Lebih Dekat Dengan Abang Tambul Husin : “Gerindra Tahu yang Rakyat Mau”

Politik itu perbuatan mulia. Mulia dalam arti membangun kekuasaan untuk memperbaiki kehidupan masyarakat. Karena itu, mau tak mau harus berani berpolitik untuk bisa berkuasa. Dan menjadikan kekuasaan sebagai alat untuk memperjuangkan nasib rakyat harus menjadi karakter seorang pejuang politik.

Pandangan diatas dilontarkan dari seorang politisi senior, Drs H Abang Tambul Husin –yang hampir lebih dari separuh usianya dihabiskan untuk mengabdi pada rakyat lewat jalur politik. Pun di usianya yang memasuki 64 tahun, ia masih ajeg di dunia politik dengan menjabat sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Propinsi Kalimantan Barat (Kalbar). Dan kini mantan Bupati Kapuas Hulu dua periode (2000-2010) ini siap bertarung dalam ajang pemilihan gubernur (pilgub) Provinsi Kalimantan Barat periode 2012-2017 yang bakal digelar September mendatang.

Berbekal kemampuan dan pengalaman memegang berbagai jabatan penting di pemerintahan daerah serta dukungan dari rakyat, Tambul Husin pun bertekad menjadikan Kalimantan Barat sebagai propinsi kelas macan, bukan lagi propinsi kelas kambing.

Kalbar harus menunjukkan kelasnya sebagai provinsi yang disegani, yang memiliki berbagai potensi dan sumber daya yang harus terus digali demi kemakmuran masyarakatnya. “Kalau sekarang, Kalbar baru berjalan selangkah dua langkah. Saya ingin membawa Kalbar melompat, maju melesat, tidak setapak dua tapak, karena potensi yang luar biasa,” tegas pria kelahiran Kapuas Hulu, 3 Maret 1948 ini.

Keinginannya maju untuk memimpin Kalbar bukan sekadar unjuk kekuatan atau gagah-gagahan. Semua itu atas dasar panggilan hati untuk berbuat sesuatu di tanah kelahirannya. Sebagai putra daerah asli Kalbar, ia tahu persis apa yang harus dilakukan untuk kemajuan Kalbar. Tentu tidak sendirian, lulusan Akademi Pemerintahan Dalam Negeri (APDN) Pontianak 1973 ini mengajak seluruh elemen masyarakat Kalbar, tanpa membeda-bedakan latar belakang, baik suku, agama, dan kedudukan. “Saya tahu persis Kalbar memerlukan sesuatu untuk dibuat, dan saya tahu apa yang harus diperbuat untuk kemajuan Kalbar,” ujar cagub yang mengusung slogan ‘Berkibar’ yakni Bersatu Kita Bangkit untuk Kalbar.

Panggung politik telah digelutinya sejak masih duduk sebagai mahasiswa. Ia tercatat sebagai juru kampanye (jurkam) tingkat provinsi Kalbar pada pemilu 1971. Usai menyelesaikan pendidikan praja di Pontianak, ia pun mengabdikan diri di birokrasi di kampung halamannya. Sejumlah jabatan diembannya, antara lain Kepala Dinas Pendapatan Daerah Kabupaten Kapuas Hulu, Kepala Bagian Hukum Kabupaten Kapuas Hulu, Kepala Seksi Bansos Kesra Provinsi Kalbar. Lulusan Sekolah Tinggi Ilmu Administrasi-Lembaga Administrasi Negara (STIA-LAN) Jakarta tahun 1975 ini pun sempat menduduki jabatan Sekretaris BP7 Kabupaten Kapuas Hulu lalu Kepala Bagian Kemahasiswaan sekaligus sebagai dosen tetap di APDN Pontianak.

Sejak 1997, ayah lima orang anak ini menetapkan diri untuk mundur dari ranah birokrasi karena diberi mandat untuk memimpin parpol. Berkat kepiawaiannya di percaturan politik, Tambul pun berhasil duduk  sebagai anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu pada pemilu 1999. Di gedung wakil rakyat itu ia pun didapuk sebagai Ketua DPRD. Hanya berselang tujuh bulan, Tambul pun terpilih sebagai Bupati Kapuas Hulu periode 2000-2005. Rupanya kepercayaan masyarakat atas kepemimpinannya mengantarkan ia terpilih kembali untuk kali kedua pada pilkada bupati tahun 2005.

Rupanya garis perjuangan Partai Gerindra yang selama ini ia pelajari mampu menggerakkan hatinya untuk bergabung. Baginya apa yang diperjuangkan Partai Gerindra selama ini merupakan jawaban atas apa yang dimau oleh rakyat. Maka sejak setahun silam, ia dipercaya untuk menahkodai partai berlambang kepala burung garuda di tanah kelahirannya.

Selain mengemban amanah partai, politisi senior yang hobi main catur ini mendapat mandat untuk maju memperebutkan kursi gubernur Kalbar dengan menggandeng Barbanas Simin sebagai pasangannya.

“Kekayaan alam Kalbar dan keberagaman yang ada di Kalbar sebagai inspirasi dan kekuatan besar untuk kemajuan Kalbar, bukan malah dikotak-kotakkan,” tegas suami Mega Hartini ini.

Lantas seperti apa pandangan dan perjuangan politiknya dalam rangka menuju orang nomer satu di Kalbar. Bagaimana pula usaha dia dalam membesarkan dan menjaga marwah partai? Di bawah ini wawancara Hayat Fakhrurrozi dari Garuda di sela-sela kesibukannya mengikuti Rapat Koordinasi menjelang digelarnya Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerindra, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Apa aktifitas keseharian Anda saat ini?

Waktu, tenaga dan pikiran saya saat ini tercurahkan untuk membesarkan Partai Gerindra. Dan Alhamdulillah keluarga semuanya mendukung perjuangan ini. Disamping tentunya untuk menghidupi keluarga saya menjalani bisnis kecil-kecilan bersama keluarga.  Jadi antara ngurus partai dan bisnis saya jalani dengan enjoy. Kapan sempat ke DPD ngurus partai, ya saya ke sana, begitu pula kapan sempat ngurus bisnis ya jalan. Jadi mana yang butuh prioritas saja, saya tidak harus kaku mengatur manajemen organisasi ini, kan sistem sudah ada dan berjalan dengan baik.

Bisa ceritakan awal mula Anda terjun ke dunia politik?

Boleh jadi sebagian umur saya lebih banyak diberikan untuk politik. Saya mulai terjun ke dunia politik sejak tahun 1971, waktu itu saya berusia 22 tahun masih berstatus sebagai mahasiswa dan sudah menjadi juru kampanye tingkat propinsi. Usai lulus saya pun menjadi pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Pendapatan Daerah. Tahun 1997 saya mundur dari PNS karena mengurus partai.

Lalu saya ikut pemilu 1999 di bawah bendera Partai Golkar dan jadi anggota DPRD Kabupaten Kapuas Hulu, saya pun menduduki posisi ketua DPRD yang saya jalani hanya 7 bulan, karena pada tahun 2000, saya ikut pemilihan Bupati periode 2000 – 2005 dan terpilih. Lalu saya ikut lagi dan terpilih untuk kedua kalinya hingga 2010 lalu. Malah sekarang posisi itu kini diduduki oleh adik saya sendiri yang terpilih dalam pilkada lalu. Dan saat ini saya dipercaya untuk memimpin Partai Gerindra Propinsi Kalimantan Barat.

Lantas apa yang membuat Anda bergabung ke Gerindra?

Yang jelas begini, terus terang bagaimanapun juga kita melihat perjalanan perpolitikan, riak dan gelombangnya. Sebagai orang yang sudah memahami percaturan politik, ketika Gerindra hadir, saya melihat di Gerindra ini ada sebuah harapan dan semangat baru yang lain. Bagi saya inilah partai yang bisa menjawab kondisi perpolitikan di tanah air.

Bisa jelaskan kondisi Partai Gerindra di Kalimantan Barat (Kalbar) saat ini?

Alhamdulillah secara struktural Gerindra di Kalimantan Barat sudah terbentuk hingga ke tingkat ranting setingkat desa. Saya kira ada harapan baru dan semangat baru yang kami rasakan di partai Gerindra ini. Setidaknya ada kebangkitan dan kenaikan yang signifikan pada partai Gerindra di Kalbar. Hal ini dibuktikan dengan animo masyarakat yang begitu tinggi, dimana mereka menaruh harapan yang besar terhadap Gerindra.

Lalu apa yang tengah diperjuangkan Partai Gerindra di Kalbar?

Yang jelas karena posisi Kalbar berada di daerah perbatasan, maka perjuangan yang terus kami lakukan adalah sekuat tenaga menjaga dan mengobarkan semangat kebangsaan dan nasionalisme masyarakat Kalbar yang multi etnis untuk tetap setiap dengan NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Jangan sampai nasionalisme masyarakat Kalbar yang ada di daerah perbatasan ini luntur oleh riah-riak yang ada selama ini. Disamping itu menjalankan delapan program aksi Partai Gerindra salah satunya ekonomi kerakyatan dengan memberdayakan ekonomi masyarakat lokal. Untuk kader partai kita terus menggemblengnya menjadi kader yang militan dan loyal terhadap perjuangan partai.

Menjelang pemilihan gubernur (pilgub) hingga saat ini bagaimana perkembangannya?

Insya allah disamping kita, di pilgub nanti ada calon-calon kuat lainnya, terutama calon incumbent. Tapi Gerindra juga mempunyai peluang besar untuk menang. Setidaknya yang memenuhi syarat ada sekitar empat pasangan termasuk kita. Yang jelas dengan menggandeng Pendeta Barnabas Simin, saya sudah siap lahir batin sebagai pasangan nasionalis-religius. Selain sudah mengantongi dukungan dari pusat, setidaknya dari 16 parpol yang berkoalisi saja sudah melebihi dari syarat yang ditentukan 15 persen, apalagi jika Partai Demokrat jadi bergabung bisa mencapai 40 persen.

Dalam pilgub nanti apa yang Anda tawarkan?

Saya berprinsip Kalbar bukan sekadar maju, tapi sudah harus lebih bangkit lagi untuk maju. Kalbar harus menunjukkan kelasnya sebagai provinsi yang disegani, yang memiliki berbagai potensi dan sumber daya yang harus terus digali demi kemakmuran masyarakat. Memang, kalau sekarang, Kalbar baru berjalan selangkah dua langkah. Saya ingin membawa Kalbar melompat, maju melesat, tidak setapak dua tapak, karena potensi yang luar biasa.

Yang jelas motivasi saya maju dalam ajang ini karena saya tahu persis Kalbar memerlukan sesuatu untuk dibuat, dan saya tahu apa yang harus diperbuat untuk kemajuan Kalbar. Tentunya saya tidak sendirian, tapi mengajak seluruh komponen masyarakat Kalbar, tanpa membeda-bedakan berbagai latar belakang, baik suku, agama, dan kedudukan. Dari rakyat, pejabat, dan pemuka masyarakat harus maju dan bangkit bersama demi Kalbar. Karena itu, dalam pilgub ini saya mengusung semboyan ‘Berkibar’, yaitu Bersatu Kita Bangkit untuk Kalbar.

Jika terpilih nanti, apa yang akan Anda lakukan?

Yang akan saya lakukan adalah pembangunan yang merata mulai dari Kota Pontianak hingga Kapuas Hulu, salah satunya dengan mewujudkan jalan poros selatan. Perlu diingat bahwa beberapa potensi yang dimiliki Kalbar, seperti karet, tambang, crude palm oil (CPO), dan bidang wisata bisa dijadikan sebagai modal memajukan Kalbar untuk bangkit melesat.

Kekuatan Gerindra di Kalbar seperti apa?

Memang, tak dipungkiri lagi, dimana-mana pun partai ini baru tampil agak belakangan dan dalam tempo yang singkat namum bisa tampil ke muka di Pemilu 2009. Tapi dengan persiapan yang sangat singkat itu, setidaknya kader kita yang duduk di DPRD Propinsi ada dua orang. Sementara di DPRD Kabupaten/kota ada yang 1-2 kader ada juga yang sama sekali tidak mendapat kursi. Ke depan menjelang 2014 saya rasa Gerindra jauh lebih siap. Setidaknya, indikasi Gerindra akan bisa menembus jajaran partai papan atas sekaligus menggeser 3-4 partai sudah di depan mata.

Apa yang akan dilakukan menghadapi 2014 nanti?

Pertama membenahi organisasi ini sampai ke level bawah. Kedua jangan biarkan organisasi ini hanya sekadar kerangka yang tidak punya roh, sehingga tidak bergerak. Hal ini bukan karena tidak ada upaya tapi tantangan yang semakin kompleks sehingga setiap kader harus siap merubah diri sesuai dengan tujuan yang akan kita capai. Tentu saja kalau dulu target hanya 4 persen, maka yang kita capai harus lebih besar lagi.

Menurut Anda, kondisi kepemimpinan saat ini seperti apa?

Yang jelas Indonesia memerlukan style kepemimpinan yang baru. Negeri ini harus dipimpin orang yang berani berdiri di atas kaki sendiri, tegas, tahu apa yang rakyat mau dan merasakan apa yang rakyat rasakan. Dan semua itu ada pada sosok Prabowo Subianto. Saya atasnama masyarakat Kalbar dukung tanpa kecuali, karena bagi kami itu yang bisa menjawab kebutuhan kepemimpinman nasional saat ini. Beliau tegas, idealis dan peduli terhadap rakyat kecil.  Tentu saja untuk mengantarkan Prabowo ke tampuk kepemimpinan itu tetap harus melalui jalur konstitusi, ikuti sistem dan prosedur berdasar undang-undang dan tentunya mendapat dukungan rakyat secara full. Pasalnya dukungan rakyat merupakan syarat mutlak untuk kita bekerja.

Jadi menurut Anda politik itu apa?

Banyak orang bilang, politik itu suatu yang negatif, tapi bagi saya politik itu mulia. Mulia dalam arti membangun kekuasaan, karena kekuasaan itu penting untuk mengatur dan membangun, mengantarkan, mensejahterakan rakyat. Karena perlu diingat bahwa kekuasaan juga dipilih oleh rakyat. Tapi yang mesti digarisbawahi adalah setelah terpilih, kita juga bukan sekadar mengambil kekuasaan saja, tapi menjadikan kekuasan itu sebagai alat untuk memperjuangkan nasib rakyatnya dan itu harus menjadi karakter seorang politikus.

Sebagaimana arahan Ketua Dewan Pembina kita Prabowo Subianto, bahwa kalau kita ingin masa depan baik harus berani terjun ke dunia politik, berani menerima mandat dan mengemban amanah serta kepercayaan rakyat. Itulah seharusnya sikap-sikap kader politik. Jadilah pemimpin yang didukung bukan karena kekuasaan, sesuai dengan ikrar dan sumpah, yang berhati Pancasila, menjaga semua suku, ras, adat, kelompok etnis yang semua bagian dari bangsa Indonesia.

Pesan apa yang akan disampaikan kepada kader Gerindra?

Saya harap semua kader dari setiap tingkatan harus siap untuk bekerja keras dan tampil dengan elegan tanpa harus mencerca pihak lain. Sehingga kita bisa memberikan sesuatu yang lebih bermakna buat rakyat. Orang boleh berpendapat lain tentang politik, tapi kader Gerindra harus yakin bahwa politik itu mulia. Pasalnya kalau kita punya kesempatan untuk memegang kekuasaan dan kalau dimanfaatkan untuk hal yang jelek maka akan hancur, tapi kalau kekuasaan itu digunakan untuk hal yang baik, bukankah itu perbuatan mulia. [G]

****

Nama Lengkap:

Drs H Abang Tambul Husin

Tempat tanggal lahir:

Kapuas Hulu, 3 Maret 1948

Jabatan:

  • Ketua DPRD Kabupaten Kapuas Hulu
  • Bupati Kapuas Hulu tahun 2000-2010 (dua periode)
  • Ketua DPD Partai Golkar Kapuas Hulu (dua periode)
  • Ketua DPD Partai Gerindra Provinsi Kalbar (sekarang)

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 16/April/2012

Prabowo Subianto : “Gerindra Didirikan untuk Masa Depan Bangsa”

“Kita merasa masa depan bangsa ini di persimpangan jalan. Kalau kita tidak pintar, tidak bijak, tidak piawai, tidak teguh, tidak tegar, tidak berani dalam menjalankan kehidupan bernegara, berbangsa, berpoilitik, bisa-bisa Indonesia pecah tidak lama lagi. Untuk itu, tujuan didirikannya partai ini adalah untuk menyelamatkan masa depan bangsa,” tegas Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra), Prabowo Subianto dihadapan para kadernya dalam Kongres Luar Biasa Partai Gerindra di Lembah Hambalang, Bogor, Maret lalu.

Menurut Prabowo, Partai Gerindra telah menjadi partai yang besar. Diakui atau tidak Partai Gerindra ikut mempengaruhi kehidupan politik bangsa, menentukan arah kehidupan politik bangsa ini. Tidak hanya itu, kondisi ini ditopang dengan perjuangan para kader di daerah yang tetap kuat, militan, dan disiplin.

Ini ditunjukkan para kader yang tetap membesarkan partai dan berada di tengah-tengah perjuangan rakyat. Dengan demikian Gerindra telah menjadi parpol yang sebenarnya berjuang untuk rakyat Indonesia. “Alhamdulillah partai kita kerja bukan karena ada uang, partai kita bila perlu berkorban uang untuk bekerja demi rakyat Indonesia,” tegas mantan Pangkostrad ini.

Prabowo prihatin dengan kondisi bangsa yang lemah di tengah kekayaan alamnya yang melimpah. Negeri ini kaya dengan sumber tambang yang berharga bagi kehidupan dunia, tetapi hampir semuanya dikuasai oleh segelintir orang saja. Bahkan dengan mudah diambil oleh bangsa lain.

“Di tengah kekayaan alam yang melimpah, rakyat kita tetap miskin, di tengah kekayaan yang berlimpah masih ada rakyat yang telanjang, rakyat kita tidak menikmati apa yang seharusnya kita nikmati,” ujarnya heran.

Sehari sebelumnya, putra Begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini menerima tamu sejumlah kepala suku dari sejumlah wilayah adat di pulau Kalimantan yang mengadukan nasib atas tanah leluhurnya. Betapa tidak dari wilayah Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur yang kaya sumber daya alam itu puluhan ton tambang keluar, tapi tak bisa menikmati sepeserpun. Padahal keuntungan setiap tahunnya bisa mencapai Rp 6 triliun.

“Bahkan rakyat kita digusur, tidak menikmati dari kekayaan yang ada di tanah leluhur mereka. Kita lihat aparat yang dibiayai rakyat menggusur dan menindas rakyat kita sendiri, saya sebagai mantan tentara, saya menangis melihat kenyataan ini,” ujarnya.

Wajar jika rakyat marah, ketika meraka melihat kekayaan negeri ini tidak dikelola dengan baik dan hanya dinikmati segelintir orang. Rakyat melihat penyelewengan, aksi korupsi yang kian berani, kelakuan para pemimpin yang dengan gampang tanpa dosa melakukan kebohongan-kebohongan. Tak heran bila situasi negara sudah mulai panas, parah, banyak yang minta perubahan, bahkan melakukan tindakan di luar konstitusi.

Perang Suci

Mantan Danjen Kopassus itu berkali-kali menegaskan bahwa Partai Gerindra didirikan untuk menyelematkan masa depan bangsa, memperbaiki kerusakan moral, kerusakan politik, dan kerusakan yang telah terjadi dalam proses kepemimpinan di tiap tingkatan dari desa, kecamatan, hingga nasional. “Kita ingin memimpin pembaharuan, kita ingin Indonesia ini menjadi negara yang sejahtera,” tegasnya.

Tapi Prabowo mengingatkan, negara sejahtera tidak bisa dicapai, kalau pemerintahnya tetap korup, pemerintahnya tidak mempunyai kemampuan untuk menjalankan pelayanan kepada rakyatnya. Sejarah manusia mengajarkan, manakala pemerintah suatu negara itu korup maka itu menuju distintergrasi, dan kegagalan.

“Rakyat kita semakin pandai, pinter, tidak bisa dibohongi terus. Rakyat pun menyadari bahwa pemerintahan harus memberi pelayanan publik yang lebih baik, keamanan, pendidikan, kesehatan, dan ini tidak mungkin kalau korupsi terus merajalela,” tandasnya.

Dengan kondisi seperti ini, Partai Gerindra memberanikan diri tampil berjuang memperbaiki negeri. Karenanya, norma-norma biasa yang berlaku di parpol lain tidaklah berlaku di partai ini. Partai Gerindra harus selalu tampil di tengah-tengah rakyat sebagai pembela kebenaran, kejujuran dan semua golongan.

“Saya tidak ragu-ragu bahwa apa yang kita lakukan ini sebagai jihad, perang suci dalam menjalankan mandat saudara-saudara,” tegasnya.

“Saya memimpin dengan sikap berjuang, bukan sebagai politisi. Kita adalah pejuang untuk mempertahankan NKRI sampai darah penghabisan. Karena itu kita harus selalu tampil kepada rakyat sebagai pembela kebenaran, kejujuran, yang lemah dan semua golongan. Itulah ruh Partai Gerindra,” ujarnya mengingatkan.

Prabowo pun meminta kepada para kadernya untuk terus menjaga marwah partai sebagai partai yang bersih, kompak, tidak terlalu banyak pertikaian, tidak terlalu banyak sikut menyikut, kubu-kubu, intrik-intrik, curiga mencurigai, karena tuntunan keadaan partai ini membutuhkan kader yang kompak dan militan. “Karena kita sudah ada di ajang perang. Tidak ada waktu untuk membicarakan kejelekan orang lain, tidak ada waktu untuk bersitegang,” ajaknya.

Semua itu dalam rangka menghadapi pemilu 2014 mendatang yang boleh jadi tidak lebih dari 1000 hari lagi. “Kita tidak mau terulang di masa waktu 2009, dicurangi dan kita malah menjadi anak manis. Sudah saatnya kita harus bergerak, berjuang untuk menang. Menjalankan revolusi damai, konstitusional. Kita ingin pemilu yang bersih, kita harus tekankan bahwa kunci kita di pemilu nanti adalah damai,” ujarnya.

Partai Gerindra harus menjadi partai yang bersih. Partai yang membela kepentingan rakyat. Partai yang melakukan perombakan, pembaharuan, karena kalau tidak negara ini akan sirna dan bubar. Sejatinya, lanjut Prabowo, rakyat Indonesia yang ada di Papua, Kalimantan, akan bertanya kenapa kita diam melihat kekayaan negeri ini terus diambil dari daerahnya. Mereka juga bertanya, apa benar kita masih mau ada di negara ini? “Jangankan dari Papua atau Kalimantan, rakyat Banten pun saya yakin, tidak mau dipimpin oleh penguasa yang terus korup. Kita pun merasakan rakyat yang sudah kecewa, karena itu Partai Gerindra tampil berani untuk maju ke hadapan rakyat,” tegasnya.

Untuk itu, selama empat tahun berjalan, Partai secara alamiah telah melakukan penyaringan terhadap kader-kadernya. Bagi mereka yang mengira bisa berpetualang di partai ini, mencari kekayaan dari partai ini, satu persatu mulai meninggalkan partai.  Pun apabila mereka tidak mau meninggalkan partai ini, maka partailah yang mendorong mereka untuk keluar.

Dalam kesempatan itu Prabowo pun berkali-kali mengatakan bahwa Partai Gerindra tidak boleh asal jadi partai, Gerindra harus menjadi partai bersih, yang membela rakyat, membela kedaulatan dan kehormatan bangsa yang memimpin pembaharuan bagi rakyat Indonesia. Partai Gerindra ingin membangun bangsa yang bermartabat, menghilangkan kemiskinan dari bumi Indonesia baik di desa maupun di kota. Cita-cita Partai Gerindra adalah cita-cita yang besar, impian yang besar, perjuangan Partai Gerindra perjuangan besar, karena itu dibutuhkan jiwa yang besar, pengorbanan yang besar, semangat yang besar, bukan semangat yang kerdil.

“Karena itu saya bersyukur bahwa kita bisa selenggarakan satu kongres pada hari ini dengan penuh kekeluargaan, jiwa besar, pengorbanan, kesadaran dan kearifan sesuai dengan watak bangsa Indonesia, musyawarah untuk mufakat. Kita di rumah besar Gerindra ini, tidak mempermasalah suku, agama, ras, asal usul, dan golongan,” tandasnya.

Sekali lagi, Prabowo mengingatkan para kadernya Gerindra dalam berpolitik untuk memperbaiki kehidupan bangsa. Karena tanpa politik, tanpa kekuasaan maka tidak bisa memperbaiki kehidupan rakyat. “Tapi kita bukan politisi. Gerindra menggembleng, mendidik dan menyiapkan pejuang politik. Kita harus menjadi pejuang-pejuang politik yang rela berkorban,” ujarnya.

Sadar atau tidak, bangsa Indonesia dalam kondisi bahaya. Betapa tidak, setiap saat selalu ada kekuatan-kekuatan yang ingin bangsa ini pecah belah dengan mengadu domba antar suku, ras, agama dan golongan. Padahal sejatinya, sifat dari bangsa ini dikenal rukun, moderat, cinta damai, ramah tamah, gotong royong sebagaimana yang dicita-citakan oleh para pendiri bangsa ini –yang digambarkan dalam Pancasila. Tapi sekarang banyak pihak yang hendak menghilangkan Pancasila dari kehidupan bangsa. Bahkan UUD 1945 yang merupakan pengalaman para pendiri bangsa ini pelan-pelan hendak dirubah, dihapus, diganti dengan sistim yang tidak cocok dengan bangsa ini.

Untuk itu, Gerindra ingin merebut kekuasaan untuk memperbaiki dan mengamankan Pancasila, mengembalikan UUD 1945 menjadi pegangan dan landasan kehidupan bangsa Indonesia. “Dan ternyata dalam usia kita yang masih muda, telah berhasil bahwa sikap-sikap Gerindra selalu berada di pihak yang benar di hadapan sejarah. Partai Gerindra didirikan untuk menawarkan suatu pemerintah yang bersih, kuat, bisa mengelola dan menjaga kekayaan negara Republik Indonesia,” ujarnya.

Menurutnya, jauh sebelum berdirinya Gerindra, partai ini sudah mengkritik sistem neolib. Partai Gerindra merupakan partai pertama yang mengatakan sistem itu menyesatkan dan menyengsarakan bangsa Indonesia. Dan Gerindra telah mengingatkan bangsa Indonesia bahwa neolib itu keliru, tapi malah diejek, dicemooh. Tapi buktinya, sejarah mencatat bahwa pada tanggal 18 Oktober 2008, terjadi crash di Amerika Serikat, disusul kawasan Eropa akibat sistim perekonomian neolib yang dibangga-banggakan ternyata penyebab hilangnya trilunan dolar.

Sekarang apa yang terjadi, mereka pelan-pelan merubah, mereka bilang bukan neolib, tapi ekonomi Pancasila. Padahal mereka dulu mau merobek-robek tuh pasal 33 UUD 1945. “Enak saja, mereka kini bilang saya juga Pancasila, kemana saja kemarin-kemarin? Sudah salah tidak mau ngaku, tidak mau minta maaf lagi,” ujarnya gusar.

Prabowo pun mengajak seluruh kadernya untuk terus turun ke rakyat dengan tegas dan lantang mengajarkan, mendidik rakyat bahwa Gerindra mengeti tentang bangsa ini. Gerindra juga pahan dan bertekad untuk membawa bangsa ini dari kemiskinan, berdiri di atas kakinya sendiri, menjadikan bangsa yang dihormati, disegani bangsa lain, terhormat dan sejahtera. “Itulah perjuangan suci kita semua,” tekadnya.

Mandat

Prabowo menegaskan memang, sistim yang dibangun di Partai Gerindra seolah-olah hanya memberi mandat pada satu orang. Sejatinya sistim ini tak lain belajar dari para pemimpin negeri ini, seperti Bung Karno yang pernah dituduh diktator, Pak Harto yang selama 32 tahun memimpin negara ini, membela Pancasila, membawa kesejahteraan yang juga dituduh diktator. Tapi rakyat lebih tahu bagaimana dan apa yang dihasilkan kedua putra bangsa terbaik itu.

“Percayalah, saya sebagai orang yang dipercaya saudara, saya sadar bahwa saya hanya manusia biasa dengan penuh kelemahan, kekurangan, tetapi saya sadar adakalanya dalam sejarah ada orang-orang yang harus bersedia memikul tanggungjawab untuk orang banyak. Dan apabila itu memang takdir saya, kehendak dari rakyat banyak, saya terima mandat yang telah kalian berikan pada saya di siang hari ini,” ujar Prabowo saat menyampaikan kesanggupannya mengemban mandat untuk menyempurnakan Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Gerindra.

“Mandat yang saudara berikan akan saya jalankan dengan sebaik-baiknya dan diselesaikan dengan penuh rasa tanggungjawab, seksama serta dalam tempo waktu yang sesingkat-singkatnya,” lanjutnya.

Memang dalam kongres tersebut, tak sekadar memberikan mandat kepada Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra untuk menyempurnakan AD/ART saja, tapi sekaligus memberi mandat kepadanya untuk maju sebagai calon Presiden RI pada pemilu 2014 nanti. “Saya merasa ini kehormatan yang sangat besar yang diberikan kepada diri saya. Tentunya saya harus menjaga kepercayaan saudara dengan segala kekuatan yang saya miliki,” tegasnya.

Tak cukup sekali Prabowo menyatakan dirinya hanyalah manusia biasa, tidak memiliki kelebihan, tapi ia paham bahwa ada kalanya rakyat banyak, orang banyak, akan meminta satu diantaranya untuk menjadi nahkoda, pemimpin, pembawa bendera bangsa ini. “Saya sadar kekurangan saya, tapi saya merasakan ada getaran di hati saya, rasa cinta tanah air yang sulit saya bendung, kalau saya liat merah putih, saya dengar Indonesia Raya dikumandangkan, saya terpanggil, saya ingin melihat Indonesia yang makmur, kuat, dan  dihormati. Itulah yang menggerakkan saya untuk menerima kepercayaan saudara-saudara kepada saya,” ujarnya merendah yang disambut dengan gemuruh tepuk tangan para hadirin.

Sebagai hamba biasa, Prabowo pun mengaku tidak mungkin kepercayaan itu bisa diwujudkan kalau berjuang sendiri. “Saya akan mengajak, merekrut, membujuk putra putri bangsa terbaik untuk membantu saya berjuang bersama mewujudkan cita-cita kita yaitu Indonesia Raya yang sejahtera, adil makmur, gemah ripah loh jinawi,” ucapnya.

Prabowo pun mengingatkan bahwa untuk bisa berhasil, semua kader Partai Gerindra harus siap jadi pendekar yang membela kebenaran. Partai Gerindra harus berhasil membangun kekuatan yang besar, untuk menghadapi kekuatan-kekuatan kurawa, angkara murka yang menginginkan bangsa ini pecah belah. “Kalau mereka mengajak curang, kita harus hadapi dengan kekuatan dan kebenaran. Kalau mereka ingin intimidasi, kita harus berani membela diri kita dengan kegagahan. Kita tidak gentar dalam bertarung. Yang tidak berani bertarung, berdiri tinggalkan partai ini,” pintanya.

Program

Prabowo menegaskan, selain menyusun kekuatan di setiap lini, pendidikan dan pengkaderan, Gerindra pun tengah menyiapkan tim untuk memperbaharui manivesto perjuangan, delapan program aksi. Pasalnya, lanjut Prabowo, dari sekian program aksi yang dicanangkan Partai Gerindra sudah banyak ditiru dan bahkan diakui oleh kelompok lain.

Salah satu program baru yang akan dimasukkan dalam program aksi adalah membangun bank tabungan haji. Di Indonesia ada sekitar 200 ribu calon haji per tahunnya yang harus menunggu lima tahun, bahkan ada yang tujuh sampai delapan tahun. Bisa dibayangkan berapa triliun uang yang nongkrong di situ? “Aneh memang, sebagai bangsa yang memiliki umat Islam terbesar di dunia, tapi tidak memiliki bank tabung haji,” ujarnya heran.

Padahal menurut Prabowo, negeri jiran Malaysia yang memiliki penduduk 25 juta orang saja sudah memiliki bank tabung haji. Bahkan lanjut Prabowo, Mahatir Muhammad pernah bilang, jika saja waktu krisis 1998, Malaysia tidak punya tabung haji, maka ekonominya bangkrut. Pasalnya, uang yang ada di Malaysia dibawa lari ke luar negeri kecuali bank negeri Malaysia, bank tentara dan bank tabung haji yang tidak dikuras.

Selain itu, menjadi tantangan bagi bangsa ini lanjut Prabowo, negara ini harus bisa mewujudkan program mobil dan motor nasional buatan putra Indonesia. Dan Partai Gerindra harus mendukung apa yang diproduksi oleh putra Indonesia, seperti yang dilakukan pelajar SMK yang telah berhasil membuat mobil esemka. “Baik atau jelek kalau itu buatan asli Indonesia harus kita dukung,” tegasnya yang berniat untuk terbang ke Solo dalam waktu dekat ini.

Suara rakyat

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Suhardi  mengungkapkan dengan berlangsungnya kongres ini menandakan bahwa Partai Gerindra mampu tampil ke tengah-tengah rakyat meski suhu politik kian memanas menuju 2014. Untuk itu, Suhardi berharap kepada seluruh kader untuk bisa membawa diri terus menerus, menunjukkan diri kepada rakyat bahwa Gerindra bisa menjadi pemimpin di republik ini.

Menurutnya, yang harus dilakukan oleh para kader adalah terus berjuang mengawal suara rakyat yang terus mengarah ke Gerindra dari waktu ke waktu. Suhardi pun sepakat dengan Prabowo bahwa untuk saat ini sudah tidak ada waktu lagi bagi para kader Partai Gerindra untuk saling sikut, saling bertikai baik di pusat hingga daerah. Menurutnya, harapan itu terjawab sudah pada pelaksanaan kongres hari itu bahwa kader Gerindra tetap disiplin, militan dan memiliki semangat juang yang tinggi menjalankan tugasnya.

“Hari ini kita rasakan tidak ada gejolak-gejolak, semua bersinar mukanya bahwa hari ini adalah hari besar partai Gerindra. Yang harus kita waspadai adalah bagaimana kita harus mengawal suara rakyat, apakah kita akan menghianati suara mereka, apa artinya kita mendirikan partai Gerindra. Tugas kita adalah terus berjuang untuk mengawal suara rakyat,” tegas Suhardi.

Hal senada diungkapkan Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra, Ahmad Muzani, yang menegaskan bahwa ketetapan yang dihasilkan dalam kongres itu bukan sekadar menjadi cita-cita saja, tapi janji kepada bangsa dan hutang kepada rakyat yang harus dibayar. “Inilah janji kita kepada bangsa dan hutang kita kepada rakyat Indonesia yang akan kita bayar pada pemilu 2014 nanti,” tegasnya.

Menanggapi pidato politik Prabowo dalam kongres itu, Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Provinsi Banten, Budi Heryadi, mengungkapkan bahwa apa yang dilakukan Partai Gerindra selama ini memang kian terasa oleh rakyat. Untuk itu, kader diminta tetap solid dalam membesarkan partai, melakukan sosialisasi dan pencapaian target di 2014 bahwa Gerindra menjadi pemenang dan menjadikan Prabowo sebagai presiden.

Menurut Budi, sebaiknya dan sudah saatnya pidato politik seperti itu tidak hanya dilakukan di depan kader yang hadir pada kongres itu saja, tapi seharusnya disampaikan di setiap kesempatan. Sehingga masyarakat mengetahui dan memahami serta mengenal lebih jauh tentang visi misi dan program Partai Gerindra dan Prabowo. “Angin ini tengah mengarah kepada kita dan Pak Prabowo, tentu saja masyarakat sudah melotot dan pintar dalam memilih pilihannya,” ujarnya. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 16/April/2012

KLB Partai Gerindra 2012 : Perjuangan Kader Menghadapi 2014

Di sepanjang perjalanan menuju lembah Hambalang yang ada di Desa Bojong Koneng, Kecamatan Babakan Madang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat tampak spanduk selamat datang terpampang di sisi kanan kiri jalan. Pagi itu, hawa sejuk masih menyelimuti kawasan lembah Hambalang. Di beberapa sudut lokasi sejumlah panitia dan tenaga pendukung terus berbenah menyelesaikan berbagai keperluan Kongres Luar Biasa (KLB) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) 2012.

Agenda utama dari KLB –yang berlangsung di pendopo utama yang ada di lapangan itu— adalah perubahan sejumlah pasal dalam Anggaran Dasar/Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) partai, seiring dengan telah disahkannya UU No 2/2011 tentang Partai Politik. Setidaknya KLB ini diikuti sebanyak 1.200 orang dari perwakilan pengurus DPC dan DPD se-Indonesia.

Suasana sejuk sepertinya masih menyelimuti lembah Hambalang, meski sinar matahari mulai menembus menyelinap sudut-sudut lokasi kongres. Sejumlah peserta mulai memadati lokasi acara. Ada yang datang dengan kendaraan pribadi yang telah dilengkapi stiker khusus. Namun sebagian besar peserta didatangkan secara rombongan dengan bus yang diberangkatkan dari tempat mereka menginap di sejumlah hotel di Jakarta. Tampak kesibukan mulai meningkat ketika satu persatu peserta memasuki ruang kongres melalui pemeriksaan yang ketat. Pasukan pengamanan gabungan yang terdiri dari kader Gardu Prabowo, Satria Muda Indonesia dan Gerakan Rakyat Indonesia Baru (GRIB) ditempatkan di berbagai titik.

Pagi itu, Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto memasuki lokasi acara dengan diiringi marching band Taruna Gerindra. Di pintu masuk telah berdiri Ketua Umum, Suhardi didampingi Sekretaris Jenderal, Ahmad Muzani dan Bendahara Umum T. A Muliatna Djiwandoro menyambut kedatangan Prabowo Subianto. Sebelumnya, sejumlah petinggi partai Gerindra, anggota DPR-RI dari Fraksi Gerindra serta sejumlah undangan khusus telah lebih dulu hadir dan langsung menempati tempat di panggung utama. Tak lama kemudian, acara pun dimulai dengan diawali menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya, disusul mars Gerindra dan mengheningkan cipta untuk mendoakan para pahlawan bangsa.

Usai memberikan sambutan, Ketua Umum Partai Gerindra, Suhardi membuka secara resmi Kongres Luar Biasa dengan ditandai pemukulan gong didampingi Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum. Sejurus kemudian, sidang paripurna KLB 2012 langsung dipimpin Sekretaris Jendral, Ahmad Muzani didampingi Ketua Badan Pendidikan dan Latihan (Badiklat) Edhy Prabowo, dan tiga Ketua DPD perwakilan Indonesia dari kawasan barat, tengah dan timur. Dalam sidang paripurna KLB itu mengagendakan pandangan umum dari setiap DPD se Indonesia, pemberian mandat kepada Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto untuk mengubah AD/ART partai dan mengajukan Prabowo Subianto untuk maju sebagai Calon Presiden RI pada pilpres 2014 mendatang.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto untuk menyampaikan pidato politiknya. Dalam kesempatan itu, Prabowo tak henti-hentinya menyampaikan terimakasihnya kepada para kader atas kerja keras dan perjuangannya dalam membumikan Gerindra di seluruh pelosok negeri. Bahkan diawal sambutannya, mantan Komandan Jenderal Kopassus itu sempat tersedu menahan haru.

“Saya mengerti, saudara kesini dengan penuh pengorbanan. Ada dari saudara-saudara yang datang lewat laut, darat, sungai untuk datang di siang hari ini. Maaf saya terharu atas pengorbanan saudara-saudara. Saya minta maaf, saya belum bisa membantu saudara-saudara di tempat yang susah,” ujarnya terbata-bata.

Begitu pula ketika ia hendak mengakhiri pidato politiknya. “Saya mengucapkan terima kasih atas pengorbananmu. Saya bangga mendapat kepercayaan dari saudara-saudara sekalian, sekali lagi terima kasih,” pungkasnya yang disambut tepuk tangan para peserta KLB.

Acara kongres pun diakhiri dengan penyerahan ketetapan sidang paripurna dari pimpinan sidang kepada Prabowo Subianto selaku penerima mandat. Lalu ditutup dengan doa –yang disampaikan dalam tiga agama yakni Islam, Kristiani dan Hindu— dipimpin oleh Ketua Bidang Agama DPP Partai Gerindra sekaligus Ketua Umum Gemira, Habib Mahdi Alatas didampingi Ketua Umum Gema Sadhana, dan Ketua KIRA.

Dalam kesempatan itu peserta kongres pun mendapat kesempatan untuk berjabat tangan dan memberikan ucapan selamat kepada Prabowo Subianto. Sontak antrian panjang tak terhindarkan. Begitu pula saat peserta berangsur-angsur meninggalkan lokasi kongres. Butuh waktu lama untuk bisa keluar dari lokasi yang dipadati kader partai dari seluruh pelosok negeri. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 16/April/2012

Anita Aryani : Perempuan Gerindra Harus Berkualitas

Aktivitas politiknya sudah tak diragukan lagi. Pun dengan kapasitasnya sebagai pejuang politik perempuan. Hingga kini bersama kaukus perempuan baik lintas partai maupun organisasi kemasyarakatan ia terus berjuang mengantarkan perempuan untuk bisa tampil di ranah politik. Di sisi lain, di ranah domestik, kodratnya sebagai perempuan tetap ia jalankan dengan penuh tanggungjawab.

Ya, itulah sosok Anita Ariyani, yang mendedikasikan waktu dan tenaga serta pemikirannya untuk kemajuan kaumnya lewat jalur partai politik. Atas kepiawaiannya dalam menggalang dan memberdayakan suara perempuan, ibu empat orang anak ini didapuk sebagai Ketua Bidang Pemberdayaan Perempuan Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). “Karena siapa lagi yang mau menyuarakan kepentingan perempuan, kalau bukan perempuan itu sendiri,” tegas perempuan kelahiran Semarang, 3 Agustus 1965 ini.

Keterlibatan Anita di partai yang didirikan mantan Danjen Kopassus, Prabowo Subianto empat tahun silam itu bukan datang dengan begitu saja. Istri dari Balkan Amdan ini tahu betul, bahkan ikut berjibaku mendirikan partai berlambang burung kepala garuda itu. Baginya, bukan hal yang gampang menjalankan amanah sebagai ketua bidang. Meski tugas yang diemban itu tak lain urusan kaumnya sendiri, perempuan.

Anita berharap perempuan Gerindra sama dengan apa yang diharapkan Prabowo, sebagaimana dituangkan dalam manivesto partai, bahwa perempuan Gerindra itu harus berkualitas. Dengan majunya perempuan ke ranah politik dan menduduki tempat-tempat strategis adalah salah satu cara agar kepentingan perempuan itu sendiri terwakili.

Menurutnya, politik terlepas dari segala kontroversi yang ada di dalamnya, merupakan alat sosial yang paling memungkinkan untuk terciptanya ruang kesempatan dan wewenang. Bahkan sangat dimungkinkan bagi rakyat mengelola dirinya melalui berbagai aksi bersama, diskusi, sharing dalam prinsip kesetaraan dan keadilan. Karena peran politik sangat jelas sebagai salah satu sarana yang dapat mendorong perempuan untuk mencurahkan kecemasannya, walau begitu lagi-lagi budaya, sistim sosial, sistim politik hingga masalah kemiskinan masih kerap jadi pembatas bagi perempuan.

“Untuk itu diperlukan revitalisasi nilai budaya untuk mendorong peran strategis perempuan untuk memasuki wilayah pengambilan kebijakan bagi perempuan,” ujarnya sambil menambahkan bahwa pihaknya telah menyiapkan konsep pengkaderan bagi kader perempuan Gerindra untuk bisa tampil ke publik sebagaimana yang diharapkan para pendiri partai.

Sebelum bergabung di Partai Gerindra, Anita sudah melibatkan diri dalam arena politik sejak 1999, bersama para seniornya di Partai Bulan Bintang (PBB). Namun karena ada hal-hal yang tidak cocok dengan pendiriannya, usai muktamar yang pertama, Anita pun memilih mundur. Tak lama kemudian Anita pun kembali terlibat dalam pendirian Partai Islam Indonesia (PII). Sayang, partai yang didirikan politisi senior, Hartono Mardjono (almarhum) tidak lolos verifikasi faktual. Sejak saat itu, Anita pun merasa cukup sudah waktunya yang diberikan pada dunia politik.

Seiring berjalannya waktu, kala itu ia menjenguk sahabatnya, Fadli Zon yang tengah terbaring sakit. Dalam pertemuan itu, sang sahabat memintanya untuk membantu proses pendirian Partai Gerindra. Anita pun diminta mencari aktivis-aktivis perempuan untuk gabung hingga akhirnya terbentuk. Pada waktu yang sama, ia pun menolak ketika diminta untuk masuk dalam jajaran pengurus, tapi karena ada prasyarat harus 30 persen perempuan, akhirnya Anita pun masuk dalam jajaran kepengurusan sekaligus pendiri partai.

Dalam Pemilu 2009, Anita pun ikut berlaga memperebutkan kursi di daerah pemilihan (dapil) Jawa Tengah 10 yang meliputi Pekalongan, Pemalang, dan Batang. Sayang, suara sebanyak 64 ribu tak cukup untuk membawanya ke Senayan. Bagi Anita, selain karena dapil itu padat dan bilangan pembaginya besar, ada juga hal yang diluar batas kesadarannya sebagai manusia biasa.

“Berpolitik, itu harus sabar, lapang dada, andap ashor, bisa menyesuaikan ritme, siap sakit hati, dan menerima kritik dari orang lain,” ujar lulusan IAIN Walisongo Semarang ini.

Memang, mental dan jiwa besarnya sudah terasah sejak ia bergelut di organisasi kemahasiswaan. Semua tahapan pendidikan dan latihan yang ada di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) diikutinya tanpa terlewat satu pun. Bahkan jauh sebelum itu, Anita remaja menggembleng dirinya dengan aktif di berbagai kegiatan dan organisasi sekolah. “Saya selalu ingin runtut dalam mengikuti pelatihan sehingga bisa mengetahui semua,” tegasnya.

Kesibukannya di dunia politik tak lantas membuatnya lupa akan tugas dan kewajibannya sebagai istri dan ibu dari empat anaknya. Untungnya, baik sang suami maupun putra putrinya sudah mengerti dengan ritme kerja di parpol yang digelutinya. Kaitannya dengan itu, Anita mengingatkan kepada sesame kaumnya bahwa apa yang dilakukan oleh tokoh perempuan Kartini tidak sekadar dikenang belaka. Tapi lebih dari itu, tokoh perempuan yang menjadi inspirasi, pendobrak emansipasi wanita itu menekankan bahwa perempuan harus bertanggungjawab terhadap keluarga, bangsa dan negara. “Jadi apa yang saya lakukan, tak lebih pada apa yang disampaikan dan dilakukan Kartini. Tapi ingat semangat Kartini tidak bisa dengan sendirinya tanpa dukungan kaum laki-laki,” pesannya. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 16/April/2012

Empat Tahun Gerindra, Terus Bergerak untuk Rakyat

Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) berjuang untuk membangun masa depan Indonesia yang sejahtera, aman, adil dan memberi kepastian masa depan kepada generasi penerusnya. Perjuangan itu menjadi komitmen dan tanggungjawab Partai Gerindra. Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto kerap mengutarakan sikap perjuangan itu dalam berbagai kesempatan.

Sebagai bentuk komitmen perjuangan tersebut, urai Prabowo, Partai Gerindra akan terus mengedepankan delapan program aksi sebagai program konkret untuk mensejahterakan rakyat. Seluruh progam aksi itu memiliki parameter, ukuran, dan target yang jelas. Untuk mengaplikasikannya, Partai Gerindra akan terus menjaga dan memegang teguh sikap moral serta membela rakyat. Sehingga perjuangan itu benar-benar bersih tanpa iming-iming ataupun deal-deal tertentu.

Kedelapan program aksi itu adalah menjadwalkan kembali pembayaran utang, menyelamatkan kekayaan negara untuk menghilangkan kemiskinan, melaksanakan ekonomi kerakyatan, delapan program desa, memperkuat sektor usaha kecil, kemandirian energi, pendidikan dan kesehatan, menjaga kelestarian alam dan lingkungan hidup.

Tak dipungkiri, selama empat tahun perjalanan Partai Gerindra telah banyak mengalami kemajuan yang signifikan baik secara eksistensi sebagai organisasi partai politik maupun dari kedelapan program aksi yang digadang-gadangkan selama ini. Begitu pula dengan manfaat dari program aksi yang dicanangkan, setidaknnya telah mampu mendongkrak dan gaungnya dirasakan rakyat. Betapa tidak, sebagai contoh kecil dan sederhana namun dibutuhkan kemauan serta pemahaman bersama adalah program ‘revolusi putih’. Sebuah gerakan minum susu bagi anak Indonesia itu kian membumi di seluruh penjuru nusantara.

“Dalam empat tahun ini telah banyak kemajuan yang dicapai, dan yang jelas kita akan terus berjuang dan bergerak untuk rakyat,” ujar Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Prof Dr Ir Suhardi, M.Sc di sela-sela kunjungannya menghadiri perayaan HUT Kabupaten Sinjai pada penghujung Februari lalu.

Diakui olehnya, setelah empat tahun menjalankan delapan program aksi yang dicanangkan Partai Gerindra, ada beberapa hal yang belum bisa dilakukan, seperti menjadwalkan kembali pembayaran utang luar negeri. “Karena kita belum berkuasa, untuk itu kita terus berjuang agar bisa merealisasikan program tersebut,” ujarnya.

Menurut Suhardi, salah satu target yang berhasil dilakukan oleh Partai Gerindra adalah penghapusan UU No 9/2009 tentang Badan Hukum Pendidikan (UU BHP). Bagi Partai Gerindra, UU BHP itu tidak selaras dengan UUD 1945. “Alhamdulillah kita berhasil di tingkat Mahkamah Konstitusi (MK), pada tanggal 30 Maret 2010, MK membatalkan undang-undang itu,” jelasnya.

Meski demikan, guru besar Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta ini masih kuatir pembatalan UU BHP itu hanya sekadar ganti baju. Untuk itu Partai Gerindra akan terus mengawasi keputusan MK tersebut. “Memang kita masih kuatir, jangan sampai undang-undang itu hanya ganti baju saja,” tegasnya.

Ekonomi Kerakyatan

Sepertinya istilah ekonomi kerakyatan sudah identik dengan Partai Gerindra. Program yang lebih mengedepankan keberpihakan pada rakyat merupakan jawaban atas berbagai ketimpangan sistim perekonomian yang dianut Indonesia selama ini. Dan sejak berdiri, Partai Gerindra terus berkomitmen untuk memperjuangkan ekonomi kerakyatan dalam rangka mengembalikan kejayaan negara. Hal ini didasari atas kenyataan bahwa berdasarkan data BPS 2011, sekitar 38,52 juta penduduk Indonesia masih menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Menurut Prabowo bangsa Indonesia harus berdaulat dengan kekuatan bangsanya. Dan sistim ekonomi kerakyatan merupakan solusi bagi negeri ini untuk kembali bangkit dan sesuai falsafah Pancasila dan UUD 1945. “Saya sejak dulu berkomitmen dengan ekonomi kerakyatan, di saat orang berfikir untuk menjadi ekonomi liberal. Tapi kini sudah banyak yang diam-diam mengkampanyekan ekonomi kerakyatan itu, meski terkesan malu-malu,” kata putra Begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo ini.

“Saya tidak anti kapitalis, saya suka jika banyak orang kaya di negeri ini. Yang saya tidak mau adalah, jika kekayan Indonesia terus menerus ke luar negeri, sementara petani dan nelayan kita serta segenap rakyat Indonesia masih hidup dalam suasana kemiskinan. Orang boleh membangun mall dan hotel dimana-mana, tetapi yang membangun itu harus menggunakan uangnya sendiri. Bukan uang rakyat dengan menggunakan pinjaman kredit di bank, sementara ketika rakyat mengajukan kredit ke bank, sulit untuk mendapatkannya. Saya tak ingin seperti itu. Semua rakyat Indonesia harus mendapatkan layanan yang sama dan memadai,” tegas Prabowo.

Beragam konsep kegiatan penerapan delapan program aksi bidang perekonomian tengah dijalankan di berbagai daerah. Boleh jadi, manfaat penerapan ekonomi kerakyatan dalam rangka memperkuat sektor usaha kecil kian dirasakan oleh rakyat kecil khususnya petani, nelayan, pedagang kecil. Contoh kecil adalah seperti yang dilakukan kader Perempuan Indonesia Raya (PIRA) yang tengah menggalakkan koperasi di berbagai daerah dalam rangka menggerakkan perekonomian masyarakat.

Ketua DPD Partai Gerindra Jawa Tengah, Abdul Wachid yang juga anggota Komisi IV DPR-RI ini mengakui, bahwa program aksi dalam rangka menggerakkan perekonomian rakyat kecil yang dicanangkan Partai Gerindra banyak dilakukan oleh kader PIRA. Seperti yang ada di daerahnya, pihaknya bersama kader PIRA mendirikan koperasi simpan pinjam bagi pedagang kecil yang kerap terjepit bank plecit (rentenir). Memang, pinjaman yang disalurkan tidak begitu besar, hal ini disesuaikan dengan kebutuhan modal pedagang sayur, bumbu atau jajanan pasar.

Diakuinya, selama ini masyarakat Jawa Tengah khususnya yang berprofesi pedagang bakulan, petani, nelayan, pengrajin genteng selalu terkendala dengan kesempatan dan akses untuk mendapatkan modal usaha. “Kalaupun ada, ya macam bank plecit (rentenir) yang bunganya tinggi. Nah kita coba rangkul mereka untuk mendapatkan modal tanpa harus pusing dengan besarnya uang yang harus mereka kembalikan,” ujarnya.

Koperasi yang dikelola ibu-ibu rumah tangga itu memberikan pinjaman mulai dari Rp 200 ribu hingga Rp 2 juta dengan bunga yang sangat rendah, jauh dari suku bunga bank, apalagi rentenir. “Jadi kalau mereka pinjam 200 ribu, cukup mengembalikan 210 ribu dan dicicil empat kali, berbeda dengan bank plecit yang selisihnya bisa mencapai 20 puluh ribu,” jelasnya.

Rupanya program ini mendapatkan animo yang cukup besar dari masyarakat. Bahkan untuk di daerah Jepara saja, kini perputaran uang yang disalurkan sudah mencapai lebih dari Rp 100 juta. Tidak hanya itu tanpa diminta, lanjutnya masyarakat yang telah merasakan manfaat program ini secara sadar malah ingin bergabung menjadi anggota. “Tak jarang ketika saya bertemu dengan mereka (pedagang) meminta kaos atau atribut Gerindra agar bisa dipakai pada saat berdagang,” selorohnya.

Revolusi Putih

Program yang tak kalah fenomenal adalah Revolusi Putih yang merupakan bagian dari delapan program aksi bidang pendidikan dan kesehatan. Boleh jadi, selain program ekonomi kerakyatan yang diusung Partai Gerindra, Revolusi Putih juga mampu hadir sebagai program yang cukup membumi. Pasalnya, gerakan minum susu untuk anak Indonesia dari usia dini hingga remaja ini kini terus dilancarkan para kader Gerindra di pelosok negeri.

Memang, menurut Prabowo gerakan minum susu ini sudah lama dicanangkan Partai Gerindra sejak dua tahun silam, namun gaungnya baru sekarang. Tak dipungkiri, pada awalnya banyak kalangan yang menganggap enteng gerakan tersebut, tapi bagi Gerindra gerakan minum susu merupakan program kerja yang sangat strategis. Faktanya, kini gerakan serupa dilakukan banyak pihak. Karena sadar atau tidak, data menyebutkan untuk kawasan Asia Tenggara saja, Indonesia berada di posisi terbawah dalam hal konsumsi susu.

“Kita jangan melihat hasilnya sekarang. Tunggu 10 sampai 15 tahun mendatang, jika gerakan ini simultan, yakinlah generasi kita akan menjadi generasi yang mumpuni. Hal itu juga sudah dilakukan India dan China,” tegas Prabowo Subianto.

Diakuinya, gerakan Revolusi Putih ini, terinspirasi dari India yang telah menerapkan program itu sejak 20 tahun yang lalu. Padahal, sebelumnya India dikenal sebagai negara miskin dan terbelakang. Tapi lihat sekarang, India telah menjadi negara industri baru yang maju di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Sementara di China, gerakan ini sudah dimulai sejak tahun lalu.

Boleh jadi, faktor kemiskinan yang memaksa sebagian masyarakat jarang mengkonsumsi susu. Hal ini menyebabkan daya beli susu yang kurang. Itu disebabkan pengaruh faktor harga susu yang mahal, dan faktor di dalam industri susu Indonesia yang tidak bisa membidik semua kalangan. Oleh karenanya, dalam setiap kesempatan, Prabowo dan Partai Gerindra mengajak setiap elemen masyarakat, untuk menyisihkan sebagian rejekinya untuk membeli susu cair kemasan kecil secara rutin, dan berikan kepada anak-anak kecil yang kurang mampu di komunitas masing-masing.

Sementara bagi Saifuddin Donodjoyo, anggota DPR-RI dari Fraksi Gerindra menilai Gerakan Revolusi Putih tak ubanya sebagai gerakan ‘hijrah’ rakyat Indonesia yang masih enggan minim susu, apapun alasannya. “Gerakan minum susu merupakan program strategis Gerindra dalam pembangunan manusia Indonesia yang handal sebagaimana yang dilakukan Jepang, India dan China,” tegasnya.

Jauh sebelum gerakan ini dicanangkan Partai Gerindra, program serupa telah dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sinjai dengan memproduksi susu sapi produksi masyarakat setempat berlabel Susu Sinjai (SuSin) dibawah pimpinan Bupati Andi Rudiyanto Asapa, SH, LLM –yang tak lain adalah Ketua Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Gerindra Sulawesi Selatan.

Ya, program minum susu bagi anak-anak di daerah tersebut telah dimulai sejak tahun 2004. Bahkan kini, susu lokal bermerek Susin itu sudah dibungkus dengan kemasan industri yang tentunya lebih higienis. Kini sebaran susu kemasan yang dibagikan gratis kepada anak sekolah TK dan SD di seluruh wilayah Kabupaten Sinjai itu sudah merambah hingga ke ibukota propinsi Sulawesi Selatan, Makassar.

“Walaupun harganya lebih murah karena merupakan produk lokal, SuSin yang kami berikan gratis kepada anak-anak kurang mampu itu diproduksi dengan kontrol dan uji kualitas yang sangat ketat di Kabupaten Sinjai. Kami bertekad gerakan ini berkesinambungan dan berharap mendapat respon nyata dari pihak lain demi mewujudkan revolusi putih bagi peningkatan kualitas generasi masa depan negeri kita,” ujar Rudiyanto yang baru-baru ini juga merilis pupuk organik berlabel Garuda Hambalang pada perayaan HUT Kabupaten Sinjai, Senin (27/2) lalu.

Menyikapi hal ini, Prabowo Subianto merasa bangga dengan terobosan yang dilakukan oleh masyarakat Kabupaten Sinjai. Pasalnya, apa yang tengah digalakkannya itu sudah dilakukan oleh masyarakat daerah itu. “Mungkin dari sekitar 490 bupati dan walikota di Indonesia, baru Sinjai yang melakukan hal itu,” ujar Prabowo Subianto saat melantik pengurus DPD Partai Gerindra Sulawesi Selatan, beberapa waktu lalu.

Derasnya Dukungan dan Tantangan

Tak dipungkiri lagi gaung program Partai Gerindra ditopang dengan nama besar Prabowo Subianto mulai membahana. Faktanya jutaan anak negeri mau menyempatkan diri berdiskusi lewat pertemuan maupun melalui jejaring sosial yang tengah digandrungi masyarakat. Tak hanya kalangan elite politik ibukota, supir angkot, tukang ojek, buruh bangunan, petani garap, penikmat warung kopi, aparatur desa di seluruh pelosok nusantara ini tengah asyik berbincang tentang ‘gerakan’ Partai Gerindra dan sosok Prabowo.

“Saya bangga, sebab negeri ini memiliki tokoh terbaiknya yang telah berjanji akan berdiri tegak diatas kekuatan kaki sendiri. Bukan kekuatan asing dan kapitalisme yang telah mencekik leher rakyat negeri ini,” ujar Slamet seorang petani bawang asal Losari, ketika berbincang dengan Garuda beberapa waktu lalu.

Boleh jadi, aneka ragam perbincangan seputar Partai Gerindra dan Prabowo Subianto bukan sekadar sebagai bentuk dukungan masyarakat terhadap partai berlambang kepala burung garuda ini maupun terhadap sosok calon presiden 2014 ini, tapi merupakan tantangan yang harus dihadapi.

Hal ini ditegaskan oleh Ketua PIRA, Dr Ir Endang Setyawati Thohari, DESS, M.Sc, bahwa setalah empat tahun Partai Gerindra bergerak bersama rakyat, maka partai beserta mesin-mesin partai harus tetap menjaga ritme solidaritas agar bisa memenangkan setiap laga percaturan sosial politik di Indonesia. Pertanyaan mendasarnya adalah kemenangan yang kita raih, apakah dapat memberikan kemanfaatannya bagi kemakmuran rakyat Indonesia dan sukses untuk membangun kembali Indonesia raya. “Inilah tantangan kita bersama,” ujarnya.

Menurut dia, tantangan yang lebih besar adalah ketika kemenangan itu benar-benar Gerindra raih. Apakah Gerindra dapat merubah sistem dan menjadi lebih baik? “Karena perubahan adalah tantangan, maka tantangan itu sudah dijawab oleh Gerindra dengan delapan program aksi,” tuturnya. Karena tantangan itulah, Gerindra terus bergerak untuk rakyat. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 15/Maret/2012

Rahayu Saraswati : Panggilan Hati Seorang Perempuan

Terlahir dari keluarga pengusaha, tak lantas membuatnya ikut mengekor apa yang digeluti sang ayah, Hashim Djojohadikusumo. Awalnya, ia lebih memilih mendalami dunia seni peran. Namun lambat laun jiwa wirausaha itu ‘menggelitik’ pikirannya. Perempuan ayu berparas eksotik ini pun  terpanggil mengembangkan usaha Production House dan Event Organizer dan telah berjalan. Dan, di luar kesibukannya, ia masih sempat mendedikasikan waktu, tenaga dan pikirannya untuk mengembangkan sebuah sayap partai Gerindra, yakni Tidar.

Nama Rahayu Saraswati mulai dikenal luas di panggung hiburan setelah memproduksi dan sekaligus ikut membintangi dua film perjuangan bertajuk Merah Putih dan Darah Garuda. Meskipun kedua film itu bukan debutnya sebagai seorang aktris. Jauh sebelum itu, kala usianya baru menginjak 12 tahun, ia sudah menjajal bakat aktingnya di luar negeri. Barulah ketika dara kelahiran Jakarta, 27 Januari 1986 ini memerankan Senja dalam dua film itu publik mengenal sebagai seorang aktris –yang kini aktif pula di panggung politik.

Keterlibatan aktris cantik ini di dunia politik bukan sekadar ikut-ikutan atau hanya karena ia keponakan seorang pendiri partai. Pilihannya untuk ikut terjun ke politik didasari atas panggilan hati, rasa nasionalisme, idealisme yang ditanamkan keluarganya tanpa harus meninggalkan aktivitas keseharian dan profesinya sebagai seorang aktris, entrepreneur sekaligus aktivis sosial. Terlebih untuk para kaumnya yang hingga kini terkadang masih dipandang sebelah mata.

Memang, walau awalnya alergi dengan politik, tapi keprihatinan, frustasi, hingga membuatnya putus asa terhadap sistem yang ada akhirnya membiarkan dirinya bersentuhan dengan politik. Baginya politik bukan sebagai tujuan, tapi sebagai alat untuk merubah kondisi. Walaupun dalam menjalaninya akan selalu terhantam dengan sistem yang ada di negeri ini sebelum sistem itu berubah.

“Suka tidak suka, mau tidak mau, saya harus terjun langsung,” tegasnya.

Sara demikian panggilan akrabnya bergabung di salah satu sayap Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) yakni Tunas Indonesia Raya (Tidar). Di Tidar, Sara dipercaya untuk menempati posisi Ketua Bidang Pengembangan Perempuan, Pimpinan Pusat Tidar. Baginya tugas yang diembannya sangat cocok dengan passion-nya selama ini yakni keberpihakan kepada rakyat kecil khususnya kaum perempuan dan anak-anak. Oleh karenanya, ia pun menitikberatkan program kerja yang tak jauh dari tiga hal yakni anti perdagangan manusia, kesehatan ibu dan anak serta pemberdayaan perempuan. “Kegiatan terakhir kami melakukan penyuluhan gizi baik bagi anak-anak balita dan ibu hamil dan menyusui di kawasan kampung Beting, Jakarta Utara,” tegasnya.

Selama ini, menurutnya keterlibatan kaum perempuan di organisasi yang ada di bawah partai politik memang masih kerap didominasi kaum pria. Namun tidak halnya dengan di Tidar, meski komposisinya masih 40 persen, tapi keberadaan kaum perempuan sangat menentukan. “Saya bangga dengan SDM perempuan yang ada di Tidar, kita tidak kalah dengan laki-laku. Kita di sini sama sejajar,” ujar gadis yang aktif bergelut di Yayasan Wadah Titian Harapan ini.

Selain menjalankan program aksi sosial, perempuan Tidar pun tengah menggodok sebuah program pemberdayaan perempuan yang dikemas dalam pemilihan putri Tidar. Tentu saja, program ini tak sekadar saja, disamping dalam rangka menjaring massa pemilih pemula dari kalangan perempuan, tentunya Tidar harus bisa memposisikan keberadaannya sebagai mesin partai dalam rangka pemenangan partai.

“Kita harus tahu apa yang mereka (kaum perempuan remaja) mau, dan kita pun tahu yang partai mau. Tugas kita menggarap yang mereka (partai) tidak bisa menyentuhnya,” ujarnya diplomatis.

Pasalnya menurut  dara yang pernah menimba ilmu di International School of Screen Acting, London ini kehadiran Tidar tak lain adalah menjadi wadah bagi anak muda dalam mengembangkan talenta-talenta yang dimilikinya sekaligus digembleng menjadi calon politikus yang berkualitas. Untuk itu kader Tidar harus lebih militant untuk menghadapi masa depan dan memenangkan Gerindra. Sara pun berharap, Partai Gerindra agar lebih memberikan ruang dan kesempatan serta kepercayaan kepada kaum muda.

Terlebih melihat kondisi kepemimpinan di republik ini, menurut Sara sudah waktunya yang muda mempersiapkan diri jangan sampai tergerus situasi dan kondisi apalagi sekadar mengekor mengikuti arus. Baginya, negeri ini membutuhkan pemimpin yang berpandangan luas, berpikir panjang, tidak sekadar memikirkan jangka waktu saat berkuasa saja. Menurutnya, jawaban atas itu ada pada Pak Prabowo. “Saya percaya beliau akan membawa kemakmuran jangka panjang, walaupun memang di awalnya pasti pahit untuk beberapa orang, tapi yakinlah kedepannya selama 10-20 tahun akan datang ada perubahan,” ujar keponakan Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto ini.

Memang, dirinya sempat mempertanyakan kenapa sang paman mau jadi Presiden. “Rupanya rasa kepedulian terhadap nasib bangsa membuat paman bersedi maju para pilpres 2014 nanti. Ngapain sih dia mau mencalonkan jadi presiden, inikah cuma buang-buang uang, kalau mau cari duit dia bisa lebih. Ternyata sistem yang harus dirubah di negeri ini, yang membuat beliau terpanggil,” ucapnya mengakhiri perbincangan di suatu sore. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 15/Maret/2012

Lebih Dekat Dengan Oo Sutisna: “Satu Suara untuk Prabowo”

Keresahannya melihat nasib petani yang tak kunjung berubah mengantarkannya untuk maju ke barisan depan. Dilahirkan dan dibesarkan di keluarga petani tentu paham betul akan hal itu. Ia pun bertekad untuk merubah nasib petani yang masih tertindas oleh kebijakan yang lebih banyak ditentukan bukan seorang petani. Mau tidak mau ia pun harus terjun ke pentas politik praktis

Setidaknya itulah yang menjadi tekad Oo Sutisna (60), yang sejak 2008 silam dipercaya oleh Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto untuk memimpin Partai Gerindra di Propinsi Jawa Barat. Memang, keterlibatan di partai besutan mantan Komandan Jenderal Kopassus itu tak datang begitu saja. Jauh sebelum Partai Gerindra lahir, sebagai seorang petani, suami dari Ai Mulyani itu sudah berada di belakang barisan sang pendiri partai, melalui organisasi Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan Kontak Tani dan Nelayan Andalan (KTNA).

“Sejak awal petani tidak setengah-setengah mendukung Prabowo. Karena kami yakin, Prabowo mampu membawa perubahan bagi para rakyat kecil khususnya petani dan nelayan. Beliau tahu apa yang rakyat mau. Beliau pemimpin yang mau memikirkan dan menangis dengan apa yang dirasakan petani,” tegasnya.

Ya, pria kelahiran 12 Maret 1952 itu sudah mengenal sosok Prabowo sejak ia masih bergelut di Forum Komunikasi Tani Nelayan Karya –sebuah organisasi bentukan Partai Golkar— dan KTNA. Ia pun tercatat sebagai orang yang mengusung Prabowo pada saat Konvensi Partai Golkar pada 2004, meski akhirnya harus kalah dengan calon lain. Namun tak berhenti disitu, di tahun yang sama ia pun lantas memperjuangkan Prabowo untuk memimpin HKTI.

Suatu ketika di tahun 2008 ia tengah sibuk mengumpulkan petani di daerah Sumedang, namun tiba-tiba mendapat telepon dari Jakarta untuk segera menghadap ke Prabowo Subianto. Akhirnya ia ditemani seorang teman langsung menuju Jakarta pada hari itu juga. Sesampainya di Jakarta, tepatnya di Jalan Brawijaya IX, ia disodori secarik kertas dan tertulis namanya sebagai Ketua Dewan Pimpinan Daerah Jawa Barat. Tentu saja, sang empunya nama kaget dan hampir tak percaya atas amanat itu. “Saya ini belum pernah menjadi ketua parpol di tingkat kecamatan sekalipun. Tapi karena itu amanat dari Pak Prabowo, maka saya siap mengembannya,” ujarnya mengenang masa itu.

Sejak saat itu, ia pun harus bahu membahu mendirikan partai di bumi parahiyangan yang 60 persen penduduknya adalah petani. Sebagai anak seorang petani, tentu ini merupakan amanat yang berat sekaligus kesempatan untuk merubah nasib petani. Memang diakuinya, sebagai orang yang bergelut di bidang pertanian, ia bukanlah termasuk dalam kategori petani gurem, tapi setiap harinya ia bercengkrama dengan petani gurem. Untuk itu ia pahal betul liku-liku perjuangan para petani dalam memenuhi kebutuhan hidup di tengah kebijakan yang sama-sekali belum memihak petani.

“Selama ini petani terbelenggu oleh aturan orang yang yang tidak peduli dan bukan dari komunitas kita sebagai petani. Inilah kesempatan untuk merebut simbol-simbol kekuasaan itu dengan apa yang diperjuangkan Gerindra,” tegas pencetus ide pengadaan lahan sawah abadi di Jawa Barat.

Secara politis, keberadaan Jawa Barat yang berbatasan langsung dengan ibukota republik ini sangatlah penting. Terlebih propinsi Jawa Barat penduduknya terbesar. Untuk itu, baginya, mengakomodir berbagai golongan, kelompok yang ada di propinsi ini sudah menjadi keharusan. Meski memang, rasa kesukuan di Jawa Barat masih kental. Yang jelas, perpaduan antara kota dan desa dalam kepengurusan akan menunjang penerapan 8 program aksi Gerindra di Jawa Barat. Perjuangannya pada Pemilu 2009, tak boleh dianggap enteng, ia pun berhasil mengantarkan empat orang kadernya ke Senayan dan delapan orang kadernya ke DPRD Propinsi Jawa Barat.

Lantas seperti apa perjalanan dan perjuangan Partai Gerindra di bawah komandonya dalam percaturan politik baik lokal maupun nasional. Kepada Hayat Fakhrurrozi dari Garuda, ditemani beberapa jajaran DPD Partai Gerindra Jawa Barat, ia memaparkan perjuangannya dalam sebuah wawancara sekretariat yang berlokasi di jalan Cimanuk nomer 42, Bandung, beberapa waktu lalu. Berikut petikannya:

Bisa diceritakan aktifitas apa yang akhirnya menggiring Anda terjun ke dunia politik praktis?

Katanya republik  ini sudah merdeka, tapi apa yang terjadi? Nyatanya yang merdeka itu penguasa saja. Petani sebagai rakyat sampai hari ini belum merdeka. Petani masih terjerat kemiskinan. Tidak saja dirundung persoalan dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari, tapi kebijakan-kebijakan penguasa yang tak memihak bahkan kerap menindas. Tidak hanya itu, pasar Indonesia pun sudah menjadi keranjang sampahnya internasional. Lihat saja kapal rusak dibeli lalu dikasih buat nelayan dengan dalih bantuan, kereta api bekas dibeli bahkan kentang, beras, hingga garam pun didatangkan dari luar. Kursi dewan pun sampai harus diimpor yang harganya Rp 24 juta. Tentunya berbagai kebijakan yang aneh itukan semua ada di parlemen. Sementara kita (petani dan nelayan) tidak punya wakil di parlemen. Inilah yang akhirnya membawa saya terjun ke dunia politik. Karena parlemen hanya bisa dimasuki lewat partai politik.

Lantas kenapa memilih gabung di Partai Gerindra?

Awalnya dulu saya ikut di Partai Golkar yang waktu itu memang membentuk Forum Komunikasi Tani Nelayan Karya, saya sebagai sekjennya dengan ketuanya, Awal Kusumah (almarhum). Tapi karena dalam perjalanannya ternyata sama sekali tidak memihak pada petani dan nelayan, maka dalam sebuah forum saya menyatakan mundur. Begitu juga pada saat konvensi, kita mati-matian mendukung Pak Prabowo, meski akhirnya kalah. Jadi bukan karena ikut-ikutan arus mengusung Prabowo, sejak awal petani tidak setengah-setengah mendukungnya  Pak Prabowo. Hal ini dibuktikan sejak 2004 kita pun mengusung beliau untuk memimpin HKTI. Kemudian pada 2005, dalam sebuah kesempatan beliau juga dikukuhkan menjadi anggota kehormatan KTNA Nasional. Semua histeris, menangis ingin merubah nasib petani dan nelayan.

Jadi saya sebagai petani memilih Prabowo bukan karena saya ada di Gerindra, tapi saya lakukan sejak dia kita usung untuk memimpin HKTI. Karena pada waktu itu kita butuh figur yang mau menangis melihat nasib petani, mau memikirkan dan peduli dengan rakyat kecil khususnya petani. Dan Prabowo orangnya.

Bisa ceritakan proses awal bergabungnya Anda ke Gerindra?

Suatu ketika saya dipanggil ke Jakarta, pada 8 Februari 2008, padahal waktu itu saya sedang mengumpulkan petani di Sumedang, waktu itu belum ada Gerindra. Sesampainya di Jakarta, tepatnya di jalan Brawijaya ternyata ada parpol baru bernama Gerakan Indonesia Raya. Saya pun disodori secarik kertas kecil dan tertulis disana nama saya sebagai ketua DPD Jawa Barat. Saya ini belum pernah menjadi ketua parpol di tingkat kecamatan sekalipun. Memang saya pernah menjadi Sekjen KTNA Nasional, sewaktu di Golkar pun saya menjadi sekjen Forum Komunikasi Tani Nelayan Karya. Karena ini amanat dari Pak Prabowo, saya pun menyatakan siap memimpin Jawa Barat. Yang jelas, dengan adanya pertemuan lebih awal dengan Pak Prabowo di KTNA dan HKTI kita lebih tahu karakternya. Dan beliau tahu apa yang rakyat mau. Rakyat maunya pemimpin yang tegas, lugas, jujur.

Bisa diceritakan seperti apa animo masyarakat Jawa Barat (Jabar) terhadap Gerindra?

Meski ketika dulu kita mendirikan partai hanya ada lima orang, tapi alhamdulillah kita bisa mengirimkan delapan orang di DPRD Jabar dan empat orang kader ke DPR-RI jabar. Sama dengan partai PPP yang umurnya sudah 40 tahun. Jadi dulu bisa jadi peribasa dalam Siliwangi memang benar adanya, ‘saeutik ge mahi’ hanya dengan sedikit orang juga kita bisa dapat 8 kursi yang lumayan. Waktu itu saya berpikir saya tidak harus menang, tapi gerindra harus menang. Sekareang pun seperti itu, saya tidak berambisi untuk menjadi dewan, tapi berpikir bagaimana gerindra harus  menang dan mengusung Prabowo jadi presiden. Dulu cari orang untuk jadi pengurus saja susahnya minta ampun, apalagi unsure perempuan. Memang dulu di awal2 kita dibantu pusat. Tapi selepas pileg kita berjalan sendiri. Meski itu persoalannya, kita tetap berjuang.

Apa yang diperjuangkan Gerindra Jabar?

Yang sedang kita perjuangkan adalah bagaimana kita membangun bangsa. Jadi tidak saja memperjuangkan kader-kader Gerindra agar  kelak jadi dewan, tapi merebut tampuk kekuasaan melalui cara-cara yang legal yakni melalui pilpres. Karena Pilpres tidak akan terpenuhi jika posisi kursi di parlemen tidak mencukupi ambang batas minimal. Kita sepakat untuk mendukung Pak Prabowo, maka kita sepakat mengawalinya dengan memenangkan partai di parlemen. setidaknya Jabar memiliki 26 kabupaten/kota, 625 kecamatan, dan 5874 kelurahan/desa merupakan medan yang berat karena bisa jadi dua tahun kedepan bisa bertambah lagi.

Lalu apa yang diperjuangkan kader partai yang ada di parlemen?

Tentunya tidak boleh lepas dari 8 program aksi partai Gerindra baik melalui partai murni maupun parlemen. Untuk di parlemen tingkat provinsi kader kita sedang memperjuangkan soal pertanahan, lingkungan dan ketahanan pangan. Salah satunya kita mengusulkan pengadaan lahan wasah abadi seluas 100 hektar di Jawa Barat. Begitu juga halnya dengan kader-kader kita yang duduk di Senayan, karena terus terang yang kita perjuangkan adalah nasib para petani yang hingga kini masih tertindas. Apalagi Jawa Barat 60 persen penduduknya adalah petani. Untuk itu harus ada keterkaitan antara yang diperjuangkan partai dan anggota dewan baik di kabupaten/ kota, propinsi maupun di pusat.

Kekuatan Gerindra di Jabar sendiri seperti apa, dan ada dimana saja kantong-kantongnya?

Bicara masalah anggota, hingga saat ini kita sedang melaksanakan KTAnisasi baru. Tentunya masih belum bisa dikalkulasi. Jika menengok empat tahun silam menjelang Pemilu 2009, kita pernah membukukan 980 ribu KTA, tidak termasuk yang dicetak oleh pusat. Dari 980 ribu itu, pada Pemilu 2009 kita meraih suara 950 ribu. Nah, target hingga akhir tahun ini, setiap DPC mampu mencetak 5000 KTA baru. Dan jika mengok pengalaman Pemilu 2009 lalu, kantong-kantong Gerindra dulu ada di wilayah Jawa Barat bagian barat. Sementara wilayah Priangan Timur masih kurang. Tapi insya allah, dalam Pemilu 2014 mendatang, kita optimis semua cabang bisa mengimbangai dan bisa lari cepat. Saya meyakini itu. Buktinya, meski waktu itu kekuatan Gerindra belum merata, kita bisa mengirimkan empat orang kader di DPR-RI dan delapan di DPRD propinsi.

Lalu target perolehan kursi parlemen pada Pemilu 2014 nanti berapa?

Sesuai arahan DPP, dengan kekuatan yang ada, kita menargetkan setiap dapil kecil (kabupaten/kota) minimal satu kursi. Jika di setiap kabupaten/kota ada 6 dapil, maka setidaknya ada 6 orang kader yang harus lolos ke DPRD kabupaten/kota. Dengan perhitungan itu, kita bisa menargetkan meraih 18 kursi di DPRD Jabar dan 14 kursi di DPR-RI. Itu kalau dengan perhitungan satu dapil kecil satu kader.

Stategi apa yang bakal dilakukan guna mewujudkan target itu?

Pertama kita membentuk struktur partai hingga ranting sampai anak ranting. Paling tidak kita harus perkuat terlebih dulu di tingkat ranting. Kita juga perkuat sayap-sayap, komunitas-komunitas pendukung partai dan Pak Prabowo, badan-badan non struktural. Setidaknya, di Jawa Barat ini ada banyak komunitas atau kelompok seperti komunitas guru, kelompok petani, nelayan, pedagang pasar yang siap mendukung perjuangan Gerindra. Kita juga melihat ada hal yang luar biasa, seperti sayap Tunas Indonesia Raya (Tidar) yang teridiri dari anak-anak muda sebagai pemilih pemula. Begitu pula dengan militansi yang ditunjukkan kader golongan dewasa muda yang tergabung dalam Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria). Ini yang membuat saya merinding ketika antusiasme mereka begitu tinggi untuk bergabung di Gerindra.

Di samping itu, agenda pemilukada yang digelar di Jawa Barat merupakan ajang pemanasan bagi kita menjelang 2014 nanti. Meskipun kita baru bisa mengantarkan satu kader Gerindra yang berhasil menjadi bupati dari 7 putaran. Dan di tahun 2012 ini ada lima putaran pemilukada, dan termasuk di 2013 akan ada pilgub juga pilkada kabupaten/kota. Tentu saja ini menguras tenaga, waktu dan finansial yang tak sedikit. Tentu saja, Gerindra Jawa Barat tidak mau tinggal diam.

Menjelang pilgub apa yang dilakukan?

Selama ini kita masih dalam taraf silaturahmi dengan parpol-parpol yang ada tentunya itu hal yang wajar. Nah, kalaupun ada pemberitaan seputar pertemuan-pertemuan jelang pilgub itu ditafsirkan sebagai bentuk koalisi, ya monggo. Tapi menurut saya, jangan dulu, karena kita jujur saja masih menunggu arahan dari pimpinan pusat. Sikap kita selama ini masih wait and see. Karena kita harus menang. Memang kita punya calon, bisa saja diambil dari pengurus, orang pusat atau tokoh masyarakat mumpuni yang mendapat restu dan disetujui DPP. Sebagai kader partai kita tidak bisa menolak ketika mendapat tugas dari partai. Siapapun dia.

Jika melihat situasi dan kondisinya, ke mana arah anginnya?

Sampai saat ini belum terlihat. Masih remang-remang. Makanya saya katakana sikap kita masih wait and see. Bisa jadi orang beranggapan Gerindra sebagai partai baru bisa dikerjain. Untuk itu kita tetap waspadai. Selama ini kita menggunakan pepatah si kabayan. Dimana kabayan itu bukan orang yang hebat tapi dia hebat. Dia bisa ngibing (menari) dalam semua lini, dia juga tidak bisa dibodohi orang-orang yang guminter (merasa pinter). Tanda-tanda ke arah sana itu sudah ada dan kita rasakan, makanya kita tidak mau terjebak ke arah itu. Yang terpenting, ajang pilgub ini harus menguntungkan Gerindra yang berunjung pada upaya untuk mengusung Prabowo jadi presiden. Karena capresnya itu dari Jawa Barat, kan Pak Prabowo dari Bogor,  Jawa Barat.

Dimata Anda, kondisi kepemimpinan saat ini seperti apa?

Bagi saya, sementara ini Indonesia belum punya pemimpin menunggu 2014, nanti pemimpinnya Prabowo Subianto. Nanti saya akan tunjukkan sebuah gambar yang diambil dari sejarah Islam. Dimana  sejarah membuktikan hanya burung garuda (hud-hud) itulah yang bisa menghancurkan penguasa lalim. Gambar itu hanya ada di DPD Jabar. Gambar itu akan saya persembahkan untuk Pak Prabowo. Tapi pengambilalihan kekuasaan itu tetap melalui proses legal dan konstitusional. Saya yakin berhasil jika kita harus padukan dengan sejarah dan karakter kita yang memang kuat.

Sebagai pimpinan partai sekaligus petani bagaimana mengatur waktunya?

Partai itu alat penyaluran, perjuangan, sementara rakyat itu bukan butuh omong, tapi butuh apa yang bisa kita berikan. Saya membagi waktu sesuai dengan keahlian. Kita tiap tahun mengirimkan petani ke Jepang, meski tidak mengatasnamakan Gerindra tapi dia akan tahu bahwa yang memperjuangkan itu orang Gerindra. Kita memberlakukan piket bagi jajaran pengurus. Tidak sekadar menunggu kantor saja, tapi harus bisa mencurahkan ide, pemikirannya dan solusinya yang tengah dibutuhkan partai. Selain itu kita terjunkan kader-kader ke daerah untuk membina jajaran yang ada di bawah. Itupun sesuai dengan kesanggupan dan kemauan para kader, mau di daerah mana?

Apa harapan dan pesan Anda pada Partai Gerindra dan para kadernya?

Sebagai kader kita harus mampu menopang manajemen partai dalam rangka merebut kekuasaan ini melalui pemenangan suara demi lolos parliament threshold dengan cara memberikan pemahaman partai yang benar dan sesuai dengan arahan untuk mengganti simbol-simbol kekuasaan ini oleh Gerindra. Jakarta pun harusnya menurunkan orang-orangnya terlebih dulu, ketika mau ada yang diturunkan ke daerah-daerah untuk lebih mengenal medan yang ada. Sehingga tidak salah jalan dan sesuai apa yang diinginkan.

Untuk para kader agar terus memperbaiki dan meningkatkan soliditas partai. Selain itu kader juga harus menumbuhkan solidaritas antar sesama kader partai. Kader partai juga harus tahu moral dan etika. Rusaknya partai itu bukan dari ekternal tapi dari internal, baik anggota atau pura-pura anggota.

Banyak sudah contohnya politisi yang tak punya moral dan etika. Ini yang harus kita waspadai, kalau hal ini ada di antara kita, mending istirahat dulu saja. Dan yang terpenting, jika di lapisan bawah masih ada yang ngomong A, ngomong B, tidak manut kepada putusan pimpinan, saya sarankan silahkan mundur saja dari partai ini. Kita ingin menciptakan kader-kader yang militan bukan kader-kader yang sekadar ikutan. [G]

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 14/Februari/2012

Ketua Umum PP Satria, Heru Johansyah : “Berjiwa Layaknya Seorang Kesatria”

Layaknya seorang satria, dan petarung sejati harus siap di segala medan laga. Seorang pemimpin pun harus menjalankan darma baktinya kepada rakyat bangsa dan negara. Berani bertindak benar dan memanusiakan manusia. Apapun yang terjadi, seorang kesatria harus tampil di barisan terdepan. Bukan untuk mengejar jabatan, tapi memastikan bahwa dirinya adalah seorang satria.

Itulah ekspresi terdalam darma satria seorang Heru Johansyah (34) yang tertanam sejak remaja. Sore itu, ia duduk lesehan di ruang tamu kediamannya di kawasan Manggarai Jakarta Selatan, dengan antusias memaparkan aktifitasnya sebagai Ketua Umum Pimpinan Pusat Satuan Relawan Indonesia Raya (Satria), sebuah sayap Partai Gerakan Indonesia Raya. “Seorang pemimpin, harus menjalankan darmanya sebagai seorang kesatria dengan cara mengabdi untuk kesejahteraan rakyat, berani mengatakan yang benar itu benar dan salah itu salah, serta memanusiakan manusia atas dasar kesamaan di hadapan Tuhan Yang Maha Esa,” tegas pria kelahiran Jakarta, 26 April 1977 ini.

Jiwa kesatria Heru telah nampak sejak usia remaja. Di usianya yang masih belia, kelas 1 SMP ia berani memutuskan untuk keluar dari rumah dan menetap di padepokan pencak silat. Alasannya cuma satu, sebagai petarung sejati ia tidak mau menyusahkan orangtuanya dan mau hidup mandiri. Heru pun akhirnya mampu survive dan tampil sebagai ‘jawara’ pencak silat dibawah binaan Satria Muda Indonesia (SMI) –sebuah padepokan pencak silat yang didirikan Prabowo Subianto— yang disegani banyak pihak. Di SMI inipula ia digembleng para guru dan seniornya, seperti H Umba dan Sufmi Dasco Ahmad.  “Berkat jasa dan didikan kedua orang itulah, akhirnya saya bisa survive hingga sekarang,” ujar Heru yang kini menjabat sebagai Sekretaris PP SMI Komda DKI Jakarta.

Selain sibuk membina bibit-bibit atlet pencak silat, Heru pun dipercaya untuk melatih tentara dari kesatuan Kopassus, Marinir, Densus Anti Teror, dan masih banyak lagi. Sebelumnya, suami dari Nur Wulandari ini pun membantu mengembangkan salah satu perusahaan milik Sufmi Dasco Ahmad, orang yang banyak menempanya baik dalam urusan profesionalitas dunia kerja, organisasi maupun politik.

Keterlibatannya di dunia politik bukanlah datang begitu saja atau sekadar ikut-ikutan terbawa arus euphoria reformasi yang digulirkan 1998 silam. Proses panjang dan melelahkan sebagai bagian dari elemen gerakan organisasi kepemudaan membawanya ke dunai politik praktis. Termasuk ketika membesarkan SMI yang didirikan oleh Prabowo Subianto. Puncaknya, ia pun terlibat langsung dalam proses kelahiran Partai Gerindra 2008 lalu.

“Jadi bukan sekadar ikut-ikutan, tapi memang Pak Prabowo adalah figur yang sudah lama saya kenal sebelum partai Gerindra berdiri,” tegas Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra ini.

Beberapa bulan kemudian ia mendapat mandat untuk mendirikan sebuah organisasi kepemudaan di bawah payung Gerindra. Selama tiga hari tiga malam, dengan beberapa teman yang ditunjuk ia pun menggodok konsep organisasi yang bakal dibentuknya. Lalu terbentuklah, sayap dengan nama Satria (Satuan Relawan Indonesia Raya) pada tanggal 30 Mei 2008. Sejak saat itulah kesibukan bertambah padat, mulai dari pembentukan pengurus, penyeleksi hingga memverifikasi para kader di daerah yang akan duduk sebagai pengurus. Kerja kerasnya berbuah manis, kini Satria sudah berdiri di setiap daerah propinsi dan kabupaten/kota. Tidak hanya itu, ia pun bersyukur secara organisasi, Satria ditopang oleh kader-kader yang berbobot, mumpuni di bidangnya dan sudah mapan dalam berorganisasi.

Dia ingat betul, ketika hendak kampanye di Stadion Gelora Bung Karno 3 tahun silam, ia diperintahkan untuk mengerahkan kader Satria ke lokasi tersebut sebanyak 12 ribu orang. Meski malam harinya dapat kabar hanya kebagian 60 bis dari 164 armada bis yang dibutuhkan. Pun ketika pagi menjelang pemberangkatan malah 60 bis yang dijanjikan tidak ada sama sekali. Namun berkat kesigapan dan kesiapan para kader, akhirnya semua bergerak memenuhi tribun. “Satria selalu siap sedia dimana pun dan kapan pun dibutuhkan,” tegasnya sambil memaparkan beberapa kerja nyata dalam bentuk aksi sosial yang pernah dilakukan oleh Satria selama ini.

Sebagai seorang kader partai dan pimpinan sayap, Heru mengaku bukanlah sosok yang ambisius akan jabatan.  Namun karena ia mendapat tugas dari para seniornya untuk mengemban amanah menahkodai Satria, ia pun bertekad untuk membesarkan sayap tertua di partai berlambang kepala burung garuda itu.

“Ambisi saya hanya satu, menjadikan Satria lebih besar dan kuat sehingga otomatis partai Gerindra bisa menang,” tegas ayah dua anak ini.

Heru pun menekankan kepada para kader, untuk menjadi pengurus Satria memang harus kuat mental dan kuat secara material. Pasalnya, sesuai dengan namanya ‘relawan’ maka harus siap untuk berkorban. Selain digerakkan secara swadaya, di sayap ini pun setiap kader memiliki kesamaan hak, tidak ada perbedaan, semua sejajar sedangkan keputusan tertinggi tetap ada di rapat pleno. “Siapapun dia, mau anak jenderal kek, anak orang biasa, sama saja semuanya sejajar,” tandasnya yang mengaku kehidupan keluarganya berjalan apa adanya, tidak neko-neko.

Untuk itu ia mengajak seluruh kader Satria untuk terus berjuang dan tetap mengedepankan sikap kesatrianya. Di samping itu, Heru pun berpesan sebagai keluarga besar Satria harus tetap solid, kompak, saling mengisi dan tetap menjaga militansi untuk kemenangan partai. Pasalnya, jika memang partai ini mau mengusung sendiri Prabowo sebagai capres, maka setiap kader harus tetap menjaga dinamika organisasi yang kondusif dan berjiwa kesatria.

“Seorang satria harus berjiwa satria, bergaul secara satria. Hari ini kalah besok adu lagi. Hari ini menang, besok harus lebih baik lagi,” pungkasnya.

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 14/Februari/2012

Empat Tahun Gerindra Terus Mengabdi untuk Negeri

Akhir-akhir ini, masyarakat kerap menyaksikan tampilnya Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto di layar kaca. Hampir di setiap momen, mulai dari peringatan hari besar nasional maupun hari besar agama, ia kerap menyampaikan pesan kepada rakyat Indonesia.

Boleh jadi, lewat iklan layanan masyarakat itu, ingatan kita tertuju kembali pada iklan Partai Gerindra yang kerap ditayangkan di berbagai stasiun televisi menjelang Pemilu 2009 silam. Kala itu usia Partai Gerindra seumur jagung jika dihitung sejak didirikan pada 6 Februari 2008. Namun, partai ini telah memikat rakyat lewat visi dan misi yang disampaikan dalam iklan tersebut seperti ekonomi kerakyatan, membuka lapangan pekerjaan, dan lain-lain. Iklan yang digambarkan dengan bayang-bayang kepak sayap burung garuda yang tampak jelas di daratan. Melintasi daratan, ketika orang-orang sedang menjalankan aktivitasnya bersembahyang di tempat ibadah, bekerja di sawah, belajar, dan lain-lain diiringi narasi suara Prabowo Subianto yang mengajak untuk bergabung dengan Partai Gerindra.

Tak dimungkiri, berkat iklan yang merakyat dan spesifik itu, popularitas partai berlambang kepala burung garuda itu terus meningkat. Setidaknya lewat kampanye itu sebenarnya Partai Gerindra telah membuat sebuah gebrakan baru. Betapa tidak, partai yang mencoba mengembalikan dan menyadarkan kembali akar ke-Indonesiaan yang berawal dari masyarakat pedesaan sebagai petani dan nelayan itu mampu meraih 4.646.406 suara atau 4,46 persen. Padahal sebagai pemain baru –yang mengikuti pemilu untuk kali pertamanya— dengan persiapan hanya dua sampai tiga bulan, Partai Gerindra melesat ke posisi partai papan atas berada di urutan delapan.

Lantas kini setelah menginjak usia empat tahun. Seperti apa keberadaan Partai Gerindra di pentas politik Indonesia? Waktu empat tahun memang masih terlalu singkat. Sejatinya, komitmen perjuangan Partai Gerindra diyakini tetap berada di rel yang telah digariskan para pendirinya. Partai Gerindra terus mengedepankan delapan program aksi sebagai program kongkrit untuk mensejahterakan rakyat. Tak hanya itu, seluruh delapan program aksi itu memiliki parameter, ukuran dan target yang jelas.

“Kami mendirikan Partai tiga tahun lalu rasanya seperti baru kemarin. Waktu habis untuk verifikasi Partai, kampanye, dan melakukan program. Sebagian besar waktu yang ada justru habis untuk proses administrasi,” kata Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra, Prof Dr Ir Suhardi, Msc.

Hal senada ditegaskan Wakil Ketua Umum DPP Partai Gerindra Fadli Zon, bahwa peningkatan jumlah suara Partai Gerindra itu terkait dengan manifesto perjuangan Partai yang sangat jelas. “Kami tetap pada ekonomi kerakyatan dan politik yang berpihak pada rakyat,” tegasnya.

Lebih Siap

Menurut Suhardi, dengan tetap mengedepankan delapan program aksi, Partai Gerindra tengah berancang-ancang untuk menghadapi pelaksanaan Pemilu 2014. Tentu saja, pengalaman Pemilu 2009 menjadi landasan bagi pihaknya untuk mendongkrak suara pada Pemilu 2014 nanti. Untuk itu, konsolidasi dan kordinasi di semua lini terus ditingkatkan untuk menguatkan misi partai. Meski waktu yang tersedia terbilang singkat, Suhardi menegaskan Partai Gerindra kini lebih siap.

Tak berlebihan jika guru besar kehutanan dari Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta itu meyakini bahwa partainya lebih siap. Pasalnya, selain telah dinyatakan lolos verifikasi, partai ini digerakkan oleh kader-kader militan dan teruji akan mampu mendongkrak perolehan suara partai pada pemilu 2014 mendatang.  Berbeda ketika masa-masa awal berdiri, selain waktu yang mepet, Partai Gerindra pun belum punya banyak kader dan saksi. Tapi, pada pemilu 2014 mendatang, dengan dukungan lebih dari 5 juta saksi, Partai Gerindra lebih siap. Hingga saat ini saja, telah tercatat 13 juta pemegang kartu tanda anggota Partai Gerindra. Karena itu, Partai Gerindra optimistis perolehan suara pada pemilu 2014 akan meningkat.

Terus Berjuang

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra Prabowo Subianto menegaskan Partai Gerindra akan berjuang untuk mengubah nasib bangsa menuju masa depan Indonesia yang sejahtera, aman, adil, dan memberi kepastian masa depan kepada generasi penerusnya.

“Kita berjuang menyelamatkan masa depan bangsa. Itulah tujuan Partai Gerindra,” tegasnya saat berpidato usai melantik Pengurus Pusat (PP) Perempuan Indonesia Raya (PIRA), di Jakarta (21/1) lalu.

Sejak awal Partai Gerindra sudah memberikan penilaian terhadap kondisi bangsa. Menurutnya, satu-satunya partai yang mengkritik sistem ekonomi Indonesia adalah Partai Gerindra. “Sistem ekonomi Indonesia berada di jalan yang keliru. Kita sudah mengoreksi arah ekonomi Indonesia,” tegasnya.

Prabowo mengingatkan, Partai Gerindra ketika berdiri sudah membuat manifesto perjuangan. Dimana manifesto yang digodok oleh kelompok kerja dipimpin Fadli Zon itu diresmikan dan dicetak pada September 2008. Dan 19 Oktober 2008, terjadilah yang namanya “Black Monday” yakni runtuhnya bursa Wall Street, bursa Amerika Serikat di New York. Peristiwa itu menelan kerugian hingga 2 triliun dolar. “Kita sudah mengkritik sistem ekonomi liberalism sebelum kejadian itu. Ternyata sejarah membenarkan apa yang disinyalir Partai Gerindra,” terangnya.

Imbasnya, kini Amerika dan Eropa terjerembab dalam resesi ekonomi yang luar biasa. Jutaan orang kehilangan pekerjaan, ribuan perusahaan bangkrut, mata uang terancam, dan utang hampir mampu tak terbayar. “Partai Gerindra sudah mengingatkan bangsa Indonesia. Manakala sistem ekonomi liberal terus dilaksanakan di Indonesia, ujungnya adalah rakyat Indonesia akan mengalami penderitaan,” ujarnya mengingatkan.

Menurutnya, bukti-bukti yang mengarah ke arah itu sudah tampak. Mantan Danjen Kopassus itu menyebutkan sekitar 35 persen anak balita Indonesia mengalami kurang gizi. Dengan demikian dari tiga anak balita, satu anak mengalami gizi buruk. Bahkan di Nusa Tenggara Barat, mencapai 58 persen. Kenyataan pahit pun ada di Jakarta sebagai ibu kota negara, setidaknya ada 26 persen anak balita kurang gizi.

“Percuma kita berteriak pertumbuhan ekonomi tinggi. Percuma kita berteriak ada kemajuan di sana-sini. Tapi anak-anak balita kita mengalami kurang gizi. Berarti ekonomi Indonesia tidak memberikan kesejahteraan untuk rakyatnya,” tegasnya.

Dalam pidato politiknya di perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Partai Gerindra ke-4, pada Senin (6/2), Prabowo mengingatkan kembali bahwa selama ini kebijakan masih saja menguntungkan kekuatan asing dan tidak membela rakyat. Untuk itu, kepada kadernya yang duduk di Senayan, Prabowo mengingatkan untuk membela sekuat hati tentang kepentingan rakyat.

“Saudara-saudara, kalau 26 anggota DPR RI dari Gerindra tidak mampu menahan neo liberalisme dan menahan arus cengkraman ekonomi asing, kalau perlu kita tarik semuanya,” tegasnya.

“Sampai sekarang kita satu-satunya partai di DPR yang mengatakan kembali ke pasal 33 UUD 1945,” lanjutya. Bahkan Prabowo pun menyindir, penganut neo liberalisme  sekarang sudah mulai cepat-cepat cuci tangan. “Mereka sudah melihat  tanda sejarah, oh kami juga punya UUD 45. Enak aja. Kemana aje lo empat tahun? Kemana aja 13 tahun, sekarang UUD 45, kemarin-kemarin kerjanya amandemen terus,” tandasnya.

Untuk itu, Prabowo menegaskan lebih baik pihaknya tidak ikut memutuskan kebijakan yang tidak pro rakyat, tidak mementingkan kebijakan dan membela rakyat. “Dari pada ikut tercemar dan tercoreng di hadapan rakyat Indonesia,” tandasnya.

Salah satu kebijakan yang hanya akan membahayakan Indononesia dan rakyatnya adalah kebijakan impor bahan pangan. Baginya, kebiasaan pemimpin Indonesia yang memutuskan untuk terus melakukan impor itu sangatlah berbahaya. “Kebiasaanya pemimpin kita memilih impor, impor, impor terus sangat membahayakan Indonesia dan rakyat Indonesia,” tegasnya.

Padahal sejak awal berdiri Partai Gerindra sudah mencanangkan pembangunan ekonomi harus melalui pertanian. Dalam 8 program aksinya, Indonesia harus mencetak sawah baru dan lahan-lahan baru. Nyatanya, program itu kini dijalankan oleh Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Dahlan Iskan yang ingin mencetak satu juta hektar lahan sawah baru. “Kita sambut positif langkah Menteri BUMN yang baru, yang ingin mencetak ladang sawah baru. Terima kasih, mudah-mudahan segera terwujud,” kata Prabowo sembari mengingatkan bahwa program sawah satu juta hektare itu, merupakan gagasan Partai Gerindra.

“Dalam hati, ke mana saja pemerintah, kok baru dilaksanakan sekarang. Tapi kita legowo, wakafkan gagasan itu. Boleh dicontek asalkan untuk rakyat Indonesia. Kita senang dicontek, tetapi kasih catatan kaki dong, saran dari Gerindra,” imbuhnya.

Perjuangan yang tak kalah beratnya menginjak usia empat tahun, adalah mensosialisasikan Pancasila kepada generasi muda, agar persatuan bangsa semakin kokoh. Pasalnya, saat ini disinyalir ada sejumlah pihak yang menginginkan Indonesia lemah. Bahkan berusaha memecah belah Negara Kesatuan Indonesia Raya (NKRI). Untuk itu Partai Gerindra gencar menanamkan revitalisasi ideologi Pancasila dan kembali ke konstitusi UUD 1945.

Calon Presiden 2014

Jika parpol lain masih menimbang-nimbang dan mencari sosok calon presiden (capres), maka Partai Gerindra menjadi satu-satunya parpol yang berani mengusung capres jauh-jauh hari. Memang, ketika Pemilu 2009 Partai Gerinda paling belakangan menentukan capres, tapi sekarang menjadi yang paling dahulu mencalonkan Prabowo Subianto sebagai capres dalam Pemilu 2014 nanti. “Kami tidak mungkin ditawar soal itu. Apa pun yang terjadi, kami harus mencalonkan Pak Prabowo,” kata Suhardi.

Sebelumnya, Prabowo sendiri sudah mengisyaratkan maju di Pemilu 2014 sebagai capres dari Partai Gerindra saat berkunjung ke Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT) pada Minggu (8/1) lalu. Keputusan tersebut diambil Prabowo karena permintaan para Dewan Pimpinan Daerah Partai Gerindra.  Sementara soal calon wakilnya, Prabowo menegaskan Partai Gerindra baru akan menentukan siapa yang menjadi calon wakil menjelang pemilihan. “Kami sekarang masih berjuang dulu,” kata Prabowo.

Prabowo Subianto mengatakan dirinya sangat yakin akan memenangkan pemilihan presiden pada 2014 mendatang. “Target 2014 menang, menerima mandat dari rakyat. Menerima kepercayaan dari rakyat, bersama-bersama kita rubah haluan bangsa ini. Insya Allah menang,” ujarnya. “Partai yang membela rakyat, melawan korupsi, dan bersama rakyat meraih kesejahteraan,” imbuhnya.

 ***

Kilas Balik Berdirinya Partai Gerindra

Hanya dalam waktu singkat, kurang dari tiga bulan sejak deklarasi, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) lolos verifikasi partai di Departemen Hukum dan Hak Asasi Manusia 4 April 2008. Tiga bulan setelah itu, Partai Gerindra pun lolos verifikasi faktual Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Sejatinya, sebelum partai berlambang kepala burung garuda ini berdiri, jejaring embrio partai sudah muncul meski tidak formal. “Sehingga ketika pluit ini ditiup, dibunyikan, semua komponen sudah siap,” kata Ahmad Muzani, Sekretaris Jenderal Partai Gerindra.

Meski, waktu itu tak banyak orang mengenal partai ini. Namun hasil kerja cerdas dengan gencar beriklan membuahkan hasil yang sepadan. Disamping itu, Gerindra juga mengembangkan taktik menambah anggota melalui kartu anggota yang sekaligus menjadi kartu asuransi. Premi tersebut ditanggung partai selama dua tahun pertama. Alhasil, pada peringatan setahun Partai Gerindra pada 6 Februari 2009 malam di Balai Sarbini, Jakarta, ada penyerahan kartu anggota ke-10 juta.

Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengaku kekuatan partainya semakin terasa. Saat ini, menurutnya Partai Gerindra telah hadir di semua provinsi hingga ke tingkat kecamatan. Pada akhir tahun ini, Prabowo berharap Gerindra dapat hadir di seluruh desa. Partai “Gerindra kemudian diharapkan bisa hadir di seluruh RT pada akhir 2013,” ujarnya berharap.

Sembari membesarkan partai, Partai Gerindra juga mengembangkan sejumlah organisasi sayap. Setidaknya kini untuk memanaskan mesin partai, ada sayap SATRIA (Satuan Relawan Indonesia Raya), TIDAR (Tunas Indonesia Raya), GEMIRA (Gerakan Muslimin Indonesia Raya), KIRA (Kristen Indonesia Raya), GEMA SADHANA (Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara), dan PIRA (Perempuan Indonesia Raya). Disamping itu ada beberapa gerakan pendukung partai yang siap ikut memanaskan mesin partai menghadapi 2014 seperti GARDU Prabowo, GERBANG, GIBAS, Prabowo Fans Club, dan masih banyak lagi.

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 14/Februari/2012

AS Kobalen : Pancasila adalah Harga Mati

Pekerja keras, tekun dan jujur adalah karakternya. Kepeduliannya terhadap sesama umat manusia mengisi aktivitas kesehariannya. Dalam aktivitas sosialnya itu, ia tak membedakan suku, agama, ras dan golongan. Semua itu hanya untuk menunaikan apa yang ada dalam Pancasila. Karena baginya di negeri ini Pancasila adalah harga mati.

Ya, dialah A.S Kobalen SE, MBA, MBSM, M.Phil (46). Lahir dan dibesarkan di tengah keluarga yang serba kekurangan tak lantas membuat dirinya menyerah dengan keadaan. Pahit getir kehidupan yang dijalaninya menjadikan Kobalen sebagai sosok yang kuat hingga saat ini. Berkat ketekunannya dalam bekerja dan menempuh ilmu, ia pun berhasil menyabet empat gelar sekaligus dalam waktu 3,5 tahun saja sewaktu kuliah di India. Sosok pejuang hak asasi manusia itu, kini dipercaya sebagai Ketua Umum Gerakan Masyarakat Sanathana Dharma Nusantara (Gema Sadhana), sebuah sayap Partai Gerindra yang baru saja dikukuhkan pada November 2011 lalu.

Gerakan yang dimotorinya merupakan bukti nyata dukungan umat Hindu, Budha dan Konghucu untuk bersama-sama berjuang membesarkan dan memenangkan Partai Gerindra. “Selama ini kita masih dianggap minoritas di negeri ini. Tapi di Partai Gerindra anggapan itu tidak ada. Untuk itulah, meski jumlahnya kecil, kami akan berjuang sekuat tenaga menghimpun kaum Hindu, Budha untuk berjuang bersama membesarkan dan memenangkan Gerindra,” ujar pria kelahiran, Medan 12 Januari 1966 ini.

Keterlibatannya di Partai Gerindra berangkat dari adanya kesamaan misi yang selama ini diperjuangkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Pasalnya, selama ini, keberadaanya sebagai kaum minoritas selalu saja tak dianggap dan bahkan semakin tertindas. Dan ketika menyatakan diri bergabung di Partai Gerindra, Kobalen pun tak tanggung-tanggung melepaskan semua jabatan keagamaannya, karena ia tak ingin mencampuradukan antara agama dan politik. Meski apa yang tengah ditekuninya di panggung politik merupakan bagian dari ‘dharma’ seorang manusia untuk negara dan bangsa. Maka tak heran bila ia pun dipercaya untuk menjabat Ketua Bidang Pengabdian Masyarakat di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Gerindra.

Tak dimungkiri, berdirinya Gema Sadhana memang tak terlepas dari aktivitas dirinya sebagai seorang ‘guru’ di komunitas umat Hindu, khususnya Hindu Tamil. Sejatinya, ide untuk mendirikan organisasi kemasyarakat yang menaungi masyarakat Hindu dan Budha ini sudah lama terbersit, ketika Kobalen mulai terjun ke dunia politik. Namun, setelah memperjuangkan di beberapa partai hasilnya nihil. Akhirnya mau tidak mau ia harus mengubur untuk sementara impian itu.

Setelah ia bergabung di Partai Gerindra, rupanya gayung bersambut, dukungan begitu luar biasa baik dari para pendiri partai maupun kader-kader yang ada di daerah. Di Partai Gerindra seakan ia mendapat darah segar untuk menghidupkan kembali nilai-nilai Pancasila yang seakan sudah mati di negeri ini. Pun dengan konsep ‘bhineka tunggal ika’ yang secara bahasa dan dalam catatan sejarah berasal dari bahasa dan ajaran Hindu, sepertinya bangsa ini lupa akan hal itu. “Hal ini terlihat dari masih saja terjadi perlakuan diskrimanasi terhadap kaum minoritas baik agama, suku, etnis maupun golongan,” tandasnya sambil menyontohkan, betapa banyaknya masyarakat etnis Tionghoa di daerah Sewan, Tangerang yang tidak memiliki Akta Kelahiran gara-gara dia orang Tionghoa.

Menurutnya, perlakukan itu hanyalah contoh kecil yang terjadi di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang banyak partai memperjuangkannya sebagai harga mati. Tapi baginya, Partai Gerindra yang memayungi Gema Sadhana tidak sekadar memperjuangkan NKRI, tapi juga menjadikan nilai-nilai Pancasila sebagai harga mati dalam hidup bernegara dan berbangsa. “Selama ini banyak tokoh yang bicara soal Pancasila, tapi hanya dalam taraf retorika, tak pernah mengaplikasikannya, karena tak memahami makna Pancasila itu sendiri. Tak heran bila perlakuan diskriminasi masih terjadi pada diri kita yang minoritas,” tandas alumni Lemhannas angkatan XLIV tahun 2010 ini.

Setidaknya, Gema Sadhana yang dinahkodainya itu kini sudah berdiri di 16 propinsi. Sementara itu, selain menjalankan aktivitas sosial di beberapa daerah, Gema Sadhana pun terus membentuk kepengurusan di daerah propinsi maupun di kabupaten/kota. Salah satu aktifitas yang baru saja dilakukan adalah pembuatan Akta Kelahiran warga keturunan Tionghoa di Sewan, Tangerang sebanyak 500 KK yang akan diserahkan pada perayaan imlek nanti.

“Disamping tentunya ada beberapa program kegiatan lainnya dalam rangka advokasi terhadap kaum Hindu dan Budha,” ujar ayah tiga anak ini yang juga perihatin masih banyak umat Hindu yang tak memiliki Kitab Suci Wedha.

Kobalen yakin, masyarakat Hindu dan Budha di Indonesia –yang selama ini merasa trauma, dan alergi bahkan takut untuk terjun ke politik— dengan adanya Gema Sadhana di bawah payung Partai Gerindra akan lebih berani lagi dan bangkit. Sehingga keterwakilan mereka di parlemen pun bisa memperjuangkan nasib kaumnya sekitar 20 juta penganut yang masih dianggap minoritas.

Setidaknya Pemilu 2014 merupakan kesempatan bagi umat Hindu dan Budha untuk bisa tampil dan memperjuangkan nasibnya. “Kalau bukan kita siapa lagi yang berjuang,” kata lulusan Master Philsafat dari Institut Hindu Dharma Negeri, Denpasar ini.

* Catatan : Artikel ini ditulis dan dimuat di Majalah GARUDA, edisi 13/Januari/2012