Perempuan Berkalung Sorban

Lagi, film drama bernuansa islam dengan setting sebuah pondok pesantren segera edar besok, Kamis (15/1) di seluruh bioskop nasional. Film bertajuk Perempuan Berkalung Sorban besutan Hanung Bramantyo ini diangkat dari novel karya Abidah El-Khalieqy.

Di film produksi Starvision ini, sepertinya Hanung hendak mengulang suksesnya ketika membidani Ayat-Ayat Cinta. Dengan setting kehidupan pondok pesantren di Jawa Timur –yang boleh dibilang masih memegang ajaran salaf– itu menggambarkan perjuangan sesosok ‘perempuan’ yang masih dianggap makhluk kedua. Sosok perempuan itu bernama Annisa yang dibawakan secara apik oleh Revalina S Temat, yang mencoba bangkit dari kekangan aturan keluarga yang menjadikan gengsi agama sebagai tameng. Meski pada kenyataannya segala aturan itu akhirnya mendapatkan perlawanan dari kaum perempuan yang ingin bebas dalam menentukan pilihan. Dan memang itu yang mereka cari, meski belum mengetahui secara benar hak dan kewajibannya yang sejatinya telah diatur dalam ajaran agama itu sendiri (baca: Islam).

Secara garis besar sinopsis film bersetting era 80-an hingga 90-an ini pada awal cerita berusia 10 tahun diperankan oleh Nasya Abigail hanya ingin belajar naik kuda seperti kedua saudara laki-lakinya. Tapi dia dilarang oleh kedua orang tuanya. Kenapa? Karena dia seorang perempuan.

Keluarga Anissa memang bukan keluarga biasa. Ayahnya adalah Kyai Hanan (Joshua Pandelaky), pemimpin pesantren salaf Al-Huda yang keras hati. Pesantren salaf adalah pesantren tradisional yang menjalankan ajaran agama Islam berdasarkan kepada bagaimana para sahabat Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menjalankan ajaran agama ini. Karena merekalah generasi yang langsung bertemu dengan Rasul, menyaksikan langsung peristiwa turunnya firman Allah Subhanahu Wata’ala dan mendapat didikan langsung dari Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam. Sedangkan ibu Anissa, Nyai Muthmainnah (Widyawati), adalah seorang istri yang sangat patuh pada suaminya serta sangat mengabdi kepada keluarga.

Anissa tak pernah merasa nyaman dengan lingkungan keluarga. Dia selalu merasa disisihkan karena dia adalah perempuan. Untungnya ada satu orang yang sangat mengerti kegelisahan Anissa yang keras kepala. Mau mendengarkan keluh kesah Anissa dan mau mengajari Anissa naik kuda. Namanya Khudori (Oka Antara yang pada awal ceritera berusia 18 tahun diperankan oleh Aditya). Dia adalah seorang lelaki cerdas, berpikiran terbuka dan kebetulan adalah keponakan dari Nyai Muthmainnah. Namun perlindungan Khudori tak berlangsung lama. Khudori pergi ke Al-Azhar Kairo untuk melanjutkan kuliahnya di sana. Meninggalkan Anissa sendirian.

Tujuh tahun kemudian, Anissa yang berusia 17 tahun tak tahan lagi dengan kehidupannya yang mengikat dan tak adil kepada perempuan. Dia memutuskan untuk melamar beasiswa di sebuah universitas Islam di Jogja. Anissa memutuskan untuk memperjuangkan kebebasannya. Tapi garis hidup membawa Anissa ke dunia yang lain. Dunia pernikahan. Dunia yang dia harap dapat membawa kebebasan tapi sebaliknya bersama Samsudin (Reza Rahadian) yang ada hanya kekerasan dan penekanan atas keberadaannya sebagai perempuan.

Sementara itu ternyata Khudori kembali datang untuk Anissa. Tapi kali ini bukan dia yang bisa menolong Anissa. Tapi Anissa sendiri. Perjuangan Anissa ternyata tak semudah yang dia kira. Untuk mendapatkan kebebasannya dia tak hanya harus melawan keadaan tapi juga melawan dirinya sendiri.

Nah… dari pada penasaran mending nonton sendiri aja deh… film ini baru edar Kamis (15/1) besok. Soale film ini saya tonton saat preview kemarin di PH Gatsu. Selamat menonton….
Selamat buat Abidah El-Khalieqy
Selamat dan Sukses buat Hanung dan Parwez…