Ada satu hal yang akhir-akhir ini terus dikampanyekan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto selain jargon ekonomi kerakyatan yakni Revolusi Putih. Sebuah ‘gerakan cepat’ yang mengajak rakyat Indonesia untuk minum susu setiap hari. Karena, kalau tidak mulai dari sekarang, mau kapan lagi.
Gerakan revolusi yang banyak oleh kalangan sebagai langkah cerdas dan tepat ini merupakan pemikiran Prabowo dan partainya untuk membangun karakter bangsa yang sehat dan kuat. Salah satu caranya menjadikan susu sebagai konsumsi rakyat Indonesia setiap harinya. Dengan gerakan ini diharapkan anak-anak Indonesia dapat menjadi generasi penerus yang kuat dan cerdas dalam mengemban amanat-amanat kebangsaan pada masa-masa berikutnya.
“Kita jangan melihat hasilnya sekarang. Tunggu 10 sampai 15 tahun mendatang, jika gerakan ini simultan, yakinlah generasi kita akan menjadi generasi yang mumpuni. Hal itu juga sudah dilakukan India dan China,” tegas Prabowo Subianto.
Memang, gerakan minum susu ini sudah lama dicanangkan Gerindra sejak dua tahun silam. Meski memang, kala itu banyak kalangan yang menganggap enteng gerakan tersebut tapi bagi Gerindra, gerakan minum susu merupakan program kerja yang sangat strategis. Faktanya, kini gerakan serupa dilakukan banyak pihak. Karena sadar atau tidak, faktanya untuk kawasan Asia Tenggara saja, Indonesia berada di posisi terbawah dalam hal konsumsi susu.
Diakuinya, Gerakan Revolusi Putih ini, terinspirasi dari India yang telah menerapkan program itu sejak 20 tahun yang lalu. Padahal, sebelumnya India dikenal sebagai negara miskin dan terbelakang. Tapi lihat sekarang, India telah menjadi negara industri baru yang maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara di China, gerakan ini sudah dimulai sejak tahun lalu.
Terlebih lagi, berdasarkan kajian Gerindra, konsumsi susu per kapita di Indonesia tahun 2010 adalah 11,84 liter setahun. Artinya, rata-rata orang Indonesia minum 32,44 mililiter atau 2 sendok makan susu per hari. Berdasar data tahun yang sama, Indonesia masih kalah jauh dari Malaysia, Singapura dan India yang masing-masing 50,26 liter, 47,35 liter, dan 45,43 liter per tahun. Termasuk oleh Vietnam dan Filipina, yang konsumsinya sekitar 14,05 liter dan 12,35 liter.
Tak berlebihan, jika melihat kenyataan ini, mantan Danjen Kopassus itu terus mengobarkan semangat rakyat Indonesia untuk minum susu setiap harinya. “Gerakan ini bagian dari kepedulian Gerindra untuk generasi penerus yang kuat dan cerdas di masa yang akan datang. Ini sangat strategis dan tidak boleh dianggap remeh. Makanya Gerindra akan terus melakukan itu,” tandasnya di setiap kesempatan.
Tak dipungkiri lagi, menurut putra Begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini, kandungan nutrisi dalam susu sangat dibutuhkan untuk membangun manusia yang unggul. Dengan mengkonsumsi susu dan secara tidak langsung, membudayakan minum susu mampu menciptakan masyarakat menjadi berkualitas jasmani dan rohani serta berdaya saing. Namun sayang, kesadaran masyarakat Indonesia untuk konsumsi susu sangat rendah. Untuk itu, perlunya dilakukan gerakan revolusi putih, sebuah revolusi yang mengubah kebiasaan masyarakat agar meningkatkan konsumsi susu secara drastis.
Boleh jadi, faktor kemiskinan yang memaksa sebagian masyarakat jarang mengkonsumsi susu. Hal ini menyebabkan daya beli susu yang kurang. Itu disebabkan pengaruh faktor harga susu yang mahal, dan faktor di dalam industri susu Indonesia yang tidak bisa membidik semua kalangan. Oleh karenanya, dalam setiap kesempatan, Prabowo dan Partai Gerindra mengajak setiap elemen masyarakat, untuk menyisihkan sebagian rejeki anda untuk membeli susu cair kemasan kecil secara rutin, dan berikan kepada anak-anak kecil yang kurang mampu di komunitas masing-masing.
Menurut Ketua Bidang Pendidikan dan Latihan (Diklat) Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Edhy Prabowo, septintas pemikiran tentang revolusi putih ini sebenarnya amat sederhana. Edhy menegaskan, tujuan utamanya adalah membangun karakter bangsa dimulai dengan membangun raga yang kuat, sehingga nantinya lahir pula jiwa yang kuat. “Revolusi putih yang dicanangkan Ketua Dewan Pembina merupakan gerakan yang cerdas dan patut diikuti, ditengah kondisi pasokan gizi masyarakat yang kurang. Kalau tidak sekarang, kapan lagi,” tegas politisi muda ini.
Bahkan menurut orang yang bertanggungjawab urusan diklat kader Gerindra di Hambalang Bogor ini, setiap pagi dan malam, para kader disuguhi susu segar, hingga peserta bisa menyerap ilmu yang diterima. Namun Edhy menegaskan, gerakan revolusi putih ini tidak hanya harus dilakukan oleh Gerindra tapi seluruh masyarakat agar dampaknya akan lebih besar.
Untuk itu, Edhy berharap seluruh elemen Gerindra dengan kerja keras dan kerja cerdas terus menggalakkan revolusi putih ini. Memang, yang namanya revolusi itu harus dilakukan dengan cepat dan tepat, karena kondisinya sudah memprihatikan. Dan gerakan ini akan terus dikampanyekan ke seluruh wilayah Indonesia, tidak sebatas di lingkungan kader saja. “Karena rakyat perlu tahu, rakyat perlu menikmatinya, dan rakyat punya hak untuk menjadi rakyat yang sehat dan kuat,” tandas Sekretaris Fraksi Gerindra ini.
Menurutnya, bukan sesuatu yang sulit untuk mewujudkan mimpi bangkitnya sumber daya manusia Indonesia dengan cara meningkatkan konsumsi susu. Namun lagi-lagi kembali pada komitmen pemerintah dalam mendukung dan menyambut gerakan ini. “Kita lihat selama ini, kok masih ada negara yang lalai tidak bisa memenuhi gizi rakyatnya sendiri, padahal negara ini kaya akan sumber daya alam yang bisa menghasilkan susu,” ujar anggota Komisi VI ini.
Hal senada diungkapkan oleh Saifuddin Donodjoyo, bahwa gerakan revolusi putih alias gerakan minum susu merupakan program strategis Gerindra dalam pembangunan manusia Indonesia yang handal. Gerakan ini pun dinilainya sebagai upaya ‘hijrah’ rakyat Indonesia yang masih enggan mengkonsumsi susu, apapun alasannya. Dan ajakan hijrah lewat gerakan ini, bukan semata untuk kader Gerindra tetapi untuk seluruh elemen masyarakat.
Menurutnya, Jepang dulu sama-sama menderita sejak tahun 1945 tapi mereka berani minum susu, China awalnya bukanlah negara peminum susu. India juga demikian, meski rakyatnya hidup dalam kemiskinan, tapi karena mau mengkonsumsi susu. Semua itu, bergantung pada niatnya. Belum ada kata terlambat untuk membiasakan minum susu, karena dengan minum susu setidaknya bisa meningkatkan daya tahan masyarakat Indonesia dari berbagai macam penyakit. “Dan hasilnya, sekarang bisa kita saksikan sendiri, betapa hebat-hebat sumber daya manusia negara-negara itu,” ujar anggota Komisi VIII dari Fraksi Gerindra ini.
Susin
Rupanya, pemikiran Prabowo tentang revolusi putih yang mengajak masyarakat Indonesia untuk mengkonsumsi susu telah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sinjai, Sulawesi Selatan. Ya, jauh sebelum revolusi ini didengungkan, program serupa dilakukan oleh masyarakat Sinjai dengan memproduksi susu sapi produksi masyarakat setempat dibawah pimpinan Bupati Andi Rudiyanto Asapa.
Program minum susu terhadap anak-anak di daerah tersebut telah dimulai sejak tahun 2004 dengan nama susu sinjai (Susin). Bahkan kini, susu lokal berlabel Susin itu sudah dibungkus dengan kemasan industri yang tentunya lebih higienis. Bakhan susu kemasan yang dibagikan kepada anak sekolah TK dan SD di seluruh wilayah Kabupaten Sinjai itu sudah tersebar hingga ke ibukota propinsi, Makassar.
Menyikapi hal ini, Prabowo Subianto merasa bangga dengan terobosan yang dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat Kabupaten Sinjai. Pasalnya, apa yang tengah digalakkannya itu sudah dilakukan oleh masyarakat daerah itu. “Mungkin dari sekitar 490 bupati dan walikota di Indonesia, baru Sinjai yang melakukan hal itu,” ujar Prabowo Subianto ketika melantik Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Sulawesi Selatan periode 2010-2015, setahun yang lalu.
Manfaat Susu
Sejatinya, tidak ada yang dirugikan dari mengkonsumsi susu bila penyajiannya sesuai kriteria dan higienis. Revitalisasi konsumsi susu diyakini bisa mencegah potensi lebih kecil penderita gizi buruk pada anak. Gizi buruk pada anak tidak hanya menggangu perkembangan fisik dan kesehatan mereka, juga berimbas pada penurunan tingkat inteligensia.
Parahnya, menurut data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2010, sebanyak 17,9 persen balita di Tanah Air masih mengalami gizi kurang atau gizi buruk. Kalau sudah begini dan tak ada langkah untuk memperbaikinya, bakal tercipta generasi berkualitas rendah yang tidak produktif dan tak mampu bersaing di masa depan. Bahkan generasi ini bisa saja menjadi beban sosial dan ekonomi bagi keluarga atau masyarakat.
Mengkonsumsi susu secara rutin dapat meningkatkan kesehatan tulang karena memang susu merupakan sumber kalsium yang baik. Kandungan Vitamin D dalam susu yang cukup membantu tubuh dalam penyerapan kalsium secara optimal. Sehingga gangguan osteoporosis atau pengeroposan tulang dapat dicegah dengan konsumsi susu secara rutin. Di samping itu, kandungan kalsium dan fosfor dalam susu juga bermanfaat dalam pemeliharaan gigi.
Di dunia kecantikan, kandungan asam laktat pada susu dapat membantu peremajaan kulit dengan membantu mengangkat sel kulit mati. Tidak kalah pentingnya, susu dapat membantu melindungi tubuh dari kanker, jantung, dan stroke. Susu memberikan efek perlindungan terhadap risiko kanker payudara. Kalsium dan lemak dalam susu dapat melindungi tubuh dari risiko serangan kanker usus besar.
Pasokan Susu
Tingkat konsumsi susu orang Indonesia dibanding negara-negara lainnya memang paling rendah. Jika pada 2008 konsumsi susu masyarakat Indonesia hanya sebesar 7,7 liter per kapita pertahun, pada 2010 meningkat menjadi 11,7 liter per kapita pertahun, atau naik lebih dari 65 persen. Meski begitu, tetap saja Indonesia masih kalah dengan Vietam dan Filipina.
Dulu upaya pemerintah dalam penyediaan susu untuk rakyat dengan mendirikan perusahaan. Pada tahun 1954, pemerintah melalui BUMN memang pernah punya perusahaan bernama Sari Husada, dengan produk terkenalnya SGM, yang hingga saat ini masih menjadi salah satu susu formula acuan. Namun akhirnya, sejak 2007 lalu Sari Husada itu berada dibawah naungan perusahaan ternama asal Perancis, Danone. Dengan demikian, saat ini Kementerian BUMN tidak lagi memiliki perusahaan yang memproduksi susu. Padahal Indonesia memiliki lahan peternakan yang sangat luas.
Menurut Menteri Pertanian Suswono, untuk memenuhi kebutuhan susu nasional sampai saat ini sekitar 70 persennya masih mengandalkan impor. Sementara pasokan susu nasional hanya mampu mencukupi 30 persen saja. Setidaknya Indonesia mengimpor bahan baku susu olahan tak kurang dari 1,85 juta ton yang didatangkan dari Australia dan Selandia Baru.
Tak heran bila, harga susu melambung tinggi sehingga tak terbeli oleh sebagian masyarakat negeri ini. Tak ada salahnya pula, bila kondisi itu menjadi lirik lagu yang disenandungkan musisi Iwan Fals yang hits di era 1980-an. “Maafkan kedua orang tuamu, tak mampu beli susu. BBM naik tinggi, susu tak terbeli. Orang pintar tarik subsidi, anak kami kurang gizi”. [G]
Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA, Edisi Desember 2011