Di mata publik sosok Martin Hutabarat sudah tak asing lagi. Komentarnya kerap mengisi media massa pada setiap pemberitaan seputar masalah isu-isupolitik nasional. Terlebih yang terkait dengan berbagai soal garis perjuangan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), ia seringkali tampil terdepan. Hingga detik ini pun ia tetap bersuara lantang. Dan dengan pengalaman politiknya, ia pun makin disegani kawan maupun lawan politiknya.
Dengan gaya bicara dan pembawaannya yang tenang, Martin kerap menyampaikan kritikan pedas terhadap berbagai kejadian yang menimpa negeri ini. Tak heran bila sosok politisi kawakan ini kerap dijadikan nara sumber oleh media massa. ”Saat ini DPR sebagai lembaga, mengalami banyak perubahan. Setiap anggota bebas bicara karena memang tugasnya untuk mewakili rakyat. Meski kadang kala ada saja yang kebablasan keluar dari jalurnya,” tandas politisi gaek kelahiran Pematang Siantar, 26 November 1951 ini.
Sebagai wakil rakyat, sejak dulu sikap politik Martin tak pernah berubah. Bahkan belum hilang dibenaknya, ketika ia diperingatkan oleh partai karena dianggap terlalu vokal. Kini, kesulitan bebas berbicara sudah tak lagi dialaminya. Pasalnya, dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat, seorang wakil rakyat tidak boleh gentar selagi masih dalam koridor yang berlaku. Apalagi setelah dirinya menjadi bagian dari perjuangan Partai Gerindra.
”Semua itu saya niatkan untuk membela dan memperjuangkan rakyat kecil,” ujarnya.
Dunia politik ditekuninya sejakkuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia. Keterlibatannya di berbagai aktivitas di dalam maupun di luar kampus, membawanya ke politik praktis. Tahun 1987, Martin tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 1987-1992 dari Golongan Karya. Pada 2008, pria yang pernah duduk sebagai staf BP7 Pusat ini diminta ikut membidani kelahiran Partai Gerindra. Sejak saat itu, Martin memantapkan diri menjadi bagian barisan pejuang politik yang mengusung ekonomi kerakyatan di bawah bendera Partai Gerindra.
Kepiawaianya sebagai politisi ulung terbukti pada Pemilu 2009, ia berhasil melenggang kembali ke Senayan dengan raihan suara sebanyak 16.122 suara dari Daerah Pemilihan (dapil) Sumatera Utara 3. Kini, di tengah kesibukannya menuntaskan tugas sebagai wakil rakyat, Martin kembali dipercaya untuk bertarung di dapil yang sama. Kembalinya politisi kawasan ke dapil yang sama bukan tanpa sebab. Selain untuk menjaga aspirasi dan suara konstituen yang dibangun, Martin dinilai mampu mendongkrak dan memaksimalkan perolehan suara bagi Gerindra.
”Gerindra memiliki cita-cita membangun kedaulatan ekonomi nasional yang mandiri, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, tapi hingga saat ini belum terpenuhi. Untuk itu kita berharap Gerindra bisa lebih besar dan kuat sehingga bisa mewujudkan cita-cita itu. Di samping misi kita untuk bisa meraih minimal 20 persen suara nasional agar bisa mengusung presiden tanpa harus berkoalisi. Karena itulah saya bertekad maju kembali sebagai caleg di dapil yang sama,” tegasnya.
Kesehariannya sebagai anggota DPR, iadipercaya untuk duduk di Komisi III. Juga menjabat Ketua Fraksi Gerindra MPR-RI dan anggota Badan Legislasi DPR-RI. Walau duduk di Komisi III yang meliputi bidang hukum, tak lantas membuatnya hanya mau mengomentari seputar persoalan yang ada di komisi itu saja. ”Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai anggota DPR untuk menjelaskan apa yang ditanyakan masyarakat kepada kita, karena kita adalah wakil mereka,” tegasnya.
Apa yang disampaikan atas berbagai kejadian di negeri ini bukan sekadar untuk basa-basi belaka. Pandangan dan komentarnya meski terdengar pedas, menurutnya itulah sebagai bentuk kepedulian dan kecintaannya kepada bangsa dan negara ini. Seperti yang disampaikan Martin –yang tengah sibuk blusukan di dapil Sumut 3— kepada Hayat Fakhrurrozi dari Majalah Garuda, tentang apa saja perjuangan yang telah dan akan dilakukannya dalam menghadapi pemilu nanti. Berikut petikan wawancaranya:
Sebagai kader yang sudah duduk di parlemen, bisa diceritakan bagaimana perjuangan Gerindra baik di partai maupun di fraksi?
Disamping terus memperjuangkan ekonomi untuk rakyat, sebagai pencerminan dari ekonomi kerakyatan, Gerindra serius mengawal pemberantasan korupsi. Gerindra konsisten di bidang pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Karena hal itu sudah merusak pembangunan dan kepentingan ekonomi nasional. Kita semua konsisten memperjuangkan nilai-nilai ekonomi rakyat. Kita yang ada di parlemen selalu kompak untuk memperjuangkan ekonomi kerakyatan. Kita pun paham dan mengerti bahwa ekonomi kerakyatan itu adalah perjuangan panjang yang tidak bisa dihitung dengan berapa tahun bisa dijalankan.
Untuk itu, kita tetap komitmen untuk membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil.Misalnya membatasi impor yang bertahap,tidak lantas langsung disetop. Harus ada tahapan, jangan malah meningkat seperti sekarang ini. Contoh kecil, sejak awal baik partai maupun fraksi Gerindra tetap ngotot menolak keras soal pembangunan gedung baru DPR, mengkritik pembangunan renovasi rumah dinas anggota DPR dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang dianggap tak sejalan dengan perjuangan. Di fraksi semua kader berada dalam perjuangan itu.
Lantas apa yang melatarbelakangi Anda maju kembali sebagai caleg?
Karena Gerindra itu memiliki cita-cita mau membangun kedaulatan ekonomi nasional yang mandiri, pemberantasan korupsi, penegakan hukum, tapi hingga saat ini cita-cita itu belum terpenuhi. Untuk itu kita berharap Gerindra bisa lebih besar dan kuat sehingga bisa mewujudkan cita-cita itu. Itulah yang membuat saya bertekad maju kembali sebagai caleg.
Tentu ada perbedaan pemilu 2009 lalu dengan pemilu 2014 nanti?
Tentu berbeda situasi dan kondisinya. Di 2009, mayoritas mengharapkan SBY jadi presiden kembali untuk memimpin di periode berikutnya. Sekarang, semua orang menginginkan SBY berhenti dari kursi kepresidenan agar diganti oleh capres lain yang lebih tegas dan berani. Di sisi lain, infrastrutur partai kini sudah berjalan baik dibanding waktu itu. Kader pun lebih siap dalam menghadapi pesta demokrasi ini.
Lalu seperti apa karaker pemilih yang sekarang?
Sebenarnya sama tidak banyak berubah, masih pragmatis.
Apa yang telah dilakukan Anda?
Sebagai wakil rakyat harus memiliki kepekaan yang tinggi. Sebagai anggota DPR Komisi III, yang menjadi fokus perhatian saya di dapil adalah masalah hukum. Sewaktu ada kasus penembakan Kapolsek di Simalungun, tak berapa lama terjadi, saya datang berdialog dengan masyarakat. Kasus Lapas di Labuhan yang dibakar mengakibatkan para napi kabur, saya lebih dulu terjun langsung dibanding yang lain. Begitu pula dengan kasus yang terjadi di Lapas Tanjunggusta. Kasus huru-hara di Siantar, saya pun sudah berada di Siantar.
Soal hakim cantik, saya pun datang untuk menggali informasi mengenai karakter dan permasalahan yang bikin heboh itu. Begitu juga ketika bencana meletusnya gunung Sinabung.Meletus jam 4 pagi, sorenya saya sudah berada di sana memberikan hati kita untuk memulihkan dan memberi semangat hidup kepada para pengungsi. Namun sayangnya, yang menjadi kelemahan saya adalah semua kegiatan di dapil itu tidak diekspos, karena saya tidak membawa media.
Apakah tingkat elektabilitas Anda tinggi dan berapa target suara?
Saya sudah dikenal tak hanya di Sumatara Utara saja, tapi di seluruh Indonesia. Masyarakat mengenal saya, karena sepak terjang, kepedulian dan perhatian terhadap masalah-masalah yang terjadi di negeri ini. Mengenai target suara, setidaknya untuk bisa duduk kembali di kursi DPR saya harus mendapat di atas 100 ribu suara. Ini bukan perkara mudah, karena dapil Sumut 3 itu terdiri dari 10 kabupaten/kota.Sangat ketat persaiangannya.
Kenapa Anda kembali memilih di dapil Sumut 3?
Bukan karena sudah merasa dikenal dan nyaman saja di dapil ini. Tapi, untuk memaksimalkan perolehan kursi Gerindra dari wilayah Sumatera Utara. Disamping itu, dapil Sumut 3 adalah tanah kelahiran saya.Di sinilah keluarga saya banyak dikenal orang. Kebetulan orangtua saya pernah bertugas sebagai anggota DPR.Mertua saya mantan bupati tiga periode dan saya mengenal betul karakter para pemilih di kampung halaman.
Program apa saja yang Anda tawarkan kepada masyarakat di dapil Sumut 3?
Saya duduk di Komisi III yang membidangi masalah keamanan, hukum dan HAM. Komisi ini dinilai sebagai komisi yang kering.Saya merasa selalu tertinggal dengan yang lainnya. Tak usah jauh-jauh, untuk dapil yang sama saja, banyak wakil rakyat yang memberi dana kepada ratusan desa-desa, bantuan pada koperasi-koperasi, bantuan hand tractor kepada para petani dan masih banyak lagi. Sedangkan saya hanya bisa membanggakan diri dengan apa yang saya lakukan agar dapil saya aman, polisi penegak hukum dicintai masyarakat, pengadilan tidak minta suap atau hukum berjalan sebagaimana mestinya. Karena cita-cita saya ingin memperbaiki polisi, penegakan hukum, dan kondisi Lapas lebih baik. Yang perlu dicatat bahwa sebenarnya apa yang mereka sumbang, pada dasarnya juga menggunakan uang pemerintah.
Apa yang membuat Anda masih mau berada partai politik?
Berpolitik untuk membela kepentingan rakyat tidak harus melalui parpol, bisa melalui pers, LSM, ormas, profesi kita atau kegiatan lainnya. Hanya saja karena sistem sekarang mengatur bahwa kekuasan politik di negara ini didominasi oleh parpol, maka kalau kita mau berpolitik, agar kegiatannya efektif dan berhasil, cara yang paling efektif adalah melalui parpol. Tapi tidak boleh hanyut hanya untuk kepentingan parpol itu saja, harus tetap di dalam koridor membela kepentingan rakyat. Berpolitik melalui parpol harus tetap dalam kerangka membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat luas.
Lalu apa harapan Anda di Pemilu 2014?
Saya berharap pemilu 2014 ini berjalan secara fair, tidak ada permainan money politic.Rakyat sebagai pemilih pun memilih dengan cerdas.Memilih berdasarkan rekam jejaknya dalam membangun bangsa ini.Bukan atas dasar materi yang ditawarkan banyak caleg. [G]
Catatan:
- Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA edisi September 2013
- Pada Pemilu 2014 ini, Martin Hutabarat maju sebagai calon legislatif (caleg) DPR-RI dari Partai Gerindra nomor urut 1 dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara 3.