Prof. Firmanzah, Ph.D (Dekan FEUI): “Memimpin dengan Lebih Humanis”

Sejak terpilih sebagai dekan termuda yang pernah dimiliki Universitas Indonesia (UI), namanya kian dikenal. Sejarah perjalanan hidup baru sebagai pimpinan tertinggi di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FE-UI) pun dimulai. Bukan karena ’muda’ usianya, tapi disinilah ia mencoba mewujudkan impiannya membawa UI menjadi kampus modern dan terbuka.

Dialah Prof Firmanzah, Ph.D (35), akademisi sekaligus pakar manajemen yang diamanahi memimpin FE-UI saat berusia 32 tahun untuk periode 2009-2013. Visi dan misi terbesarnya adalah mengantarkan FE-UI ke ke ranah internasional sebagai research faculty and world class economics and business faculty. Kini image FE-UI pun begitu tercermin pada dirinya. Sebelumnya, sebagai sosok muda yang smart and bright, ia mampu menempuh pendidikan di universitas kelas dunia dalam waktu singkat.

Pria kelahiran Surabaya, 7 Juli 1976 ini merupakan anak kedelapan dari sembilan bersaudara dari keluarga sederhana pasangan Kusweni dan Abdul Latief. Rupanya, sejak kecil, Firmazah yang biasa disapa Fiz ini banyak mendapatkan sebuah konsep pembelajaran dari ibunya berupa manajemen berdasar hasil (management by output). Dan inilah yang pada akhirnya mengantarkan dirinya sebagai seorang pakar manajemen sekaligus pimpinan sebuah institusi pendidikan ternama di Indonesia di usia muda. Baginya sisi muda bukanlah nilai jual mengapa ia terpilih waktu itu, tapi lebih pada kemampuan serta pengalaman praksis yang solid dengan catatan akademiknya yang baik.

Selepas lulusan dari FE-UI jurusan Manajemen pada 1998, ia bekerja sebagai analis pasar pada sebuah perusahaan asuransi sembari menjadi asisten dosen di UI. Lalu ia pun ikut mengembangkan Lembaga Manajemen Univeritas Indonesia (LM-UI) sembari mengambil program S2 di almamaternya. Tak berhenti disitu, usai meraih gelar Magister Manajemen, Fiz pun kembali menjajal dunia profesional dengan menjadi Marketing Manager pada sebuah perusahaan Internet Service Provider (ISP).

Kemudian meneruskan studinya ke Universitas Lille di Prancis. Ia mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universitas tersebut. Firmanzah juga sekaligus menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour (2005). Selain menyelesaikan studinya di Perancis, Fiz pun sempat mengajar selama setahun.

Tahun 2005, ia pun diminta kembali ke Indonesia untuk bekerja di UI atas permintaan Dekan FEUI waktu itu, Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Selain mengajar, ia pun menjabat sebagai Sekretaris Departemen Manajemen FE-UI. Dua tahun kemudian menjabat sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Ilmu Manajemen FE-UI. Lalu menjabat posisi Direktur Kantor Komunikasi Universitas Indonesia.

Tepat pada 14 April 2008, Firmanzah pun mengukir sejarah di almamaternya. Ia terpilih sebagai Dekan FE-UI menggantikan Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro. Dalam pemilihan tersebut, Fiz berhasil mengungguli lima kandidat lainnya: yakni Dr. Adi Zakaria, Dr. Nining Soesilo, Prof. Akhmad Syahroza, Dr. Chaerul Djakman, dan Dr. Syaifol Choeryanto.

Harus Sabar
Memang, tuntutan usia muda lebih banyak dilihat semua kalangan. Maka dari itu, dalam kepemimpinannya Firmanzah pun harus sabar. Meski tergolong muda, Firmanzah mampu menunjukkan kinerja yang baik. Secara pribadi ia mulai menerapkan perbaikan-perbaikan sistem di kampus. Terlebih setalah adanya perubahan UU dari Badan Hukum Milik Negara menjadi Badan Hukum Pendidikan yang lantas akhirnya dibatalkan oleh Mahkamah Konstitusi.

Menurutnya, dari semua itu yang harus digarisbawahi adalah menciptakan budaya kolegial, budaya saling percaya, budaya akademik. Sehingga jangan sampai di suasana yang tak menentu itu malah timbul konflik. Dengan menjadikan kampus jadi rumah bersama dan tunduk pada aturan perguruan tinggi yang menjadi pabrik yang menghasilkan ide-ide merupakan  pendekatan yang lebih humanis.

”Lihat saja, di kampus ini budaya santun kerap dicitrakan para karyawan, mulai dari officeboy hingga pejabat dekanat. Bahkan lihat saja, seragam kita pun sama, karena kita kolegial, setara, bukan hirarki yang diutamakan tapi profesionalitas sesuai tugas dan tanggungjawab,” terangnya.

Setidaknya Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang dinahkodainya saat ini terus melakukan improvement baik ke dalam maupun ke luar guna mewujudkan UI sebagai Research University. Sehingga standar internasionalisasi bagi kampus ini berdasarkan rangkin. Untuk FE-UI sendiri yang masuk dalam kategori social science berdasarkan data terakhir berada di rangking 14 di tingkat Asia.

Selain aktif menelurkan buku diantaranya Globalisasi, Marketing Politik, Mengelola Partai Politik, Successful New Product Launching, Firmazah juga aktif mengajar sebagai dosen tamu di beberapa Universitas di luar negeri. Tak hanya itu, suami dari Ratna Indraswari –yang dinikahinya pada 2007 silam ini— juga sering membagi ilmu dengan menjadi pembicara di banyak forum publik dengan tema yang beragam baik dalam dan luar negeri.

Baginya, sosok Rasulullah Muhammad, adalah suri tauladan yang telah banyak mengajari bagaimana menjadi seorang manusia yang amanah, mengemban kewajiban serta mencari jalan keluar dari setiap konflik yang baik. Selain itu, sosok ibu tercinta yang telah mengajarinya bagaimana bisa hidup. Ia masih mengingat betul ucapan almarhum ibunya bahwa untuk hidup itu susah, kalau mati itu gampang. Sehingga tak heran bila sikap determinis, tekad yang kuat, kejujuran dan berani menghadapi realitas yang ditanamkan sang ibu padanya masih membekas hingga saat ini. ”Jadi orang yang berani itu adalah orang yang berani menghadapi hidup,” ujar pengagum teori Tzun Zu ini. []

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, Edisi 01/Oktober 2011

Perang SPBU

Di tengah persaingan global, bisnis distribusi Bahan Bakar Minyak (BBM) non-subsidi terus menggeliat. Setidaknya kini ada empat perusahaan Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) –Pertamina, Shell, Petronas dan Total— yang terus melakukan ekpansi. Pelan tapi pasti, keempatnya serius menggarap pasar di Indonesia. Perang pun dimulai telah dimulai.

Pertamina dengan ribuan pom bensin yang tersebar di seluruh nusantara terus berbenah. Shell lewat 51 SPBU yang tersebar di Jabodetabek, Surabaya dan Sidoarjo kian diminati. Petronas dengan kekuatan 19 SPBU telah beroperasi di kawasan Jabodetabek terus memikat konsumen. Sementara Total yang tahun 2011 ini akan menggenapkan 15 SPBU yang beroperasi di Indonesia getol menawarkan layanan pom bensin bercitarasa Perancis.

Ya, sejak 2005 silam, mau tidak mau Pertamina –yang sebelumnya tampil sebagai pemain tunggal— harus menghadapi situasi persaingan yang sangat dinamis di sektor hilir ini. Tak pelak, hadirnya tiga distributor BBM asing sekelas Shell dari Belanda, Petronas dari Malaysia dan Total dari Perancis memberikan banyak pilihan bagi konsumen akan produk bahan bakar berkualitas, khususnya BBM non-subsidi. Meski memang, produk yang ditawarkan memiliki kualitas yang sama.

Tentunya, masih ingat dalam benak kita, dimana warga ibukota begitu antusias membicarakan SPBU Shell di kawasan Lippo Village Karawaci, lima tahun silam. Aksi serupa juga terjadi di tahun yang sama, ketika dibukanya pompa bensin milik Petronas di kawasan Cibubur. Dan empat tahun kemudian, aksi yang kurang lebih serupa terjadi kala Total, perusahaan distribusi BBM asal Perancis membuka SPBU pertamanya di Indonesia di dua lokasi yakni jalan Daan Mogot dan MT Haryono.

Baik Pertamina, Shell, Petronas, dan Total terus melakukan peningkatan produk dan layanannya, terutama untuk BBM non-subsidi. Mereka sama-sama berusaha mengedepankan kenyamanan dan kepuasan pengguna kendaraan bermotor. Itu antara lain mereka lakukan dengan memperbanyak jaringan SPBU, memperluas areal SPBU, meningkatkan fasilitas pendukung SPBU, mengedepankan kebersihan, kerapian, serta keramahan personelnya di SPBU.

Inilah bentuk perang pencitraan baik produk maupun layanan kepada konsumen yang menjadi salah satu prinsip yang diacu dalam ISO 9001 klausul 5.2. Terlebih, konsumen Indonesia umumnya memiliki sifat ingin dilayani secara penuh (full service). Tak heran, kini praktek pelayanan yang menyentuh logika rasional konsumen sangat ekpresif kerap ditemui di lokasi SPBU.

Shell, SPBU Modern Berkecepatan Tinggi
Terus bertambahnya kendaraan bermotor, membuat bisnis ritel bahan bakar berprospek cerah. Terlebih seiring dengan dibukanya keran regulasi bisnis migas di sektor hilir. Sejak kehadirannya 1 November 2005 di Lippo Karawaci, Tangerang, Shell sebagai pemain asing pertama yang masuk di pasar Indonesia mampu memikat konsumen. Rupanya, kehadiran Shell Super, bensin dengan oktan 92 ini misalnya, kian dilirik pengguna Pertamax –BBM non-subsidi buatan Pertamina.

Menurut Sri Wahyu Endah, Media Relations Manager, PT Shell Indonesia, Shell yang menjual bahan bakar non-subsidi tentu harganya pun tidak bisa dibandingkan dengan BBM bersubsidi. Dengan mendapat bensin kualitas, takaran yang akurat dan pelayanan yang baik, konsumen mendapatkan nilai lebih dari biaya yang dikeluarkan. ”Dengan demikian, kami berharap dapat menambah jumlah SPBU di Indoensia agar lebih banyak lagi masyarakat yang dapat menikmati BBM berkualitas, takaran yang sesuai dan layanan yang prima,” ujarnya berharap.

SPBU Shell –yang kini tersebar di 45 lokasi Jabodetabek dan 7 lokasi di Surabaya dan Sidoarjo—  menyediakan jenis BBM yang terdiri dari Shell Super dan Shell Super Extra, dengan masing-masing oktan 92 and 95, serta Shell Diesel yang direkomendasikan untuk semua tipe mesin diesel. Semua BBM Shell diformulasi khusus untuk membantu menjaga kebersihan mesin. Selain itu, Shell menawarkan pompa bensin modern berkecepatan tinggi, tanda terima yang dicetak secara digital dan isi angin gratis serta pembayaran dengan kartu kredit tanpa biaya tambahan.

Disamping itu, menurutnya, Shell –yang mengoperasikan SPBU dengan sistem CODO (Company Owned, Dealer Operated) ini— selalu mematuhi peraturan pemerintah setempat. Setidaknya, ada tiga hal yang kami terapkan dalam upaya memenuhi kepuasan pelanggan, yaitu QQS (Quality, Quantity and Service). Dimana kualitas bahan bakar terbaik, kuantitas yang akurat serta layanan yang prima. Sehubungan dengan quality assurance, Shell Singapura sebagai supplier Shell Indonesia, telah memiliki sertifikasi Manajemen Mutu seperti ISO 9001 dan ISO 17025.

Rupanya, layanan perusahaan minyak internasional pertama yang bergerak di bidang ritel BBM di tanah air setelah 40 tahun cukup manjur. Pasalnya, selain ditunjang dengan produk yang berkualitas, dan jaringan SPBU Shell yang terkelola dengan baik, Shell pun berkomitmen untuk memenuhi kepuasan pelanggan. “Dari survey yang dilakukan, dari konsumen yang mengisi BBM di Shell, sebanyak 88 persennya akan kembali,” ujarnya.

Tak heran, bila Shell terus secara berkesinambungan melakukan perawatan dan kalibrasi secara periodik pada pompa meter. Tujuannya tak lain untuk menunjukkan bahwa akurasi alat ukur selalu terkontrol dan mengacu pada standar mutu internasional. []

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, edisi 01/Oktober 2011

Belajar Kepada China

Banyak orang takjub melihat kemajuan yang dicapai China saat ini. Hal yang menakjubkan, China tidak pernah tampak lelah membangun. Negeri Tirai Bambu itu terkesan mempunyai daya tahan dan energi luar biasa sehingga terus bergerak membangun dan membelanjakan triliunan dolar AS per tahun. China pun tak pernah terpengaruh oleh tetangga-tetangganya yang lamban dan gampang lelah.

Tak heran jika China menjadi negara yang tengah menjadi sorotan khalayak dunia karena keberhasilannya bangkit dari image negara Asia yang masih berkembang. Pertumbuhan ekonomi China bisa sangat pesat dibandingkan negara Asia lainnya –yang notabene masih menyandang gelar sebagai negara berkembang— termasuk Indonesia. Pertumbuhan ekonomi China diatas 13 persen per tahun. Pun dengan pendapatan per kapitanya yang naik dari 100 dolar AS per tahun menjadi 1300 dolar AS per tahun.

China sendiri tercatat memiliki obligasi Amerika sebesar 1,2 triliun dollar AS, tertinggi dibandingkan negara manapun. Bahkan sejak 2006, China memiliki surplus simpanan bank terbesar di dunia hampir 180 miliar dolar AS. Begitu pula dengan cadangan devisi yang dimiliki China merupakan terbesar di dunia yang mencapai 1 triliun dolar AS lebih. Dan diperkirakan tahun 2020, China akan mampu mengungguli Amerika.

Tak hanya itu, gelombang kebangkitan perekonomian China mengguncang seluruh dunia. Hanya dalam waktu singkat, ribuan perusahaan di Eropa, Asia, dan Amerika menjadi korban serbuan perdagangan China. Maka pantas rasanya, bangsa ini harus belajar dari keunggulan China –yang membuat mereka besar seperti sekarang. Diantara keunggulan utama China adalah mereka lebih efisien dan produktif.

Boleh jadi, selama ini kita sering salah kaprah menilai China yang bisa menjual barang dengan harga murah lantaran upah pekerjanya luar biasa rendah. Kini, upah pekerja di China tidaklah bisa dikatakan sangat murah. Salah satu keunggulan China adalah pengusaha dan pekerjanya memiliki sikap dan mentalitas kerja yang baik.

Nyatanya, mereka adalah pekerja keras. Mengejar kesejahteraan adalah penting bagi masyarakat China sejak dahulu kala, dan untuk mencapainya mereka sadar harus bekerja keras. Pekerja di China relatif tidak banyak menuntut, padahal kondisi kerja mereka terkadang tidaklah lebih baik daripada di Indonesia. Produktivitas pekerja China juga lebih tinggi dibanding pekerja Indonesia.

Di sisi lain, China juga dikenal efisien karena menerapkan suku bunga kredit yang murah hanya 4-5 persen per tahun. Sementara pengusaha Indonesia harus membayar tiga kali lipatnya. Belum lagi ditambah berbagai biaya yang ujung-ujungnya membuat biaya produksi di Indonesia mahal.

Memang, menjadi pelaku bisnis di China sama dengan berhadapan langsung dengan publik yang besar bukan kepalang. Bahkan semua parameter di China memang serba raksasa. Lapangan terbang, pusat perbelanjaan, hotel dan area terbuka seperti Tiananmen, perumahan serta apartemen terwujud dengan spektakuler. Dan sepertinya, Indonesia dengan penduduk seperenam dari China mulai menghadapi persoalan yang sama.

Peran Negara
Lompatan besar perekonomian China yang mengagumkan tak lepas dari adanya peran negara. 15 tahun pasca meninggalnya Mao Zedong, China berubah fantastis. Deng Xiao Ping sebagai pemimpin China, membangun negerinya dengan perencanaan yang matang jauh ke depan. Di tangan Deng, China menyadari bahwa ia punya potensi ekonomi, maka yang dilakukan pertama adalah habis-habisan membangun fondasi untuk menjadi raksasa ekonomi dunia.

Kala itu, meski Deng bersikeras mempertahankan komunisme, ia memberanikan diri membuka belenggu perekonomian negara pada tahun 1979 dengan memboyong pemodal asing. Masuknya investasi asing ke China, tapi menolak intervensi politik menjadi sebuah kompromi cerdas.

Hasilnya, dengan adanya campur tangan pemerintah yang sangat dominan itu membuat China mempunyai tabungan negara mencapai 1 dolar trilliun lebih. Pasalnya, tak adanya kebebasan individu untuk mengelola bisnis maka pemerintah bisa menabung uang negara sebegitu besar yang nantinya akan menjadi modal bagi perusahaan-perusahaan China untuk memproduksi. Jadi jangan heran hampir semua barang elektronik yang ada di Indonesia buatan China sangatlah murah.

Bahkan dengan semakin melesatnya China disektor industri, seperti industri elektronik misalnya membuat Amerika Serikat kelabakan menghadapi kebijakan ekonomi China –yang terkadang sulit diterima dengan akal sehat— kenapa pemerintah China mau memberikan pinjaman modal bagi perusahaan-perusahaan baik yang swasta maupun negeri. Semua itu didasarkan karena segala pendapatan yang dihasilkan perusahaan baik swasta maupun negeri larinya akan tetap untuk negara yang dikelola oleh pemerintah.

China tak hanya menerapkan mekanisme sistem ekonomi pasar sosialis-nya saja –yang membuat China mampu menyaingi Amerika tanpa harus mengadopsi sistem politik barat— tapi juga adanya implementasi yang berkesinambungan dari setiap kebijakan yang dibuat pasca reformasi. Pemerintah kerap menyamarkan kepentingan mereka, sehingga laju pertumbuhan ekonomi China tetap terjaga melalui berbagai regulasi penerapan hukum dan birokrasi yang kuat. Bahkan tak jarang pemerintah mengerjakan proyek-proyek besar dengan lebih dulu menggusur penduduk yang berdiam di wilayah itu.

Memang, lokomotif ekonomi China yang melaju dengan cepat menarik gerbong-gerbong panjang di belakangnya. Namun cepatnya gerak maju rangkaian kereta api tersebut tak jarang juga membuat banyak orang tak dapat mengejarnya dan akibatnya tercecer di belakang. Berdasar pada data, pemerintah China menyebut ada sekitar 26,1 juta orang hidup dalam kemiskinan absolut. Namun kemisminan di China bukan sesuatu yang kita lihat sehari-hari. Di Beijing misalnya, akan jarang dijumpai orang miskin di keramaian.

Para pemimpin China pun mengakui, globalisasi memang memberikan dampak yang luar biasa yang sekaligus menghasilkan kesejahteraan dan juga kemiskinan yang secara absolut menyengsarakan banyak orang di kota hingga desa. Namun, sistem kendali terpusat itu menjadi dasar kemajuan China. Sejatinya China menjadi negara yang offensive karena selalu ingin bersaing demi mencapai kesuksesan dalam pasar ekonomi global. Dan China pun meyakini dalam kapitalis sosial peranan negara masih tetap ada.

Berbeda dengan Indonesia yang semakin banyak menelorkan undang-undang dan juga amandemen namun itu hanya sebatas wacana yang secara abstrak tertulis karena kurang maksimal dalam implementasi dalam kehidupan masyarkat. Lantas apa yang harus diperbuat Indonesia?

Menggunakan konsep Porter tentang Competitiveness of The Nations –yang dikutip oleh Mas Wigrantoro Roes Setiyadi— maka jawaban singkatnya, kekurangan terletak pada birokrasi dan rezim pemerintahan. Meski jawaban ini tidak seratus persen benar, namun bila birokrat kita berlapang dada, tidak defensif namun instrospeksi dan selanjutnya membuat kebijakan perubahan dan sekaligus mengimplementasikanya secara kontinyu dan konsisten dengan dukungan anggaran sebagaimana dilakukan oleh Deng Xiao Ping, prospek Indonesia dalam mengejar ketertinggalan sangat besar. []

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, edisi 01/Oktober 2011

Legitnya Bisnis Taksi Premium

Bisnis taksi premium kian marak. Meski pangsa pasar kelas ini sangat kecil, namun menjanjikan. Saking legitnya, kini banyak perusahaan merilis taksi mewah. Beragam inovasi ditawarkan guna menjaring pelanggan.

Salah satunya adalah yang ditawarkan PT Panorama Transportasi, Tbk yang meluncurkan taksi eksekutif berlabel White Horse Premium Cab pada awal 2009 lalu. White Horse Premium Cab hadir melayani pelanggan kelas atas yang menginginkan kenyamanan, keamanan dan hiburan selama perjalanan, cocok untuk Jakarta yang makin macet dan bisa meredakan stres selama perjalanan. Dari sisi teknologi informasi, peseroan ini telah mengimplementasikan Taxi Management System secara terintegrasi. Mulai dari pengaturan jadwal supir, pengaturan armada pada saat jalan sampai kepada pengaturan perawatan kendaraan serta penghitungan komisi supir untuk mendukung kegiatan operasional.

Memang, segmen kelas ini sangat kecil, namun White Horse Premium Cab –yang hadir dua tahun silam— melihat segmen ini tetap menarik. Pasalnya, kelas ini masih tergolong sedikit dibandingkan dengan tingkat kebutuhan akan taksi premium yang aman dan nyaman, sehingga memberikan kesempatan kepada operator untuk terus tumbuh. ”Bisnis taksi di segmen ini menarik karena pasarnya tidak sensitif terhadap harga, yang utama adalah keamanan dan kenyamanan,” ujar Dewi Astuti Suhendro, Marketing Communications Manager PT Panorama Transportasi, Tbk.

Hal tersebut terlihat dari pertumbuhan pendapatan taksi di tahun 2010 sebesar 394 persen menjadi Rp 11.082 juta dibandingkan tahun 2009 sebesar Rp. 2.244 juta. Dengan demikian, kontribusi yang diberikan White Horse Premium Cab pada tahun 2010 adalah sebesar 4,21 persen dari total pendapatan perseroan. Nilai ini lebih tinggi dibanding pada tahun sebelumnya sebesar 1,16 persen. Sementara imbal hasil atas pemanfaatan nilai bersih asset tetap (return on fixed asset) yang diberikan oleh jasa taksi premium ini sebesar 10 persen sedikit membaik dibandingkan dengan tahun 2009 yang sebesar 12 persen.

Menurut Dewi, White Horse Premium Cab dipandu oleh pengemudi yang handal, terpercaya dan mampu menyuguhkan layanan prima dengan jaminan kenyamanan maksimal bagi pelanggan. Selain itu, armada  dengan desain interior yang mewah dan jok kulit yang nyaman juga dilengkapi mesin argometer dan perangkat printer tanda terima pembayaran dan Global Positioning System (GPS) untuk menjamin ketepatan arah dan efisiensi waktu perjalanan. Untuk melengkapi kenyamanan perjalanan, tersedia pula TV satelit yang menyuguhkan hiburan dan informasi terkini.

Layanan eksklusif ala White Horse Premium Cab dengan didukung 200 armada saat ini hanya hadir di beberapa lokasi tertentu seperti mal dan hotel terkemuka di Jakarta serta Bandara Internasional Soekarno-Hatta terminal 2D dan 2E. Taksi premium –yang menggunakan armada mobil Hyundai Sonata— menyediakan pelayanan eksklusif 24 jam. Tentu saja layanan ini untuk lebih memfokuskan pada sasaran pasar yang dituju.

Sejak kehadirannya dua tahun silam, taksi premium berlabel White Horse Premium Cab ini kian diminati pelanggan. Meski memberikan layanan premium, namun harganya masih terjangkau oleh segmen kelas atas Jakarta. White Horse Premium Cab memberlakukan tarif awal Rp 7.500 dengan penambahan Rp 4.400 per kilometer. Sementara tarif tunggu dipatok Rp 50.000 per jam. ”Dibanding pemain lain, Premium Cab lebih terjangkau dengan layanan yang tak kalah mewah,” ujar Dewi.

Dan yang tak kalah pentingnya, dalam operasionalnya White Horse Premium Cab telah mengantongi sertifikat ISO 9001:2008 dan OHSAS 18001:2007 tentang kualitas pelayanan dan keamanan dan kesehatan yang dikeluarkan oleh TURV-Nord pada 2010 lalu.

Tak heran bila ketepatan waktu dan pelayanan prima pada pelanggan menjadi ciri khas yang dimiliki White Horse Premium Cab. Hal ini menurut Dewi, pada saat pelanggan memesan taksi, maka pelanggan akan menerima notifikasi berupa pesan singkat  (SMS) yang mengabarkan armada dengan pengemudi dan waktu kedatangan. ”Biasanya, armada akana tiba di lokasi pelanggan setengah jam sebelumnya,” terangnya. []

Pesona Hyundai Sonata
Demi merebut hati pelanggan di tengah ceruk pasar yang sempit, PT Panorama Transportasi, Tbk, selaku operator taksi kelas premium berani menghadirkan mobil yang lebih mahal. Pilihan pun jatuh pada Hyundai Sonata, sedan paling laris dalam enam tahun terakhir di negeri asalnya Korea Selatan. Tampilannya yang mewah dengan balutan warna hitam yang elegan tentu menjadi daya tarik tersendiri.

Sonata hadir dengan konsep fluidic sculpture kian merefleksikan kecanggihan serta kedinamisan yang hadir melalui garis lekuk bodi yang tajam serta tegas di eksterior. Aksen garis ini tak sekedar menegaskan kesan premium yang dimilikinya, lebih dari itu Sonata pun tampil sebagai sedan besar yang memiliki basis sport. Sebuah perpaduan yang mengesankan antara sedan tradisional dengan empat pintu.

Di bagian interior, kesan kabin lapang begitu terasa saat memasukinya, baik saat duduk di depan maupun di bangku belakang. Kemewahan kembali terpancar dari desain kokpit serta balutan kulit pada joknya. Kesenyapan kabin pun menjadi kelebihan dari sedan yang sekelas dengan Toyota Camry atau Honda Accord ini.

Dan PT Panorama Transportasi, Tbk merupakan satu-satunya operator taksi kelas premium di Indonesia yang mendapatkan lisensi langsung dari Hyundai Motor Company. Sonata yang digunakan merupakan pabrikan tahun 2009 yang menggunakan mesin baru buatan Global Engine Alliance LLC. Sonata generasi kelima terakhir ini merupakan pengembangan dari seri NF sebelumnya. Karena itu dimensinya lebih besar di semua sisi; dengan panjang 4800mm, lebar 1830mm dan tinggi 1475mm. Sementara wheelbase naik 30mm menjadi 2730mm. []

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, Edisi 01/Oktober 2011

Universitas Pelita Harapan, A Smart and Global Campus

Sudah menjadi keharusan pendidikan karakter menjadi fokus di seluruh jenjang pendidikan. Tak terkecuali pendidikan tinggi yang mendapatkan perhatian yang cukup besar. Dari sanalah lahir generasi anak bangsa berkarakter yang kini menempati posisi penting di dunia korporat dan bisnis.

Universitas Pelita Harapan (UPH) adalah satu dari sekian institusi pendidikan terkemuka yang sadar akan tugas dan kewajibannya untuk mencetak manusia Indonesia handal, berdaya saing dan bermutu. Kampus yang modern, inovatif, komprehensif, terbuka, multibudaya dan humanis adalah gambaran UPH yang mengusung Knowlegde, Faith and Character dalam setiap gerak langkahnya.

Berdiri sejak tahun 1994 silam, beragam inovasi teknologi secara simultan telah dikembangkan UPH. Bahkan julukan sebagai a smart and global campus telah disandangnya. Perguruan tinggi swasta ternama ini menerapkan secara langsung teknologi terkini ke dalam sistem belajar-mengajar. Tak tanggung-tanggung, sertifikasi standar internasional ISO 9001:2000 pun telah dikantonginya sejak 2008 lalu.

Memang, kampus yang didirikan oleh Ir Johannes Oentoro dan Dr (HC) James Riady ini sejak awal berkomitmen untuk memberikan pendidikan dan pengajaran secara holistik dengan dukungan fasilitas kelas dunia. Komitmen tersebut tercermin dalam manajemen yang profesional, kurikulum, kemitraan global serta fasilitas modern berteknologi tinggi bagi seluruh civitas kampus.

Sebagai global campus, UPH dilengkapi dengan smart card, smart class, micropayment, e-learning, digital library, notebook hingga penyediaan jaringan nirkabel untuk akses internet. ”UPH tetap komitmen menghadirkan pendidikan dan pengajaran secara holistik yang didukung fasilitas, teknologi dan infrastruktur kelas dunia,” ujar Rektor UPH, Dr (HC) Jonathan L Parapak, M.Eng.Sc.

Berlokasi di kawasan Lippo Village, sebuah kota satelit yang dirancang begitu imajinatif memberi kenyamanan layaknya di rumah sendiri. Suasana kampus yang hangat, dimana setiap orang seperti keluarga. Dosen dan mahasiswa membangun hubungan yang kuat dan professional baik di dalam maupun di luar kelas. Tak hanya itu, sejauh mata memandang, nuansa kemewahan pun menghiasi setiap sudut kampus ini.

Sebagai kampus kelas dunia, UPH dilengkapi sejumlah laboratorium –yang dikenal sebagai yang terbaik di Indonesia. Tersedia pula fasilitas penunjang aktifitas olahraga lengkap dan berstandar internasional. Selain itu UPH juga menyediakan fasilitas asrama yang diperuntukan bagi mahasiswi tahun pertama dari luar kota.

Yang tak kalah menariknya, UPH pun dikelilingi kawasan serta fasilitas penunjang gaya hidup mulai dari restoran, kafe, pusat perbelanjaan, perbankan, toko buku –dengan ribuan koleksi baik lokal maupun internasional— kawasan bisnis dan perkantoran hingga akses langsung ke jalan bebas hambatan. Tak terkecuali keberadaan kawasan rekreasi yang menawarkan pilihan aktifitas relaksasi.

Setidaknya ada 13 fakultas untuk program sarjana diantaranya Fakultas Ekonomi, Fakultas Desain dan Teknologi Perencanaan, Fakultas Teknologi Industri, Fakultas Hukum, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Seni, Fakultas Kedokteran, Fakultas Ilmu Komputer, Fakultas Ilmu Kependidikan, Fakultas Matematika dan Ilmu Alam, Fakultas Psikologi, Fakultas Musik, Fakultas Ilmu Keperawatan dan satu Sekolah Tinggi Pariwisata. Disamping itu, UPH pun membuka delapan program magister dan satu program doktoral hukum yang berlokasi di kawasan Semanggi Jakarta. Tahun 2006, UPH juga membuka kelas internasional bagi mereka yang ingin mendapatkan gelar Bachelor di Indonesia.

Sebagai global campus, UPH pun menggandeng dengan perguruan tinggi dunia ternama seperti The National University of Singapura, Queensland University of Technology, Murdoch University, Biola University in US, Ilmenau University of Technology, Xiamen University in China dan masih banyak lagi. Dengan fasilitas dan jaringan kelas dunia yang dimiliki, tak heran bila kelas internasional UPH diminati para calon mahasiswa mancanegara. Setidaknya, di kampus multi-kultural ini tercatat ada lebih dari sepuluh negara, termasuk Amerika Serikat, Rusia, China, Korea dan Jerman.

Dalam perkembangannya, sebagai a smart campus, baru-baru ini UPH meluncurkan penerapan aplikasi Mobile Campus BlackBerry. Sebuah aplikasi mobile hasil sinergi Telkomsel dan Research In Motion (RIM) khusus untuk mahasiswa UPH Karawaci dan merupakan yang pertama di Indonesia. Lewat aplikasi ini, mahasiswa bisa mendapatkan informasi mulai dari jawdal kuliah, materi akademik, data akademik pribadi seperti IPK dan grafik prestasi hingga melakukan pembayaran uang kuliah.

Kehadiran Telkomsel yang menggangdeng RIM ini didasarkan pada pertimbangan bahwa BlackBerry merupakan smarphone yang umum digunakan masyarakat Indonesia, terutama di kalangan anak muda. Bahkan Direktur Senior IT UPH, Reyner Wayong pun mengklaim bahwa 90 persen dari total 10 ribu mahasiswa UPH merupakan pengguna BlackBerry. Layanan ini menujukkan reputasi UPH sebagai kampus yang memiliki fasilitas insfrastruktur IT yang terintegrasi. “Jika sebelumnya, diakses lewat komputer atau notebook, lewat ATM (Academic Teller Machine) dan kini lewat BlackBerry,” ujarnya.

Tentu saja, penyediaan fasilitas ini melengkapi ragam fasilitas yang sudah ada sebelumnya guna membantu seluruh civitas akademika UPH mulai dari dosen hingga mahasiswa. [QA]

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, Edisi 01/Oktober 2011

Menghadirkan Bioskop di Rumah

Tak dipungkiri, dewasa ini para pabrikan elektronik kian getol memanjakan keluarga konsumen Indonesia. Pabrikan pun saling berlomba meluncurkan inovasi produk mulai dari entri level hingga kelas premium. Serangkaian perangkat hiburan berteknologi 3D yang mampu membangkitkan imajinasi serta memberikan pengalaman menonton yang luar biasa membanjiri pasar elektronik. Menghadirkan bioskop di rumah sendiri pun bukanlah hal yang sulit.

Sharp kembali menunjukkan tajinya sebagai pemimpin teknologi TV LCD. Setelah sukses menghadirkan TV LCD berteknologi LED yang inovatif yakni Aquos Quattron LED TV –yang menambahkan warna kuning pada ketiga warna dasar sebelumnya RGB sehingga mampu menghasilkan kualitas gambar yang luar biasa— kali ini Sharp meluncurkan perangkat hiburan berteknologi 3D berlabel Aquos Quattron 3D TV.

Perangkat ini mampu menjawab kekurangan teknologi 3D yakni kendala Incufficient Brigthness yang selama ini dikeluhkan konsumen. Keunggulan Sharp dalam menghadirkan 3D bisa dinikmati pada seri Aquos Quattron 3D TV seri LC-LE830M yang hadir dalam pilihan ukuran 40, 46, 52 dan 60 inci. Terlebih jika ditunjang dengan perangkat multimedia besutan Sharp lainnya, Aquos Quattron 3D TV tak sekedar menyuguhkan hiburan di ruang keluarga belaka. Boleh jadi, kehadirannya menjadi titik perhatian setiap pasang mata.

Performa Canggih
Tampil dengan desain flat yang elegan dan lebih tipis dengan sudut melingkar, seri terbaru ini dibekali fitur program komunikasi yaitu Skype berteknologi P2P (peer to peer). Sebuah program –yang gratis diunduh— berkualitas tinggi dan murah berbasis internet untuk semua kalangan. Selain Skype, konsumen juga dapat memanfaatkan jaringan DLNA (Digital Living Network Alliance) Wireless, yakni teknologi berbasis standar untuk mempermudah berbagi dan menikmati foto digital, musik dan video satu sama lain.

Kelebihan Sharp Aquos Quattron 3D TV kian sempurna dengan adanya dukungan teknologi 4 warna dasar (RGBY) serta penggabungan 4 teknologi unggulan. Diantaranya teknologi UV2A (Ultra Violet Vertical Alignment) pada panelnya, sebuah teknologi photo alignment yang menghasilkan mega contrast, high optical efficiency, dan high speed response. Teknologi ini menghasilkan kualitas warna yang jauh lebih hidup, bahkan bisa menghasilkan triliunan warna. Pun pada teknologi 4 warna yang menambahkan kuning (Yellow) kepada tiga warna utama merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue) atau biasa disebut RGB, menghasilkan warna yang lebih solid, natural dan lebih kaya akan warna. Tak heran bila Aquos Quattron memberikan warna yang benar-benar alami, seperti kuning emas, biru laut, biru langit, dan sebagainya.

Adanya teknologi FRED (Frame Rate Enhanced Driving), yang hanya menggunakan satu baris sinyal dengan drive berkecepatan tinggi akan mengurangi kabel dan komponen di panel serta meningkatkan efisiensi penggunaan cahaya, dengan konsumsi daya yang rendah. Sementara teknologi Side-mount Scanning LED Backlight akan mampu mengurangi crosstalk pada televisi 3D, selain drive ganda bingkai dan teknologi pemindaian kecepatan ganda. Teknologi ini membatasi crosstalk yang mengurangi optical perception images dengan menggunakan kontrol cahaya on / off kecepatan tinggi dan drive yang terpisah.

Disamping itu, fitur unggulan lain yang dibenamkan pada Aquos Quattron 3D TV adalah, Fine Motion Advanced 100/120Hz  untuk mengurangi gerakan gambar yang kabur (blur). USB Port yang dapat memainkan hampir semua format media, baik dalam bentuk MP3, WMA atau gambar JPEG, Photo and Music Viewer. ECO button pada remote control memungkinkan untuk mengurangi konsumsi energi secara otomatis. Adapun Fitur SRS Trusurround HD akan mampu menghasilkan kualitas audio yang mengesankan.

Untuk kesempurnaan menonton melalui Aquos Quattron 3D TV, Sharp melengkapinya dengan kacamata khusus 3 dimensi yang dirancang sedemikian rupa agar pemirsa dapat menikmati gambar 3D yang mengesankan dan sangat realistis. Kacamata 3D ini, dilengkapi fitur-fitur seperti Liquid crystal shutter system, Auto Power Off Function, dan 3D/2D Mode Conversion Button.

Menurut Sharp Product Marketing General Manager PT Sharp Electronics Indonesia, Herdiana Anita Pisceria, Aquos Quattron 3D TV mampu menjawab kebutuhan konsumen kelas atas yang haus akan produk berteknologi tinggi. Sharp Aquos Quattron 3D ukuran terkecil 40 inci (LC-40LE830M) seharga Rp 16 juta. Sementara untuk ukuran terbesar 60 inci (LC-60LE830M) dengan kisaran harga Rp 55 juta. “Aquos Quattron 3D TV merupakan produk dengan performa outstanding yang diperuntukkan bagi konsumen high-end yang haus akan produk berteknologi tinggi dan sekaligus akan meningkatkan image Sharp sebagai produsen LCD. Inilah keseriusan kami memasuki pasar 3D dengan menawarkan fitur-fitur andalan yang tentunya mampu bersaing di pasarnya,” tegasnya.

Standarisasi
Untuk menjaga kualitas Aquos Quattron 3D buatan pabrikan elektronik asal Jepang ini menerapkan standarisasi manajemen mutu dalam segala aktifitasnya. Hal ini dibuktikan dengan diraihkan sertifikat Quality ISO 9001:2008 dan ISO 14001:2004 dari Bureau Veritas Indonesia. Dan untuk meningkatkan manajemen mutu produk dan pelayanan pada pelanggan, Sharp terus memperluas jaringan di seluruh Indonesia.

Selain telah memiliki lebih dari 300 service point di seluruh Indonesia, menurut Lise Tiasanty, Customer Care Center Manager, PT Sharp Electronics Indonesia, baru-baru ini Sharp meluncurkan layanan SMSS (Sharp Mobile Service Station), yang melayani perbaikan dan informasi produk di setiap kegiatan promosi Sharp. “Inilah inovasi dengan layanan baru dari Sharp untuk pelanggan, selain lewat multi contact channel,” ujarnya.

Selain itu, secara berkala Sharp memberikan training dalam rangka meningkatkan skill dan product knowledge seluruh frontliner dalam melayani konsumen. “Semua itu dalam rangka tercapainya kepuasan pelanggan,” pungkasnya.

Sharp Electronics Indonesia terus tumbuh dengan pertumbuhan pasar yang signifikan sebesar 125 persen pada semester pertama tahun ini. Berdasarkan data EMC, market share Sharp di pasaran Indonesia sebesar 25 persen. Dan inilah yang mengantarkan Sharp Indonesia mampu bertahan di posisi lima besar Sharp di seluruh dunia. “Sharp terus berinovasi merebut hati masyarakat Indonesia dengan menghadirkan produk ke semua segmen yang ada, termasuk kalangan elite,” tandas Andri Adi Utomo, National Sales General Manager, PT Sharp Electronics Indonesia. []

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah QUALITY ACTION, Edisi 1/Oktober 2011

Lebih Dekat Dengan Desmond Junaedi Mahesa: “Prabowo Panglima 2014”

Kritis dan selalu bicara apa adanya adalah gambaran Desmond Junaidi Mahesa (45). Semua itu dilatari untuk menjalankan amar makruf nahi mungkar yang diyakininya sebagai jalan hidup. Termasuk dalam aktifitas politiknya, baik di dalam maupun di luar parlemen.

Ia mengakui, tak sedikit cobaan pahit yang pernah dirasakannya sebagai aktivis. Namun hal itu tak lantas membuatnya kapok, apalagi menyerah. “Bagi saya, mengatakan benar itu benar dan mengatakan salah itu salah itulah politik saya. Tidak pernah takut apa yang saya yakini dan yang saya katakan sepanjang tak mengurangi dan mengganggu akidah saya,” tegas pria kelahiran Banjarmasin, 12 Desember 1965 ini.

Nama Desmond ini tentu saja mengingatkan publik pada peristiwa masa gerakan reformasi 1998 silam. Akibat sikap kritisnya itu ia pun termasuk salah satu aktifis yang diculik waktu itu. Meski demikian, semua itu tak membuatnya dendam. Kini, pengacara yang pernah menjabat sebagai Direktur Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) Jakarta ini duduk sebagai wakil rakyat dari Fraksi Gerindra.

Menurutnya, keterlibatannya di partai bentukan Prabowo Subianto ini merupakan salah satu upaya untuk bisa menjalankan amar makruf nahi mungkar. Meski memang, diakui oleh pria yang selalu tampil plontos ini awalnya sekadar membantu sahabatnya kala itu. Adalah Widjono Harjanto atau yang lebih akrab disapa Oni mengajaknya untuk membantu mendirikan partai berlambang kepala burung Garuda ini di wilayah Kalimantan Timur.

Karena sudah menjadi sikap hidupnya, ketika berbuat sesuatu maka totalitas adalah sebuah keharusan baginya. Maka segala resiko ia hadapi. Termasuk ketika ia harus menggantikan orang yang mencalonkan diri sebagai calon legislatif pada pemilu 2009 lalu. “Sudah menjadi sikap saya kalau berbuat sesuatu terbiasa total, maka saya pun total disini. Bagi saya semua itu bagian dari amanah,” ujar lulusan Fakultas Hukum Universitas Lambung Mangkurat ini.

Rupanya, sikap totalitas itu membawa berkah baginya hingga lolos ke Senayan sebagai wakil rakyat dari daerah pemilihan (dapil) Kalimantan Timur dengan raihan suara sebanyak 13.439 suara. Desmond pun ditempatkan oleh fraksi di Komisi III. Selain itu ia juga duduk sebagai anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR. Selain sebagai anggota DPR, ia pun dipercaya sebagai sebagai Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, bidang Kaderisasi.

Sebagai orang yang diamanahi mengurus kaderisasi, Desmond menilai bahwa di usianya yang masih muda, Partai Gerindra harus mampu mencetak kader-kader yang militan dan total di jalan Gerindra. Sebagai parameternya adalah kemampuan dan kesiapan Partai Gerindra pada pemilu mendatang. Meski memang, kondisi hari ini kaderisasi masih dalam tataran pragmatis praktis. Untuk itu mau tidak mau, para kader sebagai mesin partai harus siap mematuhi dan menjalankan segala keputusan yang digariskan partai. “Termasuk saya, sebagai kader yang baik, ya harus tunduk dan taat pada partai,” katanya.

Lantas, seperti apa pandangan Desmond –yang berprofesi sebagai pengacara ini— seputar proses kaderisasi dan aktifitas politiknya di bawah bendera Partai Gerindra? Kepada Hayat Fakhrurrozi dari Garuda, memaparkan pandangannya dalam sebuah wawancara di sela kesibukannya sebagai wakil rakyat beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Bisa diceritakan awal karir dan aktifitas politik Anda?
Saya rasa saya tidak punya karir politik. Karena saya merasa berpolitik itu bukan berkarir. Saya disini apa adanya saja. Dulu sebagai aktifis mahasiswa, aktifis LBHN itu juga bukan karir. Jadi menurut saya aktifitas politik itu bukan karir. Yang ada pada hari ini merupakan persoalan amar makruf nahi mungkar.

Jadi menurut Anda politik itu apa?
Saya tidak mengerti politik itu apa. Tapi kalau secara teori tentu saja saya mengerti dan banyak sekali definisinya, tergantung mana yang kita yakini. Bagi saya, mengatakan benar itu benar dan mengatakan salah itu salah itulah politik saya. Tidak pernah takut apa yang saya yakini dan yang saya katakan. Jadi kalo saya ngomong a, b, c, asal tidak mengurangi nilai dan aqidah saya tidak terganggu akan saya lakukan.

Lantas sejak kapan akhirnya Anda bergabung ke partai politik?
Semua berawal karena tidak sengaja. Dulu saya aktif dan gabung di Golkar karena saya diajak teman sewaktu saya aktif di HMI.  Jaman reformasi dan pasca reformasi, saya diminta ikut membangun Partai Umat Islam bersama Pak Deliar Noer. Termsauk di Gerindra, awalnya saya diajak Pak Oni (Widjono Harjanto), untuk membantu beliau bikin partai ini di Kalimantan Timur. Dan saya terpilih jadi anggota DPR juga karena saya menggantikan orang yang mundur. Sudah menjadi sikap saya kalau berbuat sesuatu terbiasa total, maka saya pun total disini. Bagi saya semua itu bagian dari amanah. Dan saya sebagai kader partai yang baik harus tunduk pada keputusan partai.

Meski partai ini dibangun dalam situasi dan kondisi serba dadakan dan saat ini pun usianya masih muda, maka kekurangan dan kelebihan menjadi solusi kita bersama, bagaimana untuk berbuat sesuatu yang lebih baik. Kalau kita bergabung dengan Partai Gerindra, maka kita harus serius untuk membicarakan bagaimana menyelesaikan persoalan-persoalan anak bangsa ini dengan baik.

Kontribusi apa yang Anda lakukan?
Tidak ada kontribusi. Karena bagi saya yang saya liat ya saya omongkan. Apa adanya seperti yang kerap saya sampaikan di Komisi III DPR. Seperti masalah Jaksa Agung Hendarman Supandji yang Keppresnya tidak ada dan melanggar aturan karena umur yang sudah melebihi, dan masih banyak lagi yang saya omongkan. Nah apakah kalau berkontribusi itu dibilang hebat? Bagi saya tidak.

Pun ketika melakukan uji kepatutan, seperti misalnya pada pemilihan hakim agung. Tentunya ada dua pandangan dilihat dari Desmond sebagai subjek pribadi atau sebagai kepanjangan dari partai. Sebagai pribadi saya akan lihat apakah calon itu amanah, fatonah atau tidak. Sementara sebagai kader partai, saya tidak mungkin melakukan sesuatu yang melanggar apa yang digariskan oleh partai. Kalo saya melanggar maka saya tidak patuh. Daripada tidak patuh, lebih baik saya keluar. Saya tidak boleh melakukan sesuatu yang sifatnya liar.

Sebagai Ketua DPP Partai Gerindra bidang kaderisasi, komentar Anda tentang kaderisasi yang ada?
Bicara tentang kaderisasi, maka proses itu harusnya bisa memberikan sesuatu yang membuat orang itu ada harapan. Kenapa orang itu memilih Gerindra, apa jalan Gerindra itu? Kenapa kita memilih jalan ini? Bagaimana mungkin orang melakukan propaganda, agitasi, menjual dirinya dalam kampanye, membaca peta kekuatan, dan akhirnya mampu memetakan kekuatan.

Pengkaderan di partai tidak sekedar transfer sebuah pengetahuan tapi transfer ideologi. Dalam kaderisasi itu harus ada skala prioritas program untuk membentuk kader yang militan. Kaderisasi itu yang ideal itu harus membangun warna dan watak pada kadernya. Kondisi sekarang memang belum ideal, masih pada tataran pragmatis, praktis.

Waktu yang ada menuju 2014 apakah cukup untuk pengkaderan?
Menurut saya cukup. Karena kaderisasi apa yang ada di hari ini boleh dibilang cukup. Cuma harus diakui oleh kita, ada beberapa hal yang harus dievaluasi lagi pada sasaran target. Apakah pada proses kaderisasi ini kader bisa memetakan kekuatan di daerah yang pada akhirnya mampu memenangkan Partai Gerindra. Kalau hal ini terlaksana maka kaderisasi berhasil. Kaderisasi pun harusnya berorientasi menggalang kekuatan untuk menuju medan perang.

Lalu untuk mengusung Prabowo pada 2014 nanti, apa yang dilakukan bidang kaderisasi?
Saya pikir mulai sama-sama evaluasi, ada kejujuran, kekompakan sebagai sebuah team work bahwa ini sebuah keluarga besar. Karena kekurangan dan kelebihan apapun, itu milik kita bersama. Nah menurut saya kalau hari ini jalan ini terbaik ya kita jalani, jika kurang ya kita diskusikan, sinkronkan bersama dengan melepaskan segala ego-ego pribadi guna membentuk teamwork dalam mengusung Prabowo di Pemilu 2014 nanti.

Apa harapan Anda pada Partai Gerindra dan para kadernya?
Kita memperkuat cita-cita kita bersama, bahwa 2014 bukan suatu tantangan yang mudah. Bagi saya, Prabowo itu sebagai jendral yang juga sebagai panglima. Kalau beliau yang jenderal bisa merangkap sebagai panglima, maka beliau juga bisa mencetak panglima-panglima, jenderal-jenderal perang yang baik dan mumpuni dalam rangka menghadapi medan kampanye. Tentunya beliau menciptakan panglima dan jenderal itu agar nanti di 2014 bisa memimpin perang dengan baik.

Orang-orang  yang menjadi bagian dari kader Gerindra maka harus merapatkan barisan, dalam rangka mencapai target itu. Bagi saya, kader tidak boleh ada yang main-main dalam mengusung Prabowo. Totalitas di jalan Gerindra adalah sebuah keharusan bagi orang yang mengatakan dirinya kader Gerindra. [G]

Biodata singkat:
DESMOND JUNAIDI MAHESA

Tempat tanggal lahir:
Banjarmasin, 12 Desember 1965

Jabatan:
– Direktur Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) Jakarta 1998
– Ketua DPP Partai Gerindra, periode 2008-2013
– Anggota DPR-RI Fraksi Gerindra Komisi III, periode 2009-2014
– Anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR-RI
– Anggota Badan Musyarawah (Bamus) DPR-RI

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA, edisi Oktober 2011

Nuroji: Ingin Lebih Merakyat

Sederhana dan bersahaja kerap ditampilkan politikus yang satu ini. Lebih memilih tinggal di daerah asalnya Depok, dibanding menempati fasilitas rumah dinas yang disediakan negara. Ia pun rela pergi pulang merasakan kemacetan jalanan ibukota. Hanya satu, ia ingin lebih dekat dengan konstituennya.

Ya, itulah yang dilakoni Ir. Nuroji, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Fraksi Gerindra ini saban hari sejak berkantor di gedung wakil rakyat Senayan. Meski begitu, putra daerah asli kelahiran Depok, 9 September 1962 ini tetap enjoy menjalani. Boleh jadi, dari sanalah ia lebih merasakan apa yang dirasakan rakyat. Dan semua itu memantul pada pandangan serta perilakunya sebagai wakil rakyat untuk selalu berpihak pada rakyat kecil. “Saya lebih dekat dengan rakyat dan tentu saja tidak ada jarak,” ujarnya.

Panggung politik praktis sudah diselaminya sejak era orde baru dengan bergabung di Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Ketika terjadi kisruh pada tahun 1997, Nuroji memilih mundur dan larut dalam profesinya sebagai wartawan. Tak lama kemudian, di tahun 2000, ia menjajal naluri bisnisnya dengan membuka usaha mulai dari ekspedisi, garmen hingga restoran. Kesibukannya mengembangkan bisnis membuat ia lupa dengan profesi sebelumnya. Jatuh bangun bisnisnya hanya bertahan lima tahun, hingga akhirnya memaksa ia harus kembali ke habitat lamanya. Tahun 2006, ia akhirnya bergabung di Harian Jurnal Nasional. Setahun kemudian ia pindah ke Harian Warta Kota. Di tahun yang sama ia diajak oleh Fadli Zon, koleganya untuk gabung membidani majalah Tani Merdeka –terbitan Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI)— hingga 2008.

Di sela-sela kesibukannya mengembangkan media, Nuroji juga diminta untuk membantu rencana pendirian partai baru oleh mantan Komandan Jenderal Koppassus, Prabowo Subianto. Dari sinilah panggung politik yang telah ditinggalkannya sepuluh tahun silam kembali ia jejaki. Niat awalnya hanya sekedar membantu, karena ada kesamaan dalam perjuangan yang digariskan. Tapi berkat kepiawaiannya memobilisasi massa, ia diminta maju sebagai calog legislatif untuk DPR-RI dari Partai Gerindra di Daerah Pemilihan (dapil) 6 Jawa Barat. Di dapil kampung halamannya ini ia bertarung dengan pakar ekonomi Didik C Rachbini dari Partai Demokrat dan Zulkarnaen Jabar dari Partai Golkar.

Berbekal kepercayaan keluarga dan teman sejawatnya serta ditopang dengan niatan tulus, Nuroji pun berlaga. Dalam waktu yang singkat ia harus mengatur strategi untuk bisa meraih massa. Salah satunya adalah membangun image sebagai caleg yang saat itu memilih untuk tampil apa adanya. Pada awalnya, banyak kalangan mencibir keikutsertaannya dalam pesta demokrasi itu, terlebih ia bertengger di nomor urut pertama. Tak jarang, banyak orang datang saat kampanye hanya sekadar untuk membuktikan rasa penasarannya akan kemampuan sosoknya yang dianggap nyeleneh saat itu. Dinamika dunia jurnalis telah menempa dirinya hingga memiliki kesiapan mental yang kuat dalam pertarungan pemilu legislatif 2009 silam. “Dari awal saya tidak hanya siap menang, tapi siap untuk tidak menang,” urainya.

Jerih payah perjuangannya berbuah manis. Nuroji pun melenggang ke Senayan dengan raihan suara sebanyak 25.540 suara. Bahkan raihan itu mampu melampaui beberapa saingan terberatnya, termasuk sang ekonom. Rupanya, tampilan fisik apa adanya, dengan rambut gondrong saat itu mampu mendongkrak image-nya sebagai caleg dari Depok.

“Tak hanya itu, yang lebih penting lagi, saya pun turun langsung ke lapangan menemui masyarakat yang tentunya saat itu belum mengenal saya. Jadi saya tidak sekedar duduk manis, bikin kaos, tempel poster sana-sini, tapi saya turun dari jam delapan pagi sampe larut malam,” ujarnya meski diakui perjuangannya tersebut terkadang tak sebanding dengan hasil yang dicapai saat itu.

Kini, lulusan Institut Pertanian Bogor (IPB) ini dipercaya duduk di Komisi X yang membidangi pendidikan, budaya dan pariwisata, kepemudaan dan olahraga. Sebelumnya, Wakil Sekretaris Fraksi Gerindra ini masuk dalam jajaran Komisi VI. Di komisi X, Nuroji terus mengkritisi kebijakan pemerintah soal pemerataan pendidikan. Terlebih dengan suburnya lembaga pendidikan berlabel internasional (RSBI) –yang mengedepankan penggunaan bahasa Inggris— yang awalnya untuk meningkatkan mutu tapi nyatanya lebih mementingkan sisi bisnis. “Selain berkurangnya rasa nasionalisme, Fraksi Gerindra juga menilai RSBI hanya jadi milik orang kaya yang pada akhirnya membedakan status sosial. Inilah produk liberalisasi,” tegas ayah lima orang anak ini yang menilai penyerapan anggaran sektor pendidikan masih lambat padahal alokasinya lumayan besar.

Kaitannya dengan pendidikan dan budaya, Nuroji juga getol menyuarakan pentingnya budaya karakter bangsa yang kian merosot. Menurutnya, hampir jarang dijumpai budaya gotong royong, musyarawah, toleransi, ramah tamah yang dulu diagung-agungkan. Begitu pula dengan bidang olahraga, di era liberalisasi keberadaannya yang seharusnya berdaya saing tinggi malah kian tergerus. Di samping prestasi yang terus jeblok, mental juang makin melorot bahkan ribut melulu. Terlebih di sektor kepemudaan, Nuroji merasa miris dengan kondisi sekarang. ”Banyak bermunculan organisasi kepemudaan, tapi tidak jelas programnya, saling tumpang tindih antar departemen, padahal anggarannya besar,” katanya.

Lantas, ada baiknya pemerintah, menurut Nuroji untuk mengkaji ulang grand desain program kepemudaan. Dengan anggaran yang cukup besar, seharusnya program lebih fokus, jangan sampai kesannya hanya bagi-bagi proyek untuk menghabiskan anggaran yang ada. Boleh jadi, program P4 yang secara ekstrim dinilai cukup ampuh dalam mendidik dan mencetak generasi penerus bangsa yang berkarakter. ”Tapi ingat, mungkin formatnya harus diganti, dimodifikasi dengan menonjolkan karakter bangsa,” usulnya.

Perjuangannya tak hanya sampai di sini, sebagai fungsionaris partai sekaligus anggota dewan, Nuroji pun terus mengawal garis perjuangan partai yang berpihak pada rakyat kecil. [G]

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA, Edisi Oktober 2011

Budi Heryadi: Menjaga dan Membangun Citra

Sejak tercatat sebagai wakil rakyat dua tahun silam, ia harus pintar-pintar membagi waktu, tenaga dan pikiran. Tak hanya sibuk di gedung parlemen, ia pun diamanahi menjaga dan membesarkan partai di wilayah Banten.

Boleh jadi, Oktober ini adalah bulan yang menyibukkan dirinya. Pasalnya, selain tercatat sebagai anggota Komisi IV, Budi Heryadi juga anggota Badan Anggaran (Banggar) DPR –yang tengah menjadi sorotan rakyat— yang harus menyelesaikan pembahasan Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012 yang sempat mandek dua pekan gara-gara pimpinannya ngambek. Padahal berdasarkan undang-undang, pembahasan RAPBN harus selesai pada 20 Oktber ini.

Di saat yang sama, sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Banten, Budi pun bertanggungjawab untuk memenangkan pasangan Ratu Atus Chosiah – Rano Karno yang maju dalam pemilihan gubernur Banten periode 2011-2016 yang akan berlangsung pada 22 Oktober ini. “Bulan ini benar-benar padat, tak sekedar urusan parlemen, urusan di daerah yang menjadi tanggungjawab saya sangat menyita waktu, tenaga dan pikiran,” ujar politikus kelahiran Jakarta, 6 November 1959 ini.

Diakuinya, setelah terlibat langsung di panggung politik praktis bukanlah perkara mudah seperti membalikkan tangan. Terlebih menjadi golongan minoritas di Senayan memang menyakitkan. Tapi bukan lantas menyerah dengan keadaan. Pasalnya lebih mendingan dibanding hanya menjadi parlemen jalanan, berteriak-teriak di jalananan yang kerap tak dianggap. “Di parlemen ini, lumayan juga suara kita, meskipun pahit rasanya, tapi mampu mempengaruhi arah angin politik,” tegas Budi yang mengantongi 22.854 suara dalam pemilu legislatif 2009 lalu dari dapil Banten III.

Menurutnya, kondisi ini yang terus memompa dirinya tetap bertekad untuk membesarkan dan menjaga partai yang telah membesarkan namanya. Sebagai orang nomer satu di tubuh Partai Gerindra propinsi Banten, Budi pun bertekad untuk meraih suara sebanyak 13 – 15 persen pada 2014 mendatang. “Setidaknya mempertahankan suara yang ada. Dan Oktober ini menjadi barometer kekuatan Gerindra di Banten, kalau bisa meningkat, maka ada tanda-tanda keberhasilan Gerindra untuk naik pada pemilu mendatang,” ujar Budi berharap.

Keterlibatannya di dunia politik berawal ketika ia kerap mendengarkan ceramah-ceramah dai sejuta umat, KH Zainudin MZ (almarhum) bahwa tidaklah mungkin berbuat sesuatu mana kala kita berada di luar ring kekuasaan atau parlemen. “Parlemen ini kunci untuk memperjuangkan aspirasi rakyat,” ujarnya menirukan omongan kyai kondang yang mengajaknya untuk terjun ke politik praktis sekitar tahun 2002 silam.

Ya, karir politiknya mulai dijejaki dari bawah dengan bergabung bersama sang kyai di Partai Bintang Reformasi (PBR) –yang didirikannya pada tahun 2002. Di sini pula ia bertemu dengan rekan bisnisnya Ahmad Muzani. Ketika terjadi kisruh pada munas yang akhirnya pecah, Budi tetap memilih masuk dalam kubu Zainuddin MZ dan disana ia ditunjuk sebagai Ketua OKK. Pun ketika akhirnya Zainuddin memilih mundur dari panggung politik, ia pun mundur pula.

Rupanya, dinamika dunia politik telah membiusnya, sehingga selepas mundur dari PBR, saat itu ia berencana untuk terus mengabdikan diri di politik. Gayung pun bersambut, ketika sahabatnya, Ahmad Muzani mengajak untuk mendirikan partai bersama Prabowo Subianto. Awalnya ia sangsi dengan ajakan rekan seperjuangannya itu. Setelah mendengar dan mempelajari garis perjuangan yang diusung Prabowo ia pun bersedia gabung. “Dari 62 orang, dalam akta pendirian nama saya berada di urutan ke-15 sebagai pendiri,” kata lulusan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Banten ini.

Selain sebagai pendiri dan dipercaya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal, Budi pun mendapat mandat langsung dari Prabowo untuk mendirikan Partai Gerindra di wilayah Banten, Nangroe Aceh Darussalam, Kalimantan Tengah serta menyelesaikan berbagai persoalan di wilayah Sumatera Utara dan Riau. “Selain saya Wasekjen DPP, juga ditunjuk sebagai Ketua DPD Banten. Dan karena ada aturan tidak boleh rangkap jabatan, saya pilih konsentrasi di DPD,” terang politisi yang berhasil mengantarkan Partai Gerindra Banten meraih 6 persen, melebihi target minimal sebesar 4,7 persen pada pemilu 2009 lalu.

Tak pelak, di hadapannya terbentang perjuangan berat telah menantinya. Segala daya dan upaya dikerahkan, termasuk mengawal segala keputusan partai dalam berbagai hal. Diakuinya meski bukan partai besar di Banten, keberadaan Gerindra sangat mencolok. Terlebih terobosannya dengan melengkapi armada mobile di setiap DPC yang multiguna. “Semua itu demi kebesaran partai sebagaimana yang pernah dicontohkan Ketua Dewan Pembina,” urainya.

Masih kuat dalam ingatannya saat awal-awal perjuangan mendirikan Partai Gerindra di Banten yang sempat ditertawakan oleh massa, gara-gara nama partainya –yang bagi masyarakat  Banten— agak kurang enak didengar telinga. Tapi akhirnya setelah melalui perjuangan keras didukung dengan tampilnya Prabowo menyampaikan visi misi di layar televisi, perlahan kata ‘gerindra’ jadi enak didengar. “Bukan sekedar enak didengar di telinga dan di hati, tapi enak dilihat, enak juga untuk dipilih,” kata suami dari Ida Rachmawati ini.

Untuk itu, ayah enam anak ini kerap menanamkan pelajaran untuk istri dan anak-anaknya bahwa mereka harus jadi panutan, kalau Gerindra mau dilirik orang lain. Budi pun terus mengingatkan keluarganya bahwa jadi politisi itu lebih banyak setannya dari pada kyai atau ulamanya. Karena tugas terberat dalam berpolitik adalah menjaga citra baik politisi yang rawan dengan godaan. Semoga dari Banten akan bermunculan politisi yang siap mental berlaga di pentas politik praktis yang penuh intrik. [G]

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA, Edisi Oktober 2011

Lebih Dekat Dengan Martin Hutabarat: “Saatnya Indonesia Berubah”

Tenang, tapi meyakinkan dan penuh semangat. Setidaknya itulah Martin Hutabarat dalam menjalankan tugasnya sebagai seorang wakil rakyat. Dibalik kesederhanaan dan kesahajaannya ia kerap menyampaikan kritikan pedas atas peristiwa dan momentum yang terjadi di negeri ini. Tak heran bila, sosok politisi kawakan ini dikenal vokal dan dihormati baik oleh kawan maupun lawan politiknya.

Panggung politik praktis telah ditekuninya sejak ia masih kuliah di Fakultas Hukum Universitas Indonesia dengan menjadi aktivis kampus hingga lulus pada tahun 1977. Sepuluh tahun kemudian, Martin pun tercatat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI periode 1987-1992 dari Golongan Karya. Dan pada pemilu 2009 lalu, ia pun berhasil melenggang kembali ke Senayan di bawah bendera Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) dari daerah pemilihan (dapil) Sumatera Utara III dengan raihan suara 16.122 suara.

Sejak dulu sebagai wakil rakyat sikap politik Martin tak pernah berubah. Bahkan masih ingat dalam benaknya dulu ketika ia diperingatkan oleh partai karena dianggap terlalu vokal. Kini, kesulitan bebas berbicara sudah tak lagi dialaminya seperti waktu dulu. Ia pun mengetahui betul bagaimana menghargai kebebasan yang diraih dalam gerakan reformasi tahun 1998. Hingga detik ini, Martin pun tetap lantang menyuarakan pendapatnya. Bahkan tak ayal, pria yang pernah duduk sebagai staf BP7 Pusat ini kerap dijadikan narasumber kalangan pemburu berita terkait berbagai permasalahan yang ada. ”DPR sekarang ini mengalami banyak perubahan. Sekarang DPR bebas bicara karena berada dalam kondisi masyarakat yang demokratis. Meski kadang ada saja yang kebablasan keluar dari jalurnya,” tandas pria kelahiran Pematang Siantar, 26 November 1951 ini.

Baginya dengan berpolitik berarti ikut dalam memperjuangkan kepentingan masyarakat luas. Oleh karena itu, kala diminta untuk ikut membidani lahirnya Partai Gerindra, sejak saat itu pula ia memantapkan diri untuk memperjuangkan apa yang menjadi perjuangan Partai Gerindra salah satunya ekonomi kerakyatan. ”Semua itu saya niatkan untuk membela dan memperjuangkan rakyat kecil,” ujarnya.

Kesehariannya sebagai anggota legislatif selain sibuk di Komisi III, Martin pun menjabat sebagai Ketua Fraksi Gerindra Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR-RI) dan anggota Badan Kerja Sama Antar Parlemen (BKSAP) DPR-RI. Meski duduk di Komisi III, tak lantas membuat Martin hanya sekedar bersuara seputar persoalan yang ada di Komisi tersebut. Apalagi soal garis perjuangan Partai Gerindra yang menjadi kendaraan politiknya. ”Sudah menjadi tugas dan kewajiban kita sebagai anggota DPR untuk menjelaskan apa yang ditanyakan masyarakat kepada kita, karena kita adalah wakil rakyat,” tegasnya.

Termasuk ketika Redaksi Garuda menemuinya di ruang kerjanya beberapa waktu lalu untuk berbincang-bincang soal ekonomi kerakyatan –yang menjadi perjuangan Partai Gerindra— dengan senang hati dan penuh semangat, pria gaek ini pun memaparkannya kepada Hayat Fakhrurrozi dari Garuda. Berikut petikan wawancaranya:

Sebagai seorang politisi kawakan, menurut Anda politik itu apa?
Politik itu sebenarnya usaha rakyat untuk ikut dalam proses pengambilan keputusan yang memperjuangkan kepentingan masyarakat luas.

Bagaimana caranya?
Sistem sekarang mengatur bahwa kekuasan politik di negara ini didominasi oleh parpol, maka kalau kita mau berpolitik, agar kegiatannya efektif dan berhasil, cara yang paling efektif adalah melalui parpol. Tapi tidak boleh hanyut hanya untuk kepentingan parpol itu saja, harus tetap di dalam koridor membela kepentingan rakyat. Berpolitik melalui parpol harus tetap dalam kerangka membela dan memperjuangkan kepentingan rakyat luas. Tapi memang, berpolitik untuk membela kepentingan rakyat tidak harus melalui parpol, bisa melalui pers, LSM, ormas, profesi kita atau kegiatan lainnya.

Lantas sejak kapan Anda berpolitik?
Aktifitas dunia politik sudah saya geluti sejak masih dibangku kuliah yang pada akhirnya mengantarkan saya untuk terjun ke politik praktis tahun 1980-an hingga sekarang ini, baik lewat lembaga perwakilan rakyat maupun di beberapa organisasi massa dan dunia pers. Semua itu saya niatkan untuk membela dan memperjuangkan rakyat kecil. Dan sejak 2008 lalu hingga sekarang saya bergabung di Partai Gerindra.

Apa yang membuat Anda bergabung ke Partai Gerindra?
Garis perjuangan Partai Gerindra sangat jelas yakni berpihak pada rakyat untuk merubah Indonesia lebih baik dan berdaulat.  Disamping itu, sosok Prabowo Subianto dengan misi serta perjuangannya mengembalikan kembali Indonesia Raya mampu membakar semangat saya sebagai rakyat yang kini diamanahi mewakili rakyat.

Lalu apakah perjuangan Partai Gerindra sendiri sudah sesuai kerangka membela rakyat kecil?
Kalau kita melihat dari manivesto perjuangan Partai Gerindra itu sudah berangkat dari cita-cita tadi. Coba saja, lihat dan cermati ceramah, pidato-pidato politiknya Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, itu sudah membela dan memperjuangkan ekonomi untuk rakyat.

Menurut Anda Ekonomi untuk rakyat itu seperti apa sih?
Jadi Partai Gerindra selalu dari awal berjuang, agar pembangunan nasional berangkat dari ideologi kerakyatan. Dimana pembangunan itu bisa menghasilkan kesejahteraan pada rakyat. Khususnya untuk mengangkat nasib rakyat kecil agar bisa hidup layak di negara Indonesia. Maka tujuan membuat ekonomi untuk rakyat itu menjadi kebijakan pembangunan. Oleh karena itu sasaran pembangunan juga harus kepada rakyat kecil.

Bagaimana caranya?
Kebijakan-kebijakan yang membantu rakyat kecil itu harus menjadi prioritas pemerintah, misalnya kebijakan ekonomi yang bisa menciptakan lapangan kerja. Mengapa? Karena berpuluh juta rakyat kita sulit mendapatkan pekerjaan alias menganggur. Maka harus berorientasi pada lapangan kerja dan mudahnya orang untuk mendapatkan kebutuhan pokok. Pemerintah juga harus menjaga kebutuhan pokok dan dengan harga yang terjangkau. Kemudian, kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelayanan kesehatan bagi rakyat kecil.

Lantas yang terjadi selama ini menurut Anda bagaimana?
Memprihatinkan dan ironis sekali. Saya lihat pemerintah sekarang terlalu didikte oleh pasar bebas, sehingga dalam kebijakan-kebijakan ekonominya selalu berpaku pada pasar bebas yang pada akhirnya kepentingan rakyat kecil kurang terlindungi. Salah satu yang harus kita perhatikan adalah bagaimana membatasi impor yang menunjang kemewahan dan yang berguna hanya untuk segelintir elit dan yang tidak menciptakan produktifitas sebaiknya dikurangi.

Rasanya sangat memalukan hasil-hasil pertanian kita masih diimpor dalam jumlah banyak, misalnya impor pangan saja hampir Rp 150 miliar per hari. Kan lucu kalau kita harus impor garam Rp 1 triliun. Padahal lautan kita kan luas. Kita juga aneh, jika kita harus impor jagung, kedelai, beras. Jadi kalau kita mengimpor pangan itu kan berarti kita mensejahterakan petani di negara lain, bukan di negari sendiri. Makanya kalau kita mengkompensasi melalui kebijakan subsidi BBM oleh pemerintah dari Rp 80 triliun menjadi Rp 30 triliun, maka hal itu bisa memotivasi peningkatan penghasilan di kalangan petani kita. Begitu juga di bidang-bidang lain harus dilakukan.

Kenapa hal ini terjadi, bukankah Indonesia itu kaya?
Ya, memang Indonesia itu memiliki kekayaan yang melimpah. Tapi dengan segala kekayaan alam yang begitu melimpah dan kondisi politik yang morat-marit telah dijadikan sasaran empuk oleh negara-negara asing memperkuat kekuasaannya. Indonesia telah masuk dalam cengkeraman penjajahan gaya baru. Bahkan pasca reformasi cengkeraman itu kian kuat. Ironisnya semua agenda penjajahan gaya baru itu dilaksanakan dengan cukup baik dan sigap oleh pemerintahan loyo yang selalu takut untuk lebih mementingkan kepentingan rakyatnya sendiri.

Melihat kondisi ini, kebijakan Partai Gerindra sendiri bagaimana?
Disamping terus memperjuangkan ekonomi untuk rakyat, sebagai pencerminan dari ekonomi kerakyatan, Gerindra juga serius mengawal pemberantasan korupsi, karena sudah merusak pembangunan dan kepentingan ekonomi nasional. Gerindra konsisten di bidang pemberantasan korupsi dan penegakan hukum. Konsisten memperjuangkan nilai-nilai ekonomi rakyat. Di fraksi semua kader berada dalam perjuangan itu.

Selama ini perjuangan Gerindra baik di partai maupun di fraksi?
Kita selalu kompak untuk memperjuangkan ekonomi kerakyatan. Tapi ingat, ekonomi kerakyatan itu kan perjuangan panjang, yang tidak bisa dihitung dengan berapa tahun bisa dijalankan. Tapi lebih pada komitmen untuk membuat kebijakan yang berpihak pada kepentingan rakyat kecil, misalnya membatasi impor yang bertahap. Tidak lantas langsung disetop. Harus ada tahapan, jangan malah meningkat seperti sekarang ini. Contoh kecil, sejak awal baik partai maupun fraksi Gerindra tetap ngotot menolak keras soal pembangunan gedung baru DPR, mengkritik pembangunan renovasi rumah dinas anggota DPR dan kebijakan-kebijakan pemerintah lainnya yang dianggap tak sejalan dengan perjuangan.

Lalu bagaimana Gerindra dalam mensosialisasikan perjuangan ekonomi rakyat?
Partai melakukan kaderisasi, kaderisasi kita sudah jalan sesuai sistem. Nah, dalam pernyataan dan ceramah-ceramah Ketua Dewan Pembina selalu menyampaikan apa yang menjadi perjuangannya yakni ekonomi untuk rakyat. Selain itu para kader baik di pusat hingga daerah sebagai mesin partai harus terus bergerak untuk mensosialisasi ekonomi kerakyatan yang menjadi perjuangan Gerindra dalam setiap kesempatan.

Bagaimana pula para kader yang duduk di fraksi dalam hal mengambil keputusan?
Kita di sini diberi kepercayaan penuh oleh Ketua Dewan Pembina sebagai anggota DPR/MPR, tapi beliau selalu berpesan bahwa di Gerindra harus berangkat dari ekonomi kerakyatan.

Apa harapan Anda agar ekonomi kerakyatan bisa dijalankan?
Sudah saatnya Indonesia berubah. Kita tak boleh merasa nyaman dengan kondisi saat ini. Untuk itu kita harus kembali ke ajaran luhur UUD 1945 dan Pancasila yang sejatinya mengatakan bahwa bangsa Indonesia harus dibawa menuju masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera. Semoga seluruh elemen bangsa ini bisa. [G]

Biodata Singkat:
Martin Hutabarat

Tempat, Tanggal Lahir:
Pematang Siantar, 26 November 1951

Karir dan Jabatan:
– Anggota Dewan Penasehat Partai Gerindra
– Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) periode 2004-2009
– Anggota DPR-RI Fraksi Gerindra, Komisi III, periode 2009-2014
– Anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) DPR-RI

Catatan: Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA, Edisi September 2011