80 Tahun Salvatore Ferragamo

Di balik setiap produk, pasti menyimpan sebuah kisah yang menarik. Adalah Salvatore Ferragamo, satu dari sekian kisah sukses merek kelas dunia yang tak sekadar menarik. Maret tahun ini, brand industri fashion warisan mendiang Salvatore Ferragamo ini genap 80 tahun, sejak didirikan 1928 silam.

Bermula dari mimpi seorang bocah yang baru berusia sembilan tahun mengutarakan kepada ayahnya tentang cita-citanya untuk menjadi tukang sepatu. Tentu saja, di awal abad ke-20 bagi penduduk Eropa, profesi ini termasuk dalam kasta rendah sehingga membuat sang ayah prihatin. Tapi kemauan yang keras membuat Antonio Ferragamo, sang ayah tak bisa berbuat banyak. Terlebih ketika ia mengetahui Salvatore menghadiahi kakak perempuannya sepasang sepatu yang bagus.

Akhirnya, tahun 1911, Salvatore memberanikan diri membuka toko sepatu di Bonito, setelah ia magang setahun pada seorang pengrajin sepatu di Naples. Tahun berikutnya, Salvatore hijrah ke Amerika Serikat dan bekerja di pabrik sepatu di Boston. Tak lama kemudian, Salvatore pun membuka toko sepatu yang dibuat secara tradisional, di kawasan pantai barat Amerika yang tengah berkembang saat itu.

Rupanya, dewi fortuna tengah memihak padanya, sepatu dan boot rancangannya dilirik produser untuk digunakan dalam film box office. Untuk pertama kalinya, sepatu rancangan Salvatore digunakan Lillian Gish di Way Down East, dan seluruh pemain The Ten Commandments. Disusul dengan film-film anyar, seperti The Departed, Miami Vice, dan The Devil Wears Prada.

Mutu sepatu Salvatore yang menarik minat para bintang Hollywood membuat namanya disejajarkan dengan kalangan selebriti layar lebar. Tahun 1923, Salvatore mendirikan Hollywood Boot Shop di kawasan Hollywood, khusus untuk pelanggan istimewanya. Setelah 13 tahun di Amerika Serikat, pada tahun 1927 Salvatore kembali ke Itali. Kepulangan Salvatore ke tanah kelahirannya itu bukan tanpa sebab. Saat itu, antara permintaan dengan kemampuan produksinya sudah tidak memungkinkan lagi. Pasalnya Salvatore kesulitan mencari perajin sepatu yang handal di tengah banyaknya pesanan.

Nama Salvatore kian mendunia, saat perempuan-perempuan kaya pada abad itu jatuh cinta dengan sepatu buatannya. Sebut saja, Maharani Cooch Behar, perempuan kaya asal India, penguasa Argentina Eva Peron hingga ikon Hollywood Marliyn Monroe. Namun sayang, kemudian resesi dunia tahun 1929, membuat bisnis sepatunya diambang kebangkrutan.

Jiwa bisnisnya begitu kuat, Salvatore pun kembali bangkit dan tetap berkreasi menawarkan produk buatan tangan yang berkualitas dengan desain unik, salah satunya the wedge heel yang masih terkenal hingga kini. Usahanya tak sia-sia, lewat dua workshopnya di Florence, Salvatore terus melayani pelanggan setianya. Enam tahun kemudian, Salvatore kembali membuka toko baru di Florence di gedung Palazzo Spini Feroni. Dan akhirnya, gedung ini dibelinya seharga 3,4 juta Lira pada tahun 1938. Gedung buatan abad ke-13 inilah yang dijadikan Savatore Ferragamo Museum pada tahun 1995.

Paling tidak, selama empat dasawarsa, Salvatore mempatenkan 300 hasil karyanya. Bahkan salah satu sandal buatannya, invisible sandal yang terbuat dari anyaman senar plastik transparan yang dirilis 1947, meraih Neiman Marcus Award. Pesanan sepatu karya Salvatore pun kian menggunung. Untuk memenuhinya, pada tahun 1950 Salvatore harus memperkerjakan 700 orang dengan kemampuan produksi 350 pasang alas kaki per hari.

Agustus 1960, Salvatore meninggal dunia di usianya ke-62 tahun. Sebanyak 10 ribu lebih model sepatu telah dirancangnya. Bahkan di tahun itu pula, brand Salvatore Ferragamo bertengger di puncak kejayaan di ranah fashion dunia dengan mengantongi keuntungan 20 juta dolar Amerika Serikat. Sehingga tak heran jika, Wanda Milleti sang istri tak begitu kerepotan memegang kendali bisnis sepeninggal Salvatore. Sejak saat itu, kerajaan bisnis Salvatore Ferragamo pun diteruskan oleh istri dan keenam anaknya.

Rupanya keahlian Salvatore dalam mendesain sepatu, turun kepada Fiamma Ferragamo, putri tertua yang meneruskan bisnis ini dengan meluncurkan brand Vara dan Varina pada 1978. Jauh sebelum itu, kehandalan Fiamma sebagai perancang sepatu membuahkan penghargaan Neiman Marcus Award di tahun 1967.

Awal dekade 80-an, lewat tangan Giovanna brand Salvatore Ferragamo pun diperluas dengan meluncurkan koleksi total look dari ujung kaki hingga ujung rambut. Koleksi busana Salvatore Ferragamo pun diluncurkan. Tahun 1996 mereka pun berhasil melego rumah mode sekelas Emanuel Ungaro asal Paris dan perusahaan parfum dan produk kecantikan Lungarno Alberghi SpA menjadi bagian lini bisnisnya. Tidak hanya itu, Salvatore Ferragamo pun meluncurkan koleksi kacamata hasil kerjasama dengan Luxottica, sebuah pabrikan kacamata terbesar asal Italia.

Bahkan, di bidang properti, setelah berhasil membeli Hotel Lungarno pada tahun 1995, Salvatore kembali memiliki sejumlah hotel fashion, yakni The Gallery Hotel Art, The Continentale, Lungarno Suites. Sederetan apartemen mewah seperti Palazzo Capponi, Villa de Rose, dan Lungarno Apartments pun menjadi bagian dari pundi-pundi kekayaan dinasti Salvatore. Dan kini, berdasarkan catatan pembukuan 2006, kerajaan bisnis yang dibangun tukang sepatu bernama Salvatore Ferragamo asal Bonito, Italia itu berhasil membukukan keuntungan 630 juta Lira dengan jumlah outlet 500 lebih yang tersebar di seluruh dunia. [view]

Artikel ini ditulis februari lalu dan dimuat di majalah VIEW edisi Maret 2008

Leave a comment