Sejak terpilih sebagai dekan termuda yang pernah dimiliki Universitas Indonesia (UI), namanya kian dikenal. Sejarah perjalanan hidup baru sebagai pimpinan tertinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) pun dimulai. Bukan karena ’muda’ usianya, tapi disinilah ia mencoba mewujudkan impiannya membawa UI menjadi kampus modern dan terbuka.
Dialah Prof Firmanzah, Ph.D (35), akademisi sekaligus pakar manajemen yang diamanahi memimpin FE-UI saat berusia 32 tahun untuk periode 2009-2013. Visi dan misi terbesarnya adalah mengantarkan FE-UI ke ke ranah internasional sebagai research faculty and world class economics and business faculty. Kini image FE-UI pun begitu tercermin pada dirinya. Sebelumnya, sebagai sosok muda yang smart and bright, ia mampu menempuh pendidikan di universitas kelas dunia dalam waktu singkat.
Pria kelahiran Surabaya, 7 Juli 1976 ini merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara dari keluarga sederhana pasangan Kusweni dan Abdul Latief. Rupanya, sejak kecil, Firmazah yang biasa disapa Fiz ini banyak mendapatkan sebuah konsep pembelajaran dari ibunya berupa manajemen berdasar hasil (management by output). Dan inilah yang pada akhirnya mengantarkan dirinya sebagai seorang pakar manajemen sekaligus pimpinan sebuah institusi pendidikan ternama di Indonesia di usia muda. Baginya sisi muda bukanlah nilai jual mengapa ia terpilih waktu itu, tapi lebih pada kemampuan serta pengalaman praksis yang solid dengan catatan akademiknya yang baik.
Selepas lulusan dari FE-UI jurusan Manajemen pada 1998, ia bekerja sebagai analis pasar pada sebuah perusahaan asuransi sembari menjadi asisten dosen di UI. Lalu ia pun ikut mengembangkan Lembaga Manajemen Univeritas Indonesia (LM-UI) sembari mengambil program S2 di almamaternya. Tak berhenti disitu, usai meraih gelar Magister Manajemen, Fiz pun kembali menjajal dunia profesional dengan menjadi Marketing Manager pada sebuah perusahaan Internet Service Provider (ISP).
Kemudian meneruskan studinya ke Universitas Lille di Prancis. Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universitas tersebut. Firmanzah juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour (2005). Selain menyelesaikan studinya di Perancis, Fiz pun sempat mengajar selama setahun.
Tahun 2005, ia pun diminta kembali ke Indonesia untuk bekerja di UI atas permintaan Dekan FEUI waktu itu, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Selain mengajar, ia pun menjabat sebagai Sekretaris Departemen Manajemen FE-UI. Dua tahun kemudian menjabat sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FE-UI. Lalu menjabat posisi Direktur Kantor Komunikasi Universitas Indonesia.
Tepat pada 14 April 2008, Firmanzah pun mengukir sejarah di almamaternya. Ia terpilih sebagai Dekan FE-UI menggantikan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Dalam pemilihan tersebut, Fiz berhasil mengungguli lima kandidat lainnya: yakni Dr. Adi Zakaria, Dr. Nining Soesilo, Prof. Akhmad Syahroza, Dr. Chaerul Djakman, dan Dr. Syaifol Choeryanto.
Harus Sabar
Memang, tuntutan usia muda lebih banyak dilihat semua kalangan. Maka dari itu, dalam kepemimpinannya Firmanzah pun harus sabar. Meski tergolong muda, Firmanzah mampu menunjukkan kinerja yang baik. Secara pribadi ia mulai menerapkan perbaikan-perbaikan sistem di kampus. Terlebih setalah adanya perubahan UU dari Badan Hukum Milik Negara menjadi Badan Hukum Pendidikan yang lantas akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.
Menurutnya, dari semua itu yang harus digarisbawahi adalah menciptakan budaya kolegial, budaya saling percaya, budaya akademik. Sehingga jangan sampai di suasana yang tak menentu itu malah timbul konflik. Dengan menjadikan kampus jadi rumah bersama dan tunduk pada aturan perguruan tinggi yang menjadi pabrik yang menghasilkan ide-ide merupakan pendekatan yang lebih humanis.
”Lihat saja, di kampus ini budaya santun kerap dicitrakan para karyawan, mulai dari officeboy hingga pejabat dekanat. Bahkan lihat saja, seragam kita pun sama, karena kita kolegial, setara, bukan hirarki yang diutamakan tapi profesionalitas sesuai tugas dan tanggungjawab,” terangnya.
Setidaknya Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang dinahkodainya saat ini terus melakukan improvement baik ke dalam maupun ke luar guna mewujudkan UI sebagai Research University. Sehingga standar internasionalisasi bagi kampus ini berdasarkan rangkin. Untuk FE-UI sendiri yang masuk dalam kategori social science berdasarkan data terakhir berada di rangking 14 di tingkat Asia.
Selain aktif menelurkan buku diantaranya Globalisasi, Marketing Politik, Mengelola Partai Politik, Successful New Product Launching, Firmazah juga aktif mengajar sebagai dosen tamu di beberapa Universitas di luar negeri. Tak hanya itu, suami dari Ratna Indraswari –yang dinikahinya pada 2007 silam ini— juga sering membagi ilmu dengan menjadi pembicara di banyak forum publik dengan tema yang beragam baik dalam dan luar negeri.
Baginya, sosok Rasulullah Muhammad, adalah suri tauladan yang telah banyak mengajari bagaimana menjadi seorang manusia yang amanah, mengemban kewajiban serta mencari jalan keluar dari setiap konflik yang baik. Selain itu, sosok ibu tercinta yang telah mengajarinya bagaimana bisa hidup. Ia masih mengingat betul ucapan almarhum ibunya bahwa untuk hidup itu susah, kalau mati itu gampang. Sehingga tak heran bila sikap determinis, tekad yang kuat, kejujuran dan berani menghadapi realitas yang ditanamkan sang ibu padanya masih membekas hingga saat ini. ”Jadi orang yang berani itu adalah orang yang berani menghadapi hidup,” ujar pengagum teori Tzun Zu ini. []
Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, Edisi 01/Oktober 2011