, wisata budaya, hingga wisata belanja yang begitu menyenangkan. “ Karena selama ini, Bali hanya dikenal dengan pantai Kuta, padahal Bali is not just Kuta,” tegas Rama Tirtawisata, Managing Director PT Tirta Putra Wisata, saat menyambut kedatangan para awak media.
Selama tiga hari menjelajahi pulau berjuluk sejuta pura itu, kami menginap di The Haven di Seminyak. Properti yang dikembangkan Panorama ini menawarkan tempat peristirahatan natural dan elegan. Dan memang, The Haven Seminyak yang dilengkapi dengan penginapan, hotel dan villa ini, begitu homey seakan berada di rumah sendiri.
Hari pertama penjelalahan wisata dimulai dengan kunjungan ke sentra keramik Jenggala di kawasan Jimbaran. Boleh jadi, di pusat kerajinan keramik yang sudah ada sejak 30 tahun silam ini, kami seakan kembali ke masa anak-anak. Betapa tidak, selama dua jam lebih kami bermain-main dengan keramik. Mulai dari cara membuat keramik hingga menuangkan ide kreatifitas kita di atas keramik. Dan sesuai yang dijanjikan, dalam waktu dua pekan kemudian keramik hasil kreasi kita tiba ke alamat masing-masing.
Usai asyik bermain adonan tanah liat membuat keramik, kami pun segera menuju restoran Melasti di kawasan pantai Kadonganan. Di tempat ini kami menikmati hidangan makan malam di tepi pantai dengan suasana indahnya sunset dan suguhan tarian tradisional Bali. Meski memang, pada saat itu, sunset tak begitu sempurna. Malam harinya, mengunjungi Hu’u Bar, tempat clubing berkonsep outdoor di kawasan Kuta. Lokasi Hu’u Bar sendiri tak begitu jauh dari The Haven. Nah, saking dekatnya konon kabarnya, bagi tamu The Haven Seminyak yang ingin hang out di tempat ini akan mendapatkan potongan harga spesial untuk setiap itemnya. Menjelang tengah malam, akhirnya kami pun harus menyudahi aktifitas untuk kembali ke hotel.
Keesokan harinya, ditemani sinar mentari yang cerah, kami kembali menjelajahi Bali. Di hari kedua ini, kami menuju ke arah timur, yakni Alila Manggis di kawasan Karangasem. Di kawasan hotel dan resort yang ditempuh selama dua setengah jam perjalanan ini, kami mengikuti kegiatan Cooking School dengan menu-menu tradisional khas Bali yang dipandu oleh Chef Penny. Dan hasil olahan para awak media itulah yang dihidangkan untuk santap siang hari itu. Ya, lumayan juga masakan tradisional Bali seperti Magibung semacam urab sayur, pepes tahu hingga sate ikan hasil keroyokan itu habis dilahap.
Usai menyantap masakan hasil olehan sendiri, tujuan selanjutnya adalah ke Halo Bali Spa yang ada di kawasan Sanur. Sesuai namanya, di tempat ini, selama dua jam kami pun menjajal layanan treatmen ala Chocolate Spa. Tentunya, setelah menjalani rawatan spa, badan pun terasa segar kembali. Halo Bali Spa sendiri memiliki beragam treatmen dan sebagai andalannya adalah Romentic Red Wine Spa dan Original Chocolate Spa. Lantas sebagai pelengkapnya, usai bebersih badan, kami pun diminta untuk mengenakan pakaian tradisional Bali, layaknya penduduk asli Bali yang akan mengikuti ritual.
Memang, perjalanan selanjutnya adalah mengunjungi Puri Taman Sari, sebuah kawasan desa wisata yang menyuguhkan aktifitas nyata kehidupan sehari-hari masyarakat Hindu Bali yang berada di Desa Umabian, Tabanan. Dimana di kawasan itu terdapat rumah tinggal keluarga keturunan kerajaan Mengwi. Di tempat yang dijuluki sebagai The Royal Private inilah kami menikmati makan malam dengan suguhan aneka tarian tradisional Bali seperti tari Kecak di bawah sinaran rembulan. Di kawasan Puri yang dibuka untuk umum serta dilengkapi dengan fasilitas penginapan berupa villa ini, wisatawan akan disuguhkan pemandangan tradisi Bali yang benar-benar eksotis dan menakjubkan. Mulai dari aneka tarian, makanan hingga gaya hidup tradisional yang masih tetap terjaga.
Di hari ketiga, setelah beramah tamah dengan jajaran eksekutif dari Panorama dan mitranya, kami kembali menjelajahi kawasan semenanjung Benoa atau yang lebih dikenal dengan Tanjung Benoa. Selain menikmati kawasan olahraga air, dari pantai Tanjung Benoa ini, ditengah terik matahari, kami menyeberang menggunakan Glass Bottom Boat menuju Turtle Island, sebuah gugusan pulau kecil tempat penangkaran kura-kura.
Usai bermain-main dengan kura-kura dan aneka satwa yang ada, kami kembali ke daratan dan dilanjutkan menuju hotel The Oasis Benoa untuk santap siang. Kelebihan dari salah satu properti dari Panorama yang ada di Bali ini adalah kedua sisi bangunannya menghadap ke lautan lepas. Dan trip berikunya yang dinanti-nanti, yakni berbelanja pun tiba. Mengingat waktu yang begitu sempit, akhirnya kami pun sepakat untuk memilih kawasan wisata belanja Erlangga 2, bukan pasar Sukowati yang terkenal sejak dulu. Namun begitu, di pusat wisata belanja Erlangga 2 yang ada di Denpasar ini pengunjung tak usah repot-repot untuk tawar menawar sebagaimana yang terjadi bila belanja di kawasan pasar Sukowati. Pasalnya, Erlangga tak ubahnya seperti supermarket pada umumnya yang tentunya mengenakan sistem fix prize. Jadi tinggal datang, pilih-pilih sesuai selera lalu bayar ke kasir.
Menginap di The Haven Seminyak, sebuah kawasan yang begitu padat selama tiga hari dua malam. Menjelajahi sudut-sudut Bali bagian selatan hingga timur serta mengubek-ubek hiruk pikuknya kawasan Kuta pun tuntas kami lakukan. Ole-ole khas Bali sudah siap di tangan. Nah, tentunya mau tidak mau, saatnya harus kembali ke Jakarta. Karena mendapat jadwal penerbangan malam hari, akhirnya sebelum terbang ke Jakarta kami pun masih bisa menikmati indahnya makan malam di kawasan pantai Kuta, tepatnya di hotel Discovery Kartika Plaza.
Dan akhirnya menjelang tengah malam, seluruh awak media yang mengikuti trip ini sudah tiba di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Jakarta. Rupanya, Panorama tak sampai disini menjamu kami, sedan mewah dengan sentuhan warna hitam berlogo Premium Cab –sebuah taksi kelas premium persembahan White Horse milik Panorama— siap mengantar hingga depan pintu rumah masing-masing peserta. Ah, ini menjadi salah satu perjalanan yang menyenangkan, meski deadline kerja menyambut di ambang batas. [view]
Tulisan ini ditulis dan dimuat untuk VIEW edisi Agustus 2009