Lebih Dekat Dengan Edy Budiyarso : Perjuangan Amanat Rakyat

Wajah dan namanya, sudah tak asing lagi bagi para pedagang warteg di Jakarta. Maklum sebagai orang Tegal, Edy Budiyarso getol memperjuangkan nasib warung tegal yang tersebar di beberapa sudut ibu kota. Ia menolak tegas penerapan wajib pajak 10 persen bagi Warteg (Warung Tegal) oleh Pemda DKI Jakarta beberapa waktu lalu. Gerakan perlawanan yang dilakukannya itu memang bukan hal yang luar biasa, tapi sangat berarti bagai para pemilik warteg.

CALEG DPR-RI DAPIL JAWA TENGAH 9 NO URUT 5

CALEG DPR-RI DAPIL JAWA TENGAH 9 NO URUT 5

Putra asli Tegal ini mengaku merasa terpanggil memperjuangkan nasib para pemilik warteg, bukan karena ia putra asli daerah Tegal tapi karena panggilan jiwa. “Saya tak tega melihat nasib penjaja makanan murah yang makin terpinggirkan dengan aturan-aturan dari Pemda DKI,” kata mantan wartawan Majalah Tempo ini. Baginya, perjuangan yang sesungguhnya adalah memperjuangkan nasib masyarakat kecil. “Ikut berjuangan bersama mereka jauh lebih penting dari pada banyak bicara. Apalagi, sebagai rakyat kecil mereka acapkali merasa berjuang sendiri meski punya wakil-wakil di Senayan,” kata Edy.

Pria kelahiran Tegal ini menegaskan, masyarakat Tegal yang berada di perantauan dan di kampung halamannya,  menginginkan ikhtiar perjuangan seperti itu tak berhenti di sini, tapi dilanjutkan agar lebih maksimal.

“Mereka pun meminta saya untuk maju sebagai calon wakil rakyat mereka di Senayan,” ungkap Edy ihwal keinginannnya maju sebagai wakil rakyat.

Bahkan sebagai ungkapan rasa terimakasih para pemilik warteg atas keberhasilan perjuangannya, mereka mendukung sepenuhnya langkah Edy memilih partai Gerindra. “Mereka kecewa dan bosan pada politisi yang hanya pamer muka menjelang pemilu, tapi setelah terpilih menghilang entah kemana,” ungkap penulis buku Warteg Galau: Perjuangan Rakyat Kecil Menolak Pajak Warteg ini.

Wakil Sekretaris Ikatan Keluarga Besar Tegal (IKBT) ini pun mengakui, ia butuh waktu beberapa bulan untuk memutuskan menerima pinangan partai Gerindra. Maklum, ia ingin tahu betul visi dan misi suatu partai sebelum bergabung. Ia tak mau terjun ke politik hanya karena ikut-ikutan, tapi memang sudah panggilan jiwa. “Setelah merasa mantap dengan pilihan hati, memperlajari dan menimbang segala sesuatunya, saya merasa Gerindra yang paling tepat,” papar Sekretaris Jenderal FederasiOrgansasi Pedagang Pasar Indonesia (FOPPI) ini.

Suami dari dr Suprohaita, Sp.A ini mengakuiapa yang diperjuangkanbersama rekan-rekannyaselama ini di IKBT maupun di FOPPI, selaras dengan platform dan manivesto perjuangan Partai Gerindra. ApalagiKetua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto adalah sosok yang sudah teramat dikenalnya jauh-jauh hari sebelum partai ini lahir.

“Sudah beberakali  saya mewawancarai beliau untuk Majalah Tempo. Kebetulan, saya juga menjadi salah satu tim penulis buku tentang Pak Prabowo. Sayang buku itu belum bisa diterbitkan untuk public karena satu dan lain hal,” ucap Edy yang sudah menulis beberapa buku.

Lahir dan dibesarkan di lingkungan pendidik dan pedagang pasar, membuatnya lebih nyaman berada di pasar tradisional ketimbang pasar modern. Karena itu, lewat FOPPI, ayah tiga anak ini kerap memberikan advokasi bagi para pedagang pasar dalam menghadapi beragam masalah. Usai lulus dari bangku SMA, Edy melanjutkan ke Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Sembari kuliah, di tengah kesibukannya mengelola Lembaga Pers Mahasiswa,ia pun tak canggung menjadi pelayan di sebuah warteg. Sebab dengan begitu,  ia bisa merasakan dan betul, persoalan apa yang dihadapi para pedagang pasar dan pemilik warteg.

Di sela-sela kesibukannya sebagai Produser Eksekutif SINDOTV, Edy yang tengah menempuh magister hukum di Universitas Trisakti Jakarta ini memaparkan pandangan politiknya. Dan, apa yang melatarbelakangi ia maju sebagai caleg DPR-RI dari dapil Jawa Tengah 9 nomor urut 5, kepada Hayat Fakhrurrozi dari Majalah Garuda. Berikut petikannya:

Bisa diceritakan aktivitas keseharian Anda?

Saya profesional di media. Saat ini saya produser eksekutif di SINDOTV di bawah bendera MNCGrup.Di luar aktifitas itu saya menjabat Sekretaris Jenderal Federasi Organisasi Pedagangan Pasar Indonesia (FOPPI), bersama KH Gus Solah sebagai Dewan Syuro. Kamikerap mengadvokasi persoalan-persoalan yang dihadapi para pedagang pasar tradisional yang tersebar di negeri ini. Saya juga aktif di Ikatan Keluarga Besar Tegal (IKBT) Bahari Ayu.

Apa saja yang telah Anda lakukan?

Lewat organisasi itulah, saya bersama teman-temanmengadvokasi dan memenangkan gugatan pedagang Blok B Tanah Abang di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, setelah berjuang selama setahun.Tahun 2010 lalu, saya juga diminta pedagang warteg di Jakarta yang resah dengan rencana penerapan pajak 10 persen bagi warteg. Setelah berjuang bersama segenap elemen masyarakat asal Tegal yang tergabung dalam IKBT, termasuk Bambang Koesoemanto, putra asli Tegal, akhirnya kami berhasil. Kebetulan Bambang adalahdoktor ekonomi dan master perpajakan dari Universitas Illinois, Amerika Serikat,yang bekerja di lingkungan Kementerian Keuangan dengan membentuk tim advokasi bernama Tim Sosialisasi Jaring Pengaman Sosial-IKBT.Peraturan tersebut tidak hanya ditunda, tapi kini dibatalkan oleh Gubernur Jokowi.

Kami pun pernah membantu membebaskan 12 kapal nelayan asal Tegal yang ditahan oleh Polairud Sampit, Kalimantan Barat.Dengan jaringan yang saya miliki baik di lingkungan Kepolisian dan media, kami lebih mudahmelakukan pendekatan soal masalah yang dihadapi para nelayan itu.Berkat bantuan para petinggi yang ada di Polri, akhirnya saya dan temen-teman nelayan yang tadinya mau berdemo tidak jadi, tapi menjemput para nelayan itu di Muara Karang.

Lalu, bisa Anda ceritakan kapan bergabung ke Partai Gerindra?

Sewaktu mencuatnya kasus perseteruan antar warga pribumi Lampung dan Bali, kami mengundang Ahmad Muzani politisi yang mewakili dapil Lampung yang tak lain Sekretaris Jenderal Partai Gerindra sebagai narasumber di acara talkshow.Usai menjadi narasumber, saya berbicara empat mata dengan beliau tentang banyak hal.Salah satunya adalah upaya perlawanan saya soal pajak warteg.Waktu itu, beliau langsung mengajak “kamu bergabung saja di Gerindra biar lebih maksimal perjuangannya.”

Saat itu, saya biasa-biasa saja. Tapi setelah saya mengkaji dan berdiskusi panjang lebar termasuk dengan warga Tegal yang tergabung dalam IKBT, mereka malah medesak saya untuk mengambil kesempatan itu.Lagi-lagi saya butuh waktu dua bulan untuk memutuskan bergabung dengan Gerindra.Hingga pada waktu perekrutan caleg, saya pun mendaftarkan diri di Gerindra.Semua proses saya lalui dan akhirnya saya yang asli putra Tegal dinyatakan lolos sebagai caleg Partai Gerindra nomor urut 5, untuk dapil Jawa Tengah 9.

Kenapa Anda memilih bergabung dengan partai Gerindra?

Kita melihat dalam situasi dan kondisi negara ini ada yang aneh. Sistem presidensial hasil koalisi, tapi kok dikritisi habis-habisan oleh partai koalisinya sendiri. Kepemimpinan nasional jadi tidak efektif dan tampak keteteran.Sadar atau tidak, rakyat yang jadi korbannya. Belum lagi ketimpangan-ketimpangan yang terjadi di depan mata. Ketiadaan keberpihakan penguasa kepada rakyatnya.Jadi jangan heran kalau banyak kalangan menilai,seakan-akan rakyat ini menjadi yatim piatu di negerinya sendiri.Sudah tidak punya orangtua, teman sebagai tempat mengadu pun tidak ada.Iniah yang dirasakan rakyat kecil, kaum pinggiran yang kadang menjadi komoditas politik belaka.

Gaya kepemimpinan, keberpihakan kepada petani, nelayan dan rakyat kecil lainnya serta semangat anti korupsi yang terus dikobarkan Pak Prabowo menjadi magnet buat saya untuk bergabung. Belum lagi konsep ekonomi kerakyatan dan integritasnya terhadap bangsa dan negara ini, begitu tinggi.Semua itu saya ketahui dan pelajari jauh sebelum saya bergabung di Gerindra.Beberapa kali saya berkesempatan mewawancarai beliau ketika masih di Tempo termasuk waktu menjadi tim penulis buku beliau.

Sejak kapan Anda bersentuhan dengan dunia politik?

Saya memang masih hijau di politik praktis, meskisudah lama sebagai wartawan politik di Tempo. Dari sana pula saya banyak belajar tentang politik. Bagaimana menjalankan sebuah kebijakan politik dan segala intrik-intriknya.Namun, saya sebagai wartawan investigasi jugamemberitakan banyak skandal-skandalyang ada di negeri ini. Kalau dilihat dari hasilnya,tentu tidak jauh beda dengan apa yang dikerjakan DPR, karena sebagai wartawan saya juga bisa melakukan kontrol sosial. Jadiwartawan itu ibarat politisi tanpa parpol.

Soal politik praktis saya banyak mempelajarinya dari para politisi, parpol maupun pengamat politik. Bahkan saya jadi wartawan politik pada saat kondisi perpolitikan nasional sedang genting-gentingnya. Karena kerap bergaul, bersentuhan dengan para politisi, tak jarang tawaran berdatangan dari para politisi untuk bergabung di partainya.Tapi kebanyakan dari mereka hanya sekadar menawarkan saja, tidak serius, jadi saya pun menanggapinya dengan santai.

Apa motivasi Anda maju sebagai caleg?

Yang jelas, ingin melihat Indonesia lebih maju, lebih baik dan sejahtera.Semua itu bisa terwujud karena kita memiliki potensi untuk maju dan berkembang.Tapi rupanya impian kita selalu diabaikan oleh pemimpin. Contoh kecil, dulu rakyat kecil begitu susah mendapat pelayanan kesehatan, sekarang dengan adanya Kartu Jakarta Sehat  (KJS) semua bisa menikmati layanan itu. Seperti yang dialami seorang balita yang divonis mengalami gagal jantung sejak berusia 1 tahun, tapi baru bisa di operasi di RSCM setelah menunggu 5 tahun saat diberlakukannya KJS. Padahal rumahnya hanya selemparan batu dari RSCM. Hal-hal seperti ini kan membiuat kita sangat miris.

Meski sejak dulu istri saya itu antipati pada politik, tapi ketika saya memutuskan terjun di politik praktis, dia malah mendukung. Sejauh apa yang saya lakukan untuk masyarakat, dia selalu mendukung. Saya maju bukan untuk diri sendiri, tapi buat masyarakat. Kalau untuk diri sendiri, saya rasa sudah cukup, ngapain ke Senayan. Tapi karena ini ada permintaan warga Tegal, kampung halaman sendiri, jadi saya ikhlas. Paling tidak mereka menilai selama ini saya sudah melakukan hal-hal yang kecil, tapi berniali besar untuk menuju perubahan.

Para sesepuh Tegal juga mendesak saya untuk maju,karena selama ini wakil rakyatnya banyak dari daerah lain.Tak heran bila ada budayawan Tegal yang bilang wakil rakyat yang ada selama ini hanya pamer rai, hanya pada saat Pemilu saja, tapi setelah itu mereka jangankan turun melihat saja tidak.Akhirnya pada saat seleksi bacaleg, saya pun meminta di dapil Jateng 9. Saya kan maju atas tapi permintaan warga dan kebetulan  memiliki jaringan di akar rumput di dapil tersebut.

Target Anda?

Menang. Tentu saja agar  bisa mewakili tanah kelahiran demi sebuah perubahan sebagaimana yang dicanangkan Partai Gerindra. Saya lebih fokus menggarap Kabupaten/Kota Tegal saja, karena di Brebes sudah banyak tokoh-tokoh lain yang maju. Setidaknya untuk bisa meraih kursi itu minimal harus meraup suara 75ribu. Mudah-mudahan saya bisa maju. Memang, targetdi dapil Jateng 9 hanya satu kursi, tapi saya melihat Gerindra memiliki potensi untuk mendapat dua kursi.

Bagaimana tanggapan masyarakat yang ada di dapil Anda?

Alhamdulillah, kesadaran mereka untuk memilih wakil rakyat dari kampung sendiri sudah terbangun. Karena mereka mengenal saya, lebih mudah mencari tahu apa-apayang saya lakukan nanti. Mereka bisa menyampaikan apa yang menjadi keinginan mereka kepada orangtua saya, para kyai, guru dan tokoh masyarakat. Yang terjadi selama ini, mereka tidak tahu untuk mengontrol wakilnya kemana? Kalau nanti saya terpilih, mereka tinggal mendatangi rumah saya.

Menurut Anda, politik itu apa?

Politik itu jalan yang bisa kita lakukan untuk memperbaiki kondisi agar menjadi lebih baik.Sejauh ini Partai Gerindra adalah partai politik yang lahir dan berjuang bersama dengan ideologi yang selama ini saya lakukan dan yakini.

Apa harapan Anda?

Mudah-mudahan kami yang sedang berikhtiar ini bisa melaluinya dan menjalankan amanah rakyat. Amanah ini akan saya perjuangkan, meski selama ini saya sudah melakukan apa-apa yang mestinya dilakukan oleh wakil rakyat. Kalau seorang wartawan saja bisa melakukan pendekatan, advokasi,masa sebagai anggota DPR tidak bisa. Malah seharusnya bisa lebih dari apa yang saya lakukan selama ini.

Apa yang akan Anda lakukan jika terpilih nanti?

Bagi saya amanat rakyat inilah yang  harus saya perjuangkan. Selama ini dari delapan kursi yang tersedia, hasil pemilu kemarin hanya dua orang asli putra daerah, tapi tak terdengar apa saja yang telah dilakukan. Bahkan entah kemana, turun ke dapil pun tidak.Tak heran bila masyarakat merasa selalu berjuang sendiri meski punya wakil di Senayan.Kami sadar bahwa saat ini eranya otonomi daerah, yang berujung pada persaingan antar daerah menjadi keniscayaan. Jadi, bagaimana daerah itu bisa bersaing kalau tidak ada wakilnya di Senayan.Tahun 2014 nanti, saya yakin dan percaya, Gerindra pasti menang.[g]

Catatan:

  • Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA edisi September 2013
  • Pada Pemilu 2014 ini, Edy Budiyarso maju sebagai calon legislatif (caleg) DPR-RI dari Partai Gerindra nomor urut 5 dari daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah 9.

Lebih Dekat Dengan Martin Hutabarat : Konsisten Memberantas Korupsi

Di mata publik sosok Martin Hutabarat sudah tak asing lagi. Komentarnya kerap mengisi media massa pada setiap pemberitaan seputar masalah isu-isupolitik nasional. Terlebih yang terkait dengan berbagai soal garis perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), ia seringkali tampil terdepan. Hingga detik ini pun ia tetap bersuara lantang. Dan dengan pengalaman politiknya, ia pun makin disegani kawan maupun lawan politiknya.

CALEG DPR-RI DAPIL SUMUT 3 NO. URUT 1

CALEG DPR-RI DAPIL SUMUT 3 NO. URUT 1

Dengan gaya bicara dan pembawaannya yang tenang, Martin kerap menyampaikan kritikan pedas terhadap berbagai kejadian yang menimpa negeri ini. Tak heran bila sosok politisi kawakan ini kerap dijadikan nara sumber oleh media massa. ”Saat ini DPR sebagai lembaga, mengalami banyak perubahan. Setiap anggota bebas bicara karena memang tugasnya untuk mewakili rakyat. Meski kadang kala ada saja yang kebablasan keluar dari jalurnya,” tandas politisi gaek kelahiran Pematang Siantar, 26 November 1951 ini.

Sebagai wakil rakyat, sejak dulu sikap politik Martin tak pernah berubah. Bahkan belum hilang dibenaknya, ketika ia diperingatkan oleh partai karena dianggap terlalu vokal. Kini, kesulitan bebas berbicara sudah tak lagi dialaminya. Pasalnya, dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat, seorang wakil rakyat tidak boleh gentar selagi masih dalam koridor yang berlaku. Apalagi setelah dirinya menjadi bagian dari perjuangan Partai Gerindra.

”Semua itu saya niatkan untuk membela dan memperjuangkan rakyat kecil,” ujarnya.

Dunia politik ditekuninya sejakkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Keterlibatannya di berbagai aktivitas di dalam maupun di luar kampus, membawanya ke politik praktis. Tahun 1987, Martin tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 1987-1992 dari Golongan Karya. Pada 2008, pria yang pernah duduk sebagai staf BP7 Pusat ini diminta ikut membidani kelahiran Partai Gerindra. Sejak saat itu, Martin memantapkan diri menjadi bagian barisan pejuang politik yang mengusung ekonomi kerakyatan di bawah bendera Partai Gerindra.

Kepiawaianya sebagai politisi ulung terbukti pada Pemilu 2009, ia berhasil melenggang kembali ke Senayan dengan raihan suara sebanyak 16.122 suara dari Daerah Pemilihan (dapil) Sumatera Utara 3. Kini, di tengah kesibukannya menuntaskan tugas sebagai wakil rakyat, Martin kembali dipercaya untuk bertarung di dapil yang sama. Kembalinya politisi kawasan ke dapil yang sama bukan tanpa sebab. Selain untuk menjaga aspirasi dan suara konstituen yang dibangun, Martin dinilai mampu  mendongkrak dan memaksimalkan perolehan suara bagi Gerindra.

”Gerindra memiliki cita-cita membangun kedaulatan ekonomi nasional yang mandiri, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, tapi hingga saat ini belum terpenuhi. Untuk itu kita berharap Gerindra bisa lebih besar dan kuat sehingga bisa mewujudkan cita-cita itu. Di samping misi kita untuk bisa meraih minimal 20 persen suara nasional agar bisa mengusung presiden tanpa harus berkoalisi. Karena itulah saya bertekad maju kembali sebagai caleg di dapil yang sama,” tegasnya.

Kesehariannya sebagai anggota DPR, iadipercaya untuk duduk di Komisi III. Juga  menjabat Ketua Fraksi Gerindra MPR-RI dan anggota Badan Legislasi DPR-RI. Walau duduk di Komisi III yang meliputi bidang hukum, tak lantas membuatnya hanya mau mengomentari seputar persoalan yang ada di komisi itu saja. ”Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai anggota DPR untuk menjelaskan apa yang ditanyakan masyarakat kepada kita, karena kita adalah wakil mereka,” tegasnya.

Apa yang disampaikan atas berbagai kejadian di negeri ini bukan sekadar untuk basa-basi belaka. Pandangan dan komentarnya meski terdengar pedas, menurutnya itulah sebagai bentuk kepedulian dan kecintaannya kepada bangsa dan negara ini. Seperti yang disampaikan Martin –yang tengah sibuk blusukan di dapil Sumut 3— kepada Hayat Fakhrurrozi dari Majalah Garuda, tentang apa saja perjuangan yang telah dan akan dilakukannya dalam menghadapi pemilu nanti. Berikut petikan wawancaranya:

Sebagai kader yang sudah duduk di parlemen, bisa diceritakan bagaimana perjuangan Gerindra baik di partai maupun di fraksi?

Disamping terus memperjuangkan ekonomi untuk rakyat, sebagai pencerminan dari ekonomi kerakyatan, Gerindra serius mengawal pemberantasan korupsi. Gerindra konsisten di bidang pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Karena hal itu sudah merusak pembangunan dan kepentingan ekonomi nasional. Kita semua konsisten memperjuangkan nilai-nilai ekonomi rakyat. Kita yang ada di parlemen selalu kompak untuk memperjuangkan ekonomi kerakyatan. Kita pun paham dan mengerti bahwa ekonomi kerakyatan itu adalah perjuangan panjang yang tidak bisa dihitung dengan berapa tahun bisa dijalankan.

Untuk itu, kita tetap komitmen untuk membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil.Misalnya membatasi impor yang bertahap,tidak lantas langsung disetop. Harus ada tahapan, jangan malah meningkat seperti sekarang ini. Contoh kecil, sejak awal baik partai maupun fraksi Gerindra tetap ngotot menolak keras soal pembangunan gedung baru DPR, mengkritik pembangunan renovasi rumah dinas anggota DPR dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang dianggap tak sejalan dengan perjuangan. Di fraksi semua kader berada dalam perjuangan itu.

Lantas apa yang melatarbelakangi Anda maju kembali sebagai caleg?

Karena Gerindra itu memiliki cita-cita mau membangun kedaulatan ekonomi nasional yang mandiri, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, tapi hingga saat ini cita-cita itu belum terpenuhi.  Untuk itu kita berharap Gerindra bisa lebih besar dan kuat sehingga bisa mewujudkan cita-cita itu. Itulah yang membuat saya bertekad maju kembali sebagai caleg.

Tentu ada perbedaan pemilu 2009 lalu dengan pemilu 2014 nanti?

Tentu berbeda situasi dan kondisinya. Di 2009, mayoritas mengharapkan SBY jadi presiden kembali untuk memimpin di periode berikutnya. Sekarang, semua orang menginginkan SBY berhenti dari kursi kepresidenan agar diganti oleh capres lain yang lebih tegas dan berani. Di sisi lain, infrastrutur partai kini sudah berjalan baik dibanding waktu itu. Kader pun lebih siap dalam menghadapi pesta demokrasi ini.

Lalu seperti apa karaker pemilih yang sekarang?

Sebenarnya sama tidak banyak berubah, masih pragmatis.

Apa yang telah dilakukan Anda?

Sebagai wakil rakyat harus memiliki kepekaan yang tinggi. Sebagai anggota DPR Komisi III, yang menjadi fokus perhatian saya di dapil adalah masalah hukum. Sewaktu ada kasus penembakan Kapolsek di Simalungun, tak berapa lama terjadi, saya datang berdialog dengan masyarakat. Kasus Lapas di Labuhan yang dibakar  mengakibatkan para napi kabur, saya lebih dulu terjun langsung dibanding yang lain. Begitu pula dengan kasus yang terjadi di Lapas Tanjunggusta. Kasus huru-hara di Siantar, saya pun sudah berada di Siantar.

Soal hakim cantik, saya pun datang untuk menggali informasi mengenai karakter dan permasalahan yang bikin heboh itu. Begitu juga ketika bencana meletusnya gunung Sinabung.Meletus jam 4 pagi, sorenya saya sudah berada di sana memberikan hati kita untuk memulihkan dan memberi semangat hidup kepada para pengungsi. Namun sayangnya, yang menjadi kelemahan saya adalah semua kegiatan di dapil itu tidak diekspos, karena saya tidak membawa media.

Apakah tingkat elektabilitas Anda tinggi dan berapa target suara?

Saya sudah dikenal tak hanya di Sumatara Utara saja, tapi di seluruh Indonesia. Masyarakat mengenal saya, karena sepak terjang, kepedulian dan perhatian terhadap masalah-masalah yang terjadi di negeri ini. Mengenai target suara, setidaknya untuk bisa duduk kembali di kursi DPR saya harus mendapat di atas 100 ribu suara. Ini bukan perkara mudah, karena dapil Sumut 3 itu terdiri dari 10 kabupaten/kota.Sangat ketat persaiangannya.

Kenapa Anda kembali memilih di dapil Sumut 3?

Bukan karena sudah merasa dikenal dan nyaman saja di dapil ini. Tapi, untuk memaksimalkan perolehan kursi Gerindra dari wilayah Sumatera Utara. Disamping itu, dapil Sumut 3 adalah tanah kelahiran saya.Di sinilah keluarga saya banyak dikenal orang. Kebetulan orangtua saya pernah bertugas sebagai anggota DPR.Mertua saya mantan bupati tiga periode dan saya mengenal betul karakter para pemilih di kampung halaman.

Program apa saja yang Anda tawarkan kepada masyarakat di dapil Sumut 3?

Saya duduk di Komisi III yang membidangi masalah keamanan, hukum dan HAM. Komisi ini dinilai sebagai komisi yang kering.Saya merasa selalu tertinggal dengan yang lainnya. Tak usah jauh-jauh, untuk dapil yang sama saja, banyak wakil rakyat yang memberi dana kepada ratusan desa-desa, bantuan pada koperasi-koperasi, bantuan hand tractor kepada para petani dan masih banyak lagi. Sedangkan saya hanya bisa membanggakan diri dengan apa yang saya lakukan agar dapil saya aman, polisi penegak hukum dicintai masyarakat, pengadilan tidak minta suap atau hukum berjalan sebagaimana mestinya. Karena cita-cita saya ingin memperbaiki polisi, penegakan hukum, dan kondisi Lapas lebih baik. Yang perlu dicatat bahwa sebenarnya apa yang mereka sumbang,  pada dasarnya juga menggunakan uang pemerintah.

Apa yang membuat Anda masih mau berada partai politik?

Berpolitik untuk membela kepentingan rakyat tidak harus melalui parpol, bisa melalui pers, LSM, ormas, profesi kita atau kegiatan lainnya. Hanya saja karena sistem sekarang mengatur bahwa kekuasan politik di negara ini didominasi oleh parpol, maka kalau kita mau berpolitik, agar kegiatannya efektif dan berhasil, cara yang paling efektif adalah melalui parpol. Tapi tidak boleh hanyut hanya untuk kepentingan parpol itu saja, harus tetap di dalam koridor membela kepentingan rakyat. Berpolitik melalui parpol harus tetap dalam kerangka membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat luas.

Lalu apa harapan Anda di Pemilu 2014?

Saya berharap pemilu 2014 ini berjalan secara fair, tidak ada permainan money politic.Rakyat sebagai pemilih pun memilih dengan cerdas.Memilih berdasarkan rekam jejaknya dalam membangun bangsa ini.Bukan atas dasar materi yang ditawarkan banyak caleg. [G]

Catatan:

  • Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA edisi September 2013
  • Pada Pemilu 2014 ini, Martin Hutabarat maju sebagai calon legislatif (caleg) DPR-RI dari Partai Gerindra nomor urut 1 dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara 3.

Lebih Dekat Dengan Moreno Soeprapto : Saatnya Mengabdi untuk Negeri

Muda dan berprestasi, melekat pada sosok Moreno Suprapto. Kala itu, di usia yang masih belia ia sudah merah prestasi membanggakan di kancah internasional. Ia tercatat sebagai pembalap muda andalan Indonesia di ajang bergengsi seri Grand Prix A1. “Jiw saya bergetar saat lagu Indonesia Raya dikumandangkan. Menjadi sebuah kebanggaan yang tak ternilai harganya melihat bendera Merah Putih berkibar. Demi Indonesia Raya, saya rela bertaruh nyawa di lintasan adu balap,” kenang Moreno Suprapto mantan pembalap nasional ini.

CALEG DPR-RI DAPIL JATIM 9 NO URUT 1

CALEG DPR-RI DAPIL JATIM 9 NO URUT 1

Seiring berjalannya waktu, karirnya yang membanggakan sebagai pembalap nasional, ia tinggalkan pada 2008 lalu. Kini pria kelahiran Jakarta, 14 November 1980 ini tengah sibuk berpacu dengan waktu untuk bisa mendapatkan kursi di parlemen. Moreno maju sebagai caleg dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) untuk Daerah Pemilihan (dapil) Jawa Timur 9 yang meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu.

“Jika dulu saya adu balap, kini saya siap bertarung sebagai calon wakil rakyat dari kampung leluhur,” ujar caleg yang nomor urut 1 untuk dapil Jatim 9 ini.

Bukan tanpa alasan ia memilih ikut bertarung di dunia politik. “Ini bukan tanpa pertimbangan atau sekadar ikut-ikutan. Ini panggilan jiwa, sama seperti ketika saya harus berjuang di arena balap,” ungkap Moreno yang menekuni dunia otomotif berusia 14 tahun. Ia mengaku banyak berdiskusi dengan sang ayah, Tinton Soeprapto, sebelum memutuskan terjun ke dunia politik.

Atas restu sang ayah ia memilih Partai Gerindra. Partai yang dididirikan Prabowo Subianto ini begitu mengenai di hatinya. Ia menilai visi misi partai ini sangat selaras dengan cara pandang hidupnya. Meski sebelumnya ia menampik beberapa tawaran dari partai politik besar untuk maju sebagai caleg.

“Nurani saya langsung klik dengan Gerindra. Apalagi setelah mengikuti perkembangan politik di negeri kita, saya yakin partai ini akan membawa Indonesia jauh lebih baik,” papar Moreno yang mengaju sejak dulu memang mengagumi sosok Prabowo Subianto.

Moreno yakin, sepak terjangnya di dunia politik nanti tak jauh berbeda ketika menjadi pembalap. Ia pasti akan melakukan yang terbaik untuk negeri ini. Sama halnya ketika ia selalu berjuang untuk menjadi pemenang di arena balap. “Saya gregetan melihat ketimpangan di sana sini. Kita harus berbuat sesuatu untuk perubahan ke depan, agar lebih baik. Semua itu hanya bisa lewat jalur politik,” kata pemenang Grand Prix Shanghai para 2004 ini.

Sebagai pembalap nasional, tentu saja integritasnya tak diragukan lagi. Tak heran bila ia mendapat sambutan luar biasa saat mendaftarkan diri sebegai caleg di partai berlambang kepala burung garuda ini. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto pun menerimanya dengan tangan terbuka. Maklum, Moreno tercatat sebagai salah satu calegh muda dari kalangan atlet yang patut diperhitungkan di panggung politik.

Seperti apa latar belakang, pemikiran dan langkah yang dilakukan Moreno jelang Pemilu 2014? Moreno yang namanya mulai popular usai menjuarai Lippo City Kart Race (1994) itu memaparkan kepada Hayat Fakhrurrozi dari Majalah Garuda, yang menemuinya di tengah kesibukannya mempersiapkan diri untuk blusukan di dapil Malang Raya, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Bisa diceritakan aktivitas keseharian Anda?

Sejak saya pensiun balap di tahun 2008 dan memutuskan kembali ke Indonesia, saya mendirikan lembaga keselamatan pengendara. Saya memang tidak lepas dari dunia otomotif. Karena di dunia balap itu ada multifungsi yaitu prestasi, pembinaan dan keselamatan. Saya juga diamanahi untuk mengelola sirkuit sentul, termasuk hotel Lor In dan Sentul Driving Course. Dan saat ini saya lagi disibukkan menjalani aktivitas politik sebagai caleg.

Kenapa akhirnya memutuskan jadi caleg?

Setelah pensiun dari dunia balap di 2008, saya ingin mengembangkan dunia otomotif nasional dan memberikan kontribusi untuk bangsa ini. Nah, salah satu jalan untuk mewujudkannya itu dengan terjun ke politik. Untuk bia berpolitik ya harus gabung ke partai. Dan Partai Gerindra adalah pilihan saya.

Apa tanggapan keluarga ketika Anda memutuskan terjun ke dunia politik?

Kedua orang tua mendukung penuh. Meski beberapa keluarga ada yang tidak setuju, wajar inikan alam demokrasi. Yang jelas, orang tua berpesan jika nanti terpilih, jangan sampai melukai hati rakyat.

Kenapa memilih Partai Gerindra?

Pertama, saya melihat sosok prabowo sebagai tokoh panutan kawula muda, karena dia sosok yang tegas dan bijaksana.  Kedua, saya melihat Partai Gerindra sebagai partai politik yang melibatkan generasi muda. Sebagai generasi muda saya memiliki tanggung jawab atas masa depan bangsa ini. Karena itu, saya memutuskan untuk bergabung dengan Gerindra. Memang, sebelumnya ada beberapa partai pernah mendekati saya. Entah kenapa, saya belum merasa klik dengan mereka.

Keputusan gabung ke Gerindra karena panggilan hati atau ada yang mengarahkan?

Terus terang, saya setiap hari mengikuti perkembangan politik lewat media. Terlebih gerakan-gerakan yang dilakukan Gerindra. Dari pengamatan saya, Gerindra tidak pernah mengklaim sebagai partai berbasis agama atau nasionalis. Tapi yang jelas Gerindra selalu memperjuangkan hak-hak rakyat. Dan saya menilai Gerindra bersama Pak Prabowo sebagai partai yang terdepan dan pro kerakyatan.

Nah, suatu ketika saya baca koran, ada iklan rekrutmen yang isinya mengajak kader-kader terbaik negeri ini untuk gabung sebagai bakal calon anggota legislatif. Saya membatin, ini yang saya cari selama ini. Apalagi ada slogan tertulis, “Kalau bukan kita siapa lagi? Kalau bukan sekarang kapan lagi?” cukup mengobarkan semangat saya untuk segera mendaftar waktu itu. Akhirnya saya hubungi kakak untuk ikut daftar ke Gerindra.

Bagaimana sambutan Gerindra, saat Anda mendaftarkan diri?

Luas biasa banget. Bukan karena saya muda dan sudah dikenal sebagai pembalap, tapi mereka, khususnya Pak Prabowo rupanya menyambut langsung saya dan Nanda. Saya ikuti prosesnya sama seperti yang lainnya. Akhirnya saya dinyatakan lolos dan di tempatkan di dapil Jatim 9 Malang Raya meliputi Kabupaten Malang, Kota Malang dan Kota Batu.

Memilih dapil Malang Raya atas dasar apa?

Sebenarnya saya siap di tempatkan di dapil mana saja, namun karena kakek saya dulu adalah bupati ketiga Malang. Kemudian, ayah saya kendati lahir di Blitar, beliau dibesarkan di Kota Malang. Karena itu, saya merasa memiliki kedekatan secara emosional dengan Kota dan Kabupaten  Malang. Saya juga sudah merasa sebagai Arek Malang.

Apakah akan mentargetkan suara dari anak muda saja atau dari semua golongan?           

Saya akan melihat geopolitik di dapil saya. Dari survei sebelumnya, ternyata angka pemilih pemula di Kota Malang itu tinggi. Berdasarkan itu, saya akan memfokuskan pada pemilih pemula lewat program-program kepemudaan. Walau begitu, kalangan orangtua, khususnya ibu-ibu juga saya dekati.

Sebagai pendatang baru di dunia politik, kendala apa yang dihadapi ?

Politik memang dunia baru bagi saya. Ketika saya masuk di dalamnya, berbagai masalah baik internal maupun eksternal mau tidak mau harus saya hadapi. Termasuk ketika saya turun ke dapil. Namun, saya berusaha menghindari beragam konflik dan intrik yang ada di dapil. Niat saya, datang untuk membuat dapil saya lebih maju, dan mewakili aspirasi mereka agar bisa membawa perubahan dan kemajuan.

Bagaimana respon dari masyarakat?

Saat saya bersentuhan dengan masyarakat, mereka mengharapkan saya bisa menjadi sosok kaum muda dari Gerindra yang tampil lain dari yang lain. Sama ketika saya berada di arena balap dengan integritas tinggi terhadap merah putih membawa nama besar bangsa di saat kaum seusianya hanya menonton. Memang kita sebagai caleg, datang dari latar belakang yang berbeda namun kita memiliki integritas dan kita harus menjaganya. Hal ini mutlak dan tidak bisa ditawar.

Sejauh mana masyarakat di dapil Anda, mengenal seorang Moreno?

Diakui memang, saat ini kebanyakan dari mereka masih mengenal saya sebagai seorang pembalap, dan belum mengenal saya sebagai caleg. Untuk itu saya harus bekerja keras untuk mengenalkan diri saya sebagai caleg di semua kalangan. Apalagi di sebagian wilayah pedesaan di Kabupaten Malang, belum mengenal Moreno, khususnya kalangan orangtua. Karena, selain mereka setiap hari sibuk ke sawah atau ladang, juga jarang mendapat akses terhadap media. Nah, kalaupun mereka mengenal saya anak dari Tinton Soeprapto yang lebih dikenal dari dulu, itu tidak masalah. Toh, pada akhirnya mereke menjadi tahu silsilah saya.

Untuk bisa duduk di Senayan, berapa target Anda?

Jumlah kursi yang diperebutkan di Jatim 9 itu ada delapan kursi. Meski pada pemilu lalu belum berhasil meraih kursi, namun di 2014 nanti saya optimis Gerindra akan menang di Malang Raya. Karena dari hari ke hari tren Gerindra terus meningkat.

Saingan terberat di dapil Jatim 9 siapa saja?

Inikan sama halnya masuk dalam kompetisi, semua yang berlaga memiliki peluang menang baik dari internal maupun eksternal. Selain ada beberapa pendatang baru, ada juga caleg incumbent yang turun lagi. Bagi saya, yang harus dikerjakan saya saat ini  adalah lebih fokus untuk penguatan sosok saya.

Apakah sebelumnya pernah tidak bersentuhan dengan dunia politik?

Terus terang saya belum pernah bersentuhan dengan dunia politik sama sekali. Walau begitu, sebelumnya saya juga banyak terlibat aktif di beberapa organisasi. Setidaknya, saya mengerti tentang dinamika organisasi.

Apa yang Anda cari di dunia politik?

Saya sebagai kaum muda ingin memberikan kontribusi pada masyarakat Indonesia. Saya yakin melalui Partai Gerindra, saya berharap dapat memberikan perubahan positif bagi bangsa dan negara.  Karena lewat politik kita bisa melakukan perubahan untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat. Jujur, kalau secara materi mungkin saya sudah cukup. Karena itu saya berpikir, inilah saatnya untuk mengabdi.

Persiapan apa saja yang sudah Anda lakukan untuk terjun ke dunia politik?

Saya sadar, dunia politik ini terhitung baru. Untuk itu, ketika memutuskan untuk terjun langsung di politik praktis, yang terlebih dulu dipersiapkan saya dalah mental. Karena saya juga sadar, dunia yang saya tekuni ini bukanlah hal yang mudah. Saya banyak berdiskusi dengan para politisi-politisi senior. Saya juga tidak pernah berhenti untuk belajar. Tentu tidak lupa juga untuk mendekatkan diri kepada Tuhan, agar selalu menjaga setiap langkah saya.

Anda saat ini adalah caleg termuda, bagaimana perasaan Anda?

Mungkin saya memang yang paling muda, tapi kalau saya memulai dari sekarang saya menganggapnya sebagai suatu investasi sosial untuk persiapan ke masa depan yang lebih baik. Bisa jadi kehadiran kaum muda akan memberi warna tersendiri dalam partai politik.

Bagi Anda apa bedanya berpacu di arena balap dengan di dunia politik?

Boleh jadi sama, semua bersaing, berebut untuk yang terdepan. Dan jika hal ini dilakukan dengan sportif dan fair maka saya yakin negeri ini lebih maju. Saya yakin Gerindra menang, sehingga kita bisa memuluskan Prabowo menjadi Presiden RI. Ke depannya bila saya dipercaya sebagai wakil rakyat, maka dengan integritas yang dimiliki, saya ingin memperbaiki perilaku politik yang selama ini sering dianggap kotor, meski memang sekarang faktanya seperti itu. Tapi kita harus optimis untuk bisa merubahnya. Gerindra nantinya akan mampu memberikan kontribusi yang positif.

Pesan Anda untuk para kader dan pemuda?

Untuk rekan-rekan caleg, kita harus berjuang sekuat tenaga untuk bisa memenangkan Gerindra sehingga kita bisa mengantarkan Pak Prabowo sebagai Presiden RI. Untuk kaum muda, saya harap jangan bersikap apatis terhadap dunia politik, karena jika bukan kita yang melakukan perubahan siapa lagi? Dan jika tidak sekarang, kapan lagi? [G]

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA Edisi September 2013