Lebih Dekat Dengan Ajib Hamdani : Wajib Membesarkan Partai

Benar dan salah, bagai dua sisi mata uang. Sehingga memuliakan kebenaran bukan berarti harus menepikan kesalahan. Seiringanya berjalannya waktu, kebenaran pasti akan teruangkap jua. Inilah yang diyakini Ajib Hamdani, saat memutuskan berhenti menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) di usainya yang sangat muda. Meninggalkan pekerjaan yang menjanjikan di Direktorat Jenderal Pajak  itu pun mengundang banyak tanya. Apalagi tak berselang lama, namanya  terdaftar sebagai calon anggota legislatif (caleg) dari Partai Gerindra.

CALEG DPR-RI DAPIL JABAR 11 NO URUT 1

CALEG DPR-RI DAPIL JABAR 11 NO URUT 1

Namanya memang pernah terkait seputar rekening gendut yang merebak di instansi itu setahun lalu, seiring bergulirnya kasus-kasus yang melilit para punggawa pajak. Kasus itu mencuat ke permukaan setahun setengah setelah ia mundur sebagai pegawai pajak. Namun, setelah ditangani pihak berwajib, isu tak sedap yang menimpanya dinyatakan tidak terbukti. Sejak saat itu pula, wajahnya kerap wara-wiri di layar kaca dan beberapa media cetak nasional lainnya sebagai pengamat perpajakan. Termasuk menjadi saksi ahli di beberapa kasus perpajakan.

Ajib putar haluan. Meski seringkali dimintai tanggapannya tentang persoalan-persoalan pajak, ia lebih tertarik menekuni bisnis properti. Sembari menjalankan bisnisnya, pria kelahiran Magelang, 8 Desember 1980 ini merasa tertantang untuk berbuat untuk negara. Ia merasa yakin, jika terjun ke dunia politik adalah bagian dari pengabdiannya sebagai warga negara.

“Politik adalah pengadian, bukan kepentingan,” tegasnya. Menurutnya, dengan berpolitik ia bisa berbuat lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.

Karena itu, ayah empat anak ini tak pernah menyesali jalan hidup yang dipilihnya. pun  bisa memberi manfaat dan berbuat lebih banyak lagi bagi bangsa dan negara ini. “Ketika seseorang menjadi anggota dewan, saya yakin ia akan lebih bermanfaat bagi masyarakat. Sebab,  di sana ada kewenangan legislasi, anggaran, pengawasan,” ujar lulusan Sekolah Tinggi Akuntansi Negara (STAN) ini.

Selepas menyeselesaikan kuliahnya di STAN, ia ditempatkan di Kantor Pelayanan PBB (KPPBB) Jakarta Barat Dua. Tahun 2005, ia memilih tugas belajar di Universitas Diponegoro (UNDIP) mengambil Jurusan Ekonomi, Spesialisasi Penilai Properti. Setelah lulus dengan predikat cum laude, ia kembali ke Jakarta dan ditempatkan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Jakarta Kelapa Gading sebagai Pelaksana. Namun, dua tahun kemudian ia mengundurkan diri dari PNS.

Meski mengaku sangat prihatin dengan sistem perpajakan Indonesia yang masih kurang ideal, ia lebih memilih menjadi pengusaha ketimbang meneruskan karirnya. Berangkat dari keprihatinan itu pula yang membuatnya bertekad maju sebagai caleg di bawah bendera Gerindra. “Mungkin karena itu saya dipercaya Partai Gerindra untuk ditempatkan di Jabar 11. Paling tidak saya punya bekal pengetahuan dan pengalaman tentang menata keuangan negara serta bagaimana mendesain pajak yang lebih baik,” kata suami dari Ratna Sari ini.

Lantas seperti apa pemikiran dan langkah-langkah yang dilakukannya dalam menghadapi perhelatan pesta demokrasi di 2014 nanti? Kepada Hayat Fakhrurrozi dari Majalah Garuda, ia memaparkan dengan penuh semangat. Berikut petikannya:

Apa yang membuat Anda terjun ke dunia politik?

Berangkat dari sudut pandang yang sederhana. Seperti halnya saat keluar dari PNS dan menjadi wirausaha. Dulu, istri saya juga merasa nyaman sebagai PNS untuk keluarga kecil kami. Tapi saya ingin lebih bermanfaat bagi masyarakat luas,  dan memutuskan menjadi pengusaha. Lewat usaha ini bisa memberi manfaat bagi banyak orang. Setelah berjalan sekian tahun, saya merasa impact-nya kurang massif. Saya pun berpikir kenapa saya tidak terjun di dunia politik. Bagi saya, ketika seseorang menjadi anggota dewan, maka akan lebih besar lagi manfaat yang akan diberikan, karena di sana ada kewenangan legislasi, anggaran, pengawasan.

Sejak kapan Anda terjun di politik?

Belum lama. Sebelumnya saya sama sekali tidak pernah berkecimpung di dunia politik. Meski saat kuliah saya aktif di organisasi, tapi hanya sekadar ikut berbagai kegiatan kampus. Saat dibirokrasi, di lingkungan Direktorak Jenderal Pajak, saya hanya sebagai pelaksana tugas, yang tidak dituntut berpikir kreatif. Karena itu, ketika tahu tentang manivesto perjuangan, dan program aksi Partai Gerindram saya sangat tertarik.  Saya pun mencoba mendaftarkan diri sebagai bakal calon legislatif di Partai Gerindra. Saya tertarik untuk mengawal dari sisi perpajakan sehingga ke depan Indonesia ini menjadi yang kuat. Mengawal kebijakan melalui sisi anggaran negara.

Apa motivasinya Anda akhirnya ikut mencalonkan diri?

Saya punya latar belakang selama tujuh tahun sebagai PNS Pajak. Karena itu,  saya merasa sangat prihatin mengapa sekian tahun sistem perpajakam kita belum ideal. Bayangkan Tax Ratio kita saat ini sangat memprihatinkan, hanya 12 persen saja. Sangat tidak ideal. Saya berpikir untuk meningkatkan tax ratio tersebut, tapi sulit  terlaksana karena saya hanya pelaksana bukan pengambil keputusan. Kalau mau berbuat lebih, kita harus ada di legislatif.

Apa yang sudah Anda lakukan?

Sebagai caleg, kita harus tahu bagaimana mengenalkan dan mendekatkan masyarakat pada partai. Sebab pemilihan umum legislatif (pileg), konstelasinya berbeda dengan pemilukada. Kalau dalam pileg,  orang akan melihat partai terlebih dahulu  baru siapa calonnya. Berbeda dengan pemilukada yang lebih pada figur. Tugas kita bersama, bagaimana membesarkan nama partai karena tujuannya adalah peraihan kursi partai. Memang tak mudah, karena sistem peraihan suara terbanyak. Karena itu, kanibalisme internal ini harus kita reduksi, mesk menjadi sebuah keniscayaan. Mengenali kultur masyarakat dapil Jabar 11. Kultur mayarakat setiap dapil memiliki local wisdom tersendiri, karena itu kita harus bertemu calon konstituen. Setiap Sabtu dan Minggu, saya pasti menemui mereka.

Bagaimana karakter pemilih masyarakat dapil Jabar 11?

Dari tiga wilayah, satu kota dan dua kabupate, saya melihat ada perbedaan antara masyarakat kota dengan kabupaten. Misalnya, masyarakat Kota Tasikmalaya sudah well educated dan terkontaminasi dengan euphoria demokrasi jadi mereka agak pragmatis. Sementara yang di kabupaten masih lebih mengedepankan ikatan emosional kekerabatan. Namun begitu, kota Tasikmalaya hanya memiliki lebih dari 500 ribu DPT sementara Kabupaten Tasikmalaya sekitar 1,3 juta DPT dan Kabupaten Garut, 1,6 juta DPT.

Program apa yang Anda jalankan  untuk bisa meraih suara nanti?

Sejatinya para caleg jangan sampai terjebak. Program partai haruslah menjadi prioritas utama. Tugas kita adalah membesarkan nama partai. Kita harus fokus ke sana, jangan banyak menebar janji-janji program kerja yang pada saatnya nanti itu menjadi domain eksekutif. Yang jelas kita besarkan partai dan puncaknya pada saat pemilihan Presiden. Kita juga jangan membodoh-bodohi masyarakat dengan membagi-bagi uang.

Saya percaya konstituen sudah cerdas. Kalaupun politik transaksional itu terjadi, memang sudah keniscayaan. Tetapi kita harus reduksi dengan berbagai terobosan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Saya tengah menggaet new voter karena saya yakin mereka bukan golongan yang transaksional. Saya juga berhitung dengan keunggulan yang saya miliki. Karena saya berjiwa muda, maka saya menyasar ke pemilih pemula dengan program yang sesuai. Lalu ada pemilih ibu-ibu atau kalangan tua lainnya, maka saya akan mengkombain dengan para caleg yang di Propinsi maupun caleg kabupaten/kota.

Target Anda di Jabar 11?

Melihat perkembangan yang ada, dengan 10 kursi, targetnya tiga kursi. Setidaknya ada dua kursi bisa diraih. Kalau target pribadi, harus bisa meraih suara minimal 100 ribu suara. Yang menarik bagi saya, kenapa DPP memepercayakan saya di dapil Jabar 11 dan nomor urut 1. Padahal kata banya orang, nomo urut pertama itu sulit. Awalnya memang tidak punya grassroot, tapi setelah melakukan kordinasi dan komunikasi dengan semua elemen di Gerindra, saya tinggal menjalankan program. Saya yakin semuanya bisa tercapai. Meski medannya sama sekali belum kita ketahui sebelumnya. Tapi inilah tantangan saya, target saya memang Gerindra akan leading di Jabar 11. Bukan sekadar jadi, tapi suara Gerindra bisa memimpin.

Daerah mana yang akan menjadi sasaran Anda dalam mendulang suara?

Saya akan berjuang di semua lini. Target utama di Kabupaten Tasikmalaya. Secara pribadi sebagai caleg pada prinsipnya visi saya bukan untuk jadi atau tidak jadi anggota dewan, tapi membesarkan Partai Gerindra. Apakah nanti saya masuk ke Senayan, itu soal lain. Yang penting, saya berusaha kerja dan terus berjuang yang pada akhirnya adalah soal garis tangan saja. Kalau pun tidak jadi, saya akan tetap berjuang di partai ini. Apakah kelak akan ditempatkan atau dipercayakan dimana saja, saya akan sangat senang ketika membicarakan tentang karya untuk masyarakat Indonesia. Termasuk kalau memang berhasil ke Senayan, saya siap untuk ditempatkan di komisi berapa saja, meski begitu saya berharap di komisi XI.

Jika terpilih nanti, apa yang akan Anda lakukan di DPR?

Saya punya obsesi untuk menata pajak lebih baik. Kalau kita punya Dirjen Pajak yang mumpuni, dan punya tim yang lebih konsen menata keuangan negara lebih baik, maka saya yakin Indonesia akan lebih baik. Tidak sampai tiga tahun penerimaan negara bisa mencapai 1500 triliun per tahun. Dan Tax Ratio sebesar 15 persen itu, bukan sesuatu yang tidak mungkin bisa dicapai.

Bagaimana dukungan keluarga?

Pesan orangtua dan keluarga sederhana saja, bahwa istiqomah dalam berjuang dan tawakkal. Itu yang saya  pegang dalam berpolitik. Tujuan saya satu, besarkan Partai Gerindra, dan mengawal 6 Program Aksi Transformasi Bangsa Partai Gerindra.

Apa pesan yang ingin Anda sampaikan?

Besar harapan saya sesama caleg bisa kerjasama dengan baik untuk membesarkan nama Partai Gerindra. Masalah jadi atau tidak, itu nomor dua. Kita akan menjadi bintang iklannya partai, kalau bisa mengusung partai dengan baik. Untuk kader yang ada di struktural, maupun sayap dan ormas, saya sebagai caleg sangat berterimakasih sekali jika kita bersama-sama berkolaborasi dengan baik untuk meraih suara terbanyak.  Mari belajar untuk mengedukasi politik yang lebih sehat dengan baik. [G]

Catatan:

  • Artikel ini ditulis dan dimuat untuk Majalah GARUDA edisi September 2013
  • Pada Pemilu 2014 ini, Ajib Hamdani maju sebagai calon legislatif (caleg) DPR-RI dari Partai Gerindra nomor urut 1 dari daerah pemilihan (dapil) Jabar 11.